RHA Wiriadinata

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan
Revisi sejak 26 Oktober 2008 03.13 oleh 125.161.224.94 (bicara) (←Membuat halaman berisi 'RHA Wiriadinata mengawali karir militernya di Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) AURI dengan pangkat OMO (Opsir Muda Oedara) II. Saat perang kemerdekaan melawan Belanda p...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

RHA Wiriadinata mengawali karir militernya di Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) AURI dengan pangkat OMO (Opsir Muda Oedara) II. Saat perang kemerdekaan melawan Belanda pasukan ini begitu disegani karena hanya mereka satu-satunya yang memiliki senjata 12,7 mm. Karena kehebatannya, Wiriadinata kemudian diangkat menjadi Komandan Pertempuran Panembahan Senopati 105 (PPS-105) yang kemudian terkenal dengan nama Pasukan Garuda Mulya yang beroperasi disekitar daerah Yogyakarta dan Surakarta (Solo).

Pada tahun 1950-an, Wiriadinata yang saat itu berpangkat Kapten (U) mengikuti Sekolah Para Dasar Angkatan II di Lanud Andir, Bandung. Wiriadinata kemudian diangkat menjadi komandan PGT pertama pada tahun1952 sekaligus merangkap sebagai Komandan Lanud Andir. Beliau juga pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops (KOGABDIK PARA) di Lanud Margahayu, Bandung. Wiriadinata terlibat langsung dalam penumpasan berbagai gerakan separatis di Indonesia seperti DI/TII di Jawa Barat dan Sul-Sel, RMS di Maluku dan PRRI/PERMESTA di Sumatera dan Kalimantan. Saat operasi 17 Agustus di Padang tahun 1958, Wiriadinata yang saat itu berpangkat Letkol (U) dipercaya menjadi wakil komandan operasi bersama Letkol (L) John Lie sedangkan pimpinan operasi dipegang oleh Kolonel Ahmad Yani.

Berdasarkan Surat keputusan Men/Pangau Nomor : III/PERS/MKS/1963 tanggal 22 Mei 1963, maka pada tanggal 9 April 1963 Komodor (U) RA. Wiriadinata dikukuhkan menjadi Panglima KOPPAU dan menjabat selama 1 tahun, kemudian pada tahun 1964 digantikan oleh Komodor (U) Ramli Sumardi. Setelah itu Wiriadinata diberi jabatan sebagai Irjen Mabes AURI dengan pangkat Marsekal Muda (U) hingga tahun 1967.

Pada tahun 1967, Presiden Soekarno menunjuk Wiriadinata sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Letjen (KKO) Ali Sadikin. Duet ini kemudian memimpin Jakarta selama dua periode hingga 1977 yang dikenal sebagai “periode emas” DKI Jakarta. Setelah itu Presiden RI kedua Soeharto mengangkat Wiriadinata sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1978-1983. Sebagai penghormatan terhadap jasa-jasa Marsda (Purn.)R.A Wiriadinata bagi bangsa dan negara maka TNI-AU kemudian mengabadikan namanya sebagai nama Lanud di Tasikmalaya, Jawa Barat. Jejak Wiriadinata diikuti oleh putrinya Tuti Gantini yang berhasil menjadi penerjun statik wanita pertama Indonesia yang Wingday dilaksanakan tanggal 23 Agustus 1962, dengan latihan Ground Training dilaksanakan hanya selama 5 hari berturut-turut. Selanjutnya, hal ini diikuti oleh dua orang adik wanitanya yaitu Sutarti Gantini dan Suharti Gantini serta seorang adik laki-lakinya bernama Suwandi