Febriana Firdaus adalah seorang jurnalis investigatif dan pembuat film dokumenter dari Indonesia.

Febriana Firdaus
LahirIndonesia Kabupaten Jember, Jawa Timur, Indonesia
PendidikanUniversitas Airlangga
PekerjaanJurnalis
Situs webwww.febrianafirdaus.com

Pada 2020, Febriana menulis, memproduksi, dan berperan sebagai narator dalam film dokumenter Tanah Ibu Kami (Our Mother's Land) yang diproduksi oleh Mongabay dan The Gecko Project.[1][2]

Karier

Febriana memeroleh gelar sarjana di bidang Sosiologi dari Universitas Airlangga di Surabaya, Jawa Timur pada 2006.[3] Ia kemudian memulai karier sebagai jurnalis bersama media berbahasa Indonesia Jawa Pos dan Tempo hingga 2014. Setelah itu, Febriana mulai dikenal luas oleh masyarakat Indonesia berkat berbagai laporan investigatifnya untuk media internasional, di antaranya TIME, Rappler, The Economist, Al Jazeera, Foreign Policy, dan The Guardian.[4]

Tulisan-tulisan Febriana kerap menjadi sorotan karena membahas topik-topik yang terbilang sensitif, di antaranya gerakan pro-kemerdekaan dan kondisi kemanusiaan di Papua Barat, diskriminasi terhadap Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), permasalahan lingkungan hidup, serta sejarah pembantaian masal 1965. Selain menulis, Febriana juga berkontribusi untuk siniar Ingat 65.[5]

Kontroversi

Febriana kerap menerima intimidas akibat tulisan-tulisannya yang membahas tragedi pembantaian masal 1965 dan juga kritis terhadap kebijakan pemerintah Indonesia di Papua. Pada 2016, Febriana diusir oleh sejumlah orang dari Front Pembela Islam (FPI) ketika sedang mewawancarai narasumber dalam sebuah simposium dengan topik terkait Partai Komunis Indonesia (PKI).[6] Pada 2019, Febriana menjadi korban doxing oleh sejumlah akun anonim di media sosial Twitter.[7] Pembocoran informasi pribadi yang berujung ancaman terhadap keselamatan dirinya tersebut membuat Febriana menunda sejumlah laporan investigasi terkait situasi konflik di Papua.[7]

Penghargaan

  • Fellowship Liputan Keberagaman (SEJUK, 2016)[8]
  • Penghargaan Oktovianus Pogau untuk Keberanian dalam Jurnalisme untuk liputan terkait tragedi 1965 dan diskriminasi terhadap LGBT (Yayasan Pantau, 2017)[9]
  • SOPA Award of Excellence in Reporting on the Environment untuk artikel 'A Tribe in Indonesia's Surf Paradise Is Facing Down an Energy Firm That Wants Their Land'; dipublikasikan oleh VICE Indonesia (Society of Publishers Asia, 2019)[10]

Referensi

  1. ^ "Perempuan yang Melawan dalam Film Tanah Ibu Kami". BaleBengong (dalam bahasa Inggris). 2020-11-06. Diakses tanggal 2021-01-20. 
  2. ^ "Tanah Ibu Kami (Full Movie) - YouTube". www.youtube.com. Diakses tanggal 2021-01-20. 
  3. ^ "Cerita Febro, dari Junior Reporter Beralih ke Independent Investigative Journalist". Unair News. 2019-08-01. Diakses tanggal 2021-01-20. 
  4. ^ "Febriana Firdaus". Febriana Firdaus (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-20. 
  5. ^ "INGAT 65 – Medium". Medium. Diakses tanggal 2021-01-20. 
  6. ^ "Setelah Diusir, Wartawan Rappler Kuliahi FPI soal Sejarah PKI". suara.com. 2016-06-02. Diakses tanggal 2021-01-20. 
  7. ^ a b "Jurnalis Aljazeera Febriana Firdaus Diintimidasi karena Artikel soal Papua". suara.com. 2019-09-05. Diakses tanggal 2021-01-20. 
  8. ^ SEJUK (2016-09-01). "Peraih Diversity Award & Fellowship Liputan Keberagaman 2016". SEJUK. Diakses tanggal 2021-01-20. 
  9. ^ Imam (2017-01-31). "Febriana Firdaus Dapat Penghargaan Keberanian Dalam Jurnalisme". PANTAU (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-20. 
  10. ^ Society of Publishers Asia (2019-05). "SOPA 2019 Awards Winner List" (PDF). SOPA. Diakses tanggal 2021-01-20.