Skouw Yambe, Muara Tami, Jayapura

kampung di Kota Jayapura, Papua
Revisi sejak 22 Januari 2021 00.53 oleh Sagotreespirit (bicara | kontrib) (Bahasa Skou)


Skouw Yambe (Bahasa Skou: Te Tángpe) adalah kampung di distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Indonesia. Letaknya di ujung timur  Kota Jayapura, tepatnya di wilayah Perbatasan RI–PNG. Perjalanan ke kampung Skouw, memakan waktu sekitar 1 jam 28 menit dengan jarak tempuh 54,6 km dari Pusat Kota Jayapura.[1]

Skouw Yambe
Negara Indonesia
ProvinsiPapua
KotaJayapura
DistrikMuara Tami
Kode Kemendagri91.71.04.2002 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Bahasa

Konservasi penyu

Kampung Skouw Yambe berada di pesisir pantai yang merupakan tepian dari Samudra Pasifik, sehingga dianggap strategis untuk menjadi kawasan konservasi penyu. Pada tanggal 16 juni 2017, didirikan Tugu Konservasi Penyu tepat di jalan menuju tempat konservasi. Pantai tempat konservasi berada sekitar 10 km dari tugu konservasi dan agak jauh dari pemukiman warga kampung skouw yambe. Hal ini penting, agar tidak ada warga yang mengganggu ketika penyu naik di malam hari dan bertelur di pasir pantai. Konservasi penyu adalah upaya pelestarian atau perlindungan spesies penyu yang hampir punah. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, "conservation" yang artinya "pelestarian" atau "perlindungan".[3]

Jenis-Jenis penyu yang dilindungi

Penyu merupakan organisme ikonik hidup di perairan laut. Hal tersebut dikarenakan hanya ada 7 spesies penyu yang ada di dunia. Penyu merupakan reptil laut seperti kura-kura yang mampu menjelajah dunia dengan ke empat sirip kakinya. Indonesia menjadi salah satu habitat bertelur 6 penyu dari 7 penyu yang ada di dunia. Hal tersebut karena perairan Indonesia menjadi rute perpindahan (migrasi) Penyu Laut di persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia. Penyu yang dapat ditemui di Laut Indonesia, khususnya di Skouw Yambe  antara lain:

Selain pantai Skouw Jambe di wilayah Perbatasan RI-PNG, kawasan pantai lain yang menjadi pusat peneluran di Indonesia adalah di wilayah Kepala Burung Papua yang merupakan pusat peneluran penyu belimbing, penyu sisik, penyu lekang, dan penyu hijau di Pasifik Barat.[4] Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan terdekat dengan kepala burung Papua[5]. Loka pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Sorong memiliki beberapa lokasi konservasi penyu di antara di Malaumkarta Kabupaten Sorong, Kabupaten Tambraw, Skouw Yambe Kota Jayapura, Tobololo Maluku Utara, Makimi Kabupaten Nabire, Yenbekaki, Raja Ampat.

Penyu Hijau (Chelonia mydas)

Penyu Hijau memiliki uraian fisik, ekologi dan habitat: Memiliki warna kuning kehijauan atau coklat hitam gelap. Cangkangnya bulat telur bila dilihat dari atas dan kepalanya relatif kecil dan tumpul. Ukuran panjang adalah antara 80 hingga 150 cm dan beratnya dapat mencapai 132 kg. Penyu hijau tersebar di wilayah tropis dekat dengan pesisir benua dan sekitar kepulauan.

Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)

Penyu lekang termasuk di antara jenis penyu terkecil, dengan berat 31–43 kg. Memiliki warna karapasnya abu-abu kehijauan. Bersifat vegetarian atau pemakan lamun.

Penyu Pipih (Natator depressus)

Karapas dewasa memiliki panjang rata-rata 90 cm (35 in). Bentuk rendah rendah berkubah, tepi yang terbalik Bagian atas merupakan bagian perut berwarna zaitun abu-abu, dan lebih pucat. Sepasang sisik tunggal terletak di bagian depan kepala Penyu pipih merupakan omnivora.

Penyu Tempayan (Caretta caretta)

Warna karapasnya coklat kemerahan, kepalanya yang besar dan paruh yang bertumpuk (overlap) Memiliki panjang 70 cm -210 cm dengan berat 135 kg – 400 kg Memiliki lima buah sisik di kepala bagian depan (prefrontal), umumnya terdapat empat pasang sisik coastal dan Lima buah sisik vertebral.

Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

Bentuk kepala yang memanjang dan meruncing serta memiliki sebuah paruh yang tajam Memiliki karapas berwarna hitam dan bintik coklat Rata-rata penyu sisik dewasa diketahui dapat tumbuh sampai sepanjang 1 meter dan berat sekitar 80 kg Lengan penyu sisik memiliki dua cakar yang terlihat pada setiap sirip. Memiliki karakteristik penyu sisik yang sangat mudah terlihat adalah susunan skat yang menghiasi karapak.

Penyu Belimbing (Dermochelis coriaceae)

Memiliki karapaksnya yang berbentuk seperti garis-garis pada buah belimbing berwarna gelap Memiliki karapaks yang tidak ditutupi oleh tulang, namun hanya ditutupi oleh kulit dan daging berminyak Berat dapat mencapai 700 kg dengan panjang dapat mencapai lebih dari 305 cm.

Perlindungan

Permasalahan bidang pengelolaan ruang laut masih banyak yang perlu diangkat dan diperbaiki demi terwujudnya bangsa Indonesia sebagai poros maritim dunia. Salah satu permasalahan yang masih perlu pembenahan dan pengembangan adalah terkait upaya konservasi penyu di wilayah Indonesia. Semua jenis penyu laut di Indonesia telah dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Ini berarti segala bentuk perdagangan penyu baik dalam keadaan hidup, mati maupun bagian tubuhnya itu dilarang. Permen LHK No.20 tahun 2018 tentang jenis dan satwa yang dilindungi dan Permen LHK No. 106 tahun 2018 tentang perubahan Permen LHK No.20 tahun 2018 menyatakan bahwa 6 jenis penyu tergolong satwa yang dilindungi oleh Undang-Undang.

Menurut Undang Undang No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Ketentuan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna), semua jenis penyu laut telah dimasukan dalam appendix I yang artinya perdagangan internasional penyu untuk tujuan komersial juga dilarang. Badan Konservasi dunia IUCN memasukkan penyu sisik ke dalam daftar spesies yang sangat terancam punah, sedangkan penyu hijau , penyu lekang, dan penyu tempayan digolongkan sebagai terancam punah. Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam rangka melakukan penertiban terhadap pemanfaatan penyu dan turunannya juga menerbitkan Surat Edaran No. SE 526 tahun 2015 tentang Pelaksanaan Perlindungan Penyu, Telur, Bagian Tubuh, dan/atau Produk Turunannya[6].

Referensi

  1. ^ "Kota. Jayapura". RPKP | KAWASAN PERDESAAN (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-09. 
  2. ^ Donohue, Mark. 2004. A Grammar of the Skou language of New Guinea. Singapore: National University of Singapore. [1].
  3. ^ Putri, Yessy Prima (2017-10-28). "RANCANG BANGUN KAMUS MINANG-INGGRIS MENGGUNAKAN BAHASA PEMOGRAMAN HYPERTEXT PROCESSOR (PHP)". Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat. 3 (2). doi:10.22202/jg.2017.v3i2.2051. ISSN 2442-8485. 
  4. ^ Parker, Charles Thomas; Taylor, Dorothea; Garrity, George M (2003-01-01). "Exemplar Abstract for Cereibacter changlensis (Anil Kumar et al. 2007) Suresh et al. 2015, Catellibacterium changlense (Anil Kumar et al. 2007) Zheng et al. 2011, Gemmobacter changlensis (Anil Kumar et al. 2007) Chen et al. 2013 and Rhodobacter changlensis Anil Kumar et al. 2007". The NamesforLife Abstracts. Diakses tanggal 2020-03-09. 
  5. ^ Zhang, Xiao-Qi; et al. (2013-04-18). "ChemInform Abstract: Cytotoxic Quassinoids from Ailanthus altissima". ChemInform. 44 (19): no–no. doi:10.1002/chin.201319208. ISSN 0931-7597. 
  6. ^ Hendrickson, W. A.; Ward, K. B. (1975-10-27). "Atomic models for the polypeptide backbones of myohemerythrin and hemerythrin". Biochemical and Biophysical Research Communications. 66 (4): 1349–1356. doi:10.1016/0006-291x(75)90508-2. ISSN 1090-2104. PMID 5.