CABARET Cabaret sendiri adalah sebuah pertunjukan atau pementasan seni yang berasal dari Dunia Barat di mana biasanya ada hiburan berupa musik, komedi dan seringkali sandiwara atau tari-tarian. Perbedaan utama antara kabaret dengan pertunjukan lainnya adalah tempat pertunjukannya di restoran atau kelab malam dengan sebuah panggung pertunjukan dan penontonnya yang duduk mengelilingi meja-meja (seringkali sambil makan atau minum) dan menyaksikan pertunjukannya. Tempatnya sendiri seringkali juga disebut “Cabaret”. Pada peralihan abad ke-20, terjadi perubahan besar dalam budaya kabaret. Para penarinya termasuk Josephine Baker dan penari waria Brasil João Francisco dos Santos (alias Madame Satã). Pertunjukan-pertunjukan kabaret dapat beraneka ragam dari satire politik hingga hiburan ringan, masing-masing diperkenalkan oleh seorang master of ceremonies (MC), atau pembawa acara.
SEJARAH SINGKAT KABARET DI BANDUNG Berawal dari Padhyangan, sebuah kelompok komedi asal Bandung yang dibentuk oleh mahasiswa dua perguruan tinggi Universitas Padjajaran dan Universitas Katolik Parahyangan pada tahun 80an. Kelompok ini didirikan sebagai wadah untuk menyalurkan bakat dan ide-ide gila anggota-anggotanya terutama dalam bidang seni. Seni panggung yang ditampilkan Padhyangan adalah sejenis drama komedi yang mengandalkan musik untuk menyampaikan ceritanya yang dikenal dengan istilah ‘kabaret’ yang diadaptasi dari pertunjukan barat. Spesifikasi mereka adalah memparodikan lagu-lagu atau tampil di panggung dengan lawakan ala parodi kabaret. Sempat mengisi acara tetap di Radio OZ Bandung, dengan kata lain drama diluar Bandung/Indonesia sana, istilah CABARET dan KABARET berbeda sangat, walau ada unsur yang menyamakan mereka, yaitu ‘Musik’ dan ‘Tarian’.
KABARET BANDUNG Pada tahun 90an, lahirlah berbagai kelompok kabaret di sekolah-sekolah, kampus-kampus, dan masyarakat, kehadiran mereka tentu terjadi karena peran dari beberapa anak PADHYANGAN, anak teater, dan para aktifis kesenian pada zamannya, sebut saja SMA Negeri 5 BANDUNG, SMA Puragabaya, SMA Negeri 19 BANDUNG, SMA Negeri 6 BANDUNG, SMA Kartika Candra, dan SMA Negeri 2 BANDUNG, sekolah-sekolah tersebut adalah sekolah yang pada zaman itu memiliki kelompok kabaret yang cukup dikenal, mereka biasa memperkenalkan kabaretnya di acara-acara sekolah seperti Pensi, Bazzar sekolah, Acara Porak dan berbagai macam kegiatan sekolah lainnya, dengan bermodalkan suara dubbingan pada sebuah kaset, yang dipadukan dengan potongan lagu dan parodi yang kental, mampu menunjukan eksistensinya di setiap sekolah dan kampus masing-masing. Hingga pada akhirnya kelompok-kelompok tersebut berani memperkenalkan diri di kegiatan luar atau masyarakat umum seperti acara off air Radio, perayaan Tahun Baru, promosi produk, dll. Para Event Organizer, Radio, dan Unit Kegiatan Mahasiswa pun mengambil kesempatan ini untuk membuat acara mereka nge-hits pada zamannya, dengan mengadakan kompetisi Kabaret atau Festival Kabaret, hingga para kelompok tersebut pun menjadi sering bertemu satu sama lain pada acara di kompetisi tersebut.
TRILOGI (Umum), SMILE KABARET (SMA Kartika Candra), STEPU (SMA Puragabaya), KANTIN (sekarang POTRET 19 SMA Negeri 19 Bandung), KABARET LIMA (SMA Negeri 5 Bandung), dan Terase 06 (SMA Negeri 6 Bandung), adalah tim-tim yang mampu bersaing di ajang kompetisi di tahun 90an. Tim-tim tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing di setiap pertunjukannya, dan mereka yang terpilih pernah terlibat sebuah project televisi untuk pertama kalinya karena berhasil menjadi yang terbaik di ajang kompetisi kabaret atau biasa di sebut Festival Kabaret. Waktu demi waktu, kelompok-kelompok kabaret lain pun berbondong-bondong mengikuti festival kabaret seperti B’TOPS (SMA Negeri 9 Bandung), PISPOT (SMA Negeri 2 Bandung), Teater Anak Hiji / AH (SMA Negeri 1 Bandung), dll, karena pada zaman itu kabaret menjadi candu dan sebuah tontonan parodi yang mengeksistensikan remaja saat itu dan semakin menjamur dimasyarakat, menjadikan mereka tampil di Televisi (TVRI, TPI sekarang MNC, ANTV, dll), acara-acara OFF AIR Radio, dan acara ngehits pada zamannya.
Seiring berjalannya waktu, para kelompok kabaret pun ada yang mampu bertahan dan masih produktif bahkan ada pula yang vacum bahkan menghilang sama sekali, tapi semakin hari semakin bertambah pula kelompok-kelompok kabaret baru yang meniru satu sama lain sebagai awal kedatangan mereka, bahkan mereka yang bertahan mampu menjalin silaturahmi hingga lahirlah Latihan Gabungan bersama dan tergagasnya membuat Pertunjukan / Pagelaran Bersama yang di prakarsai oleh pelatih Puragabaya saat itu Kang Anton Yustian.
Bandung sangatlah kreatif, hingga saat ini gagasan gila dan pertunjukan yang atraktif semakin berkembang, dimana dengan kata KABARET. para pelakunya mampu mengeluarkan seluruh isi kreatifitasnya pada bidang ini, hampir ribuan grup KABARET di Bandung yang terbentuk, baik yang konsisten, maupun dadakan. Kabaret di Bandung, memiliki ciri dan keaneka ragaman bentuk yang berbeda di setiap kelompoknya, secara umum dari audio mixing (musik). Mereka menggabungkan unsur, DIALOG, LAGU,SOUND FX, POTONGAN IKLAN, POTONGAN DIALOG FILM, POTONGAN DIALOG PERTUNJUKAN SENI, ILUSTRASI MUSIK, dll untuk menghasilkan sebuah AUDIO untuk menyampaikan cerita dalam kemasan pertunjukan kabaret, terkadang ada juga yang LIVE dialog, tapi kebanyakan dari mereka menggunakan gerak bibir mengikuti audio playback yang biasa kita sebut LIPSYNC.
Dengan mengandalkan unsur komposisi panggung, tarian, artistik, dan di bungkus dengan penyutradaraan yang begitu baik, anak-anak Bandung memperoleh sebuah pertunjukan kesenian modern yang terus akab semakin berkembang yang mereka namakan KABARET BANDUNG yang luar biasa. Jadi bisa dibilang KABARET BANDUNG adalah nama dari pertunjukan yang terlahir di Kota Bandung, dan untuk saat ini pertunjukan KABARET BANDUNG adalah pertunjukan modern yang terbaik di Indonesia yang mampu bersaing dengan pertunjukan sejenisnya (kabaret, operet, dll)