Gunung Tandikat

gunung di Indonesia
Revisi sejak 2 Februari 2021 07.08 oleh Imociro (bicara | kontrib) (Memperbaiki ejaan yang salah)

Gunung Tandikat adalah gunung api yang berdiri tegak di Dataran Tinggi Minangkabau, kira–kira 7,5 km dari kota Padang Panjang, Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Gunung ini membentang lebar ke arah selatan, dan di sebelah baratnya berbatasan dengan Danau Maninjau. Di sisi utaranya gunung ini berdampingan dengan Gunung Singgalang, sementara sebelah timurnya merupakan gugusan pegunungan vulkanik tersier yang sudah tua. Gunung bertipe stratovolcano ini dikenal juga dengan nama Tandikek dalam bahasa Minangkabau.

Tandikat
Gunung Tandikat (kiri) dan Gunung Singgalang (kanan) dilihat dari Gunung Marapi
Titik tertinggi
Ketinggian2.438 m (7.999 ft)[1]
Masuk dalam daftarRibu
Koordinat0°25′57″S 100°19′01″E / 0.43250°S 100.31694°E / -0.43250; 100.31694
Geografi
PegununganBukit Barisan
Geologi
Jenis gunungstratovolcano

Gunung Tandikat memiliki tiga kawah yang diberi nama Kawah A, B dan K.

Pendakian

Gunung ini jarang sekali didaki dan hewan liar seperti harimau sumatra masih bisa ditemui di hutan-hutan Gunung Tandikat ini.

Untuk mendaki gunung ini dibutuhkan alat dan kemampuan navigasi yang memadai. Keadaan jalan setapaknya tidak jelas dan bahkan kadang-kadang hilang atau terputus, serta hutannya masih rapat dan lembap. Selain itu antara ketinggian 650—1.700 m dpl, dijumpai banyak sekali pacet di sekitar jalan setapaknya. Hal-hal tersebut membuat gunung ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pendakinya.

Tandikat juga merupakan bagian dari 3 puncak gunung di Minangkabau yang dikenal dengan Puncak-puncak Tri Arga (yaitu Singgalang, Marapi dan Tandikat). Meski Tandikat kurang populer di kalangan para pendaki, tetapi ini dianggap sebagai nilai lebih. Suasana yang alami dan jarang dijamah manusia menjadikannya berbeda dengan kedua puncak gunung yang lain.

Jalur rintisan

Pendakian dilakukan dari Lembah Anai Resort merupakan jalur rintisan pendakian menuju ke puncak Tandikat.

Pada tahun 1998 pernah dirintis sebuah jalur pendakian dari titik ini oleh tim Mapala Unand dengan waktu tempuh 5 hari mendaki dan 2 hari turun. Jalur ini dimulai dari tower Satelindo di kawasan Anai Resort pada koordinat 00°28’52,6” LS - 100°19’14,4” BT dengan elevasi 665 m dpl. Dari sisi barat lurah dalam, menuju ke arah utara melalui jalan setapak dapat sampai ke puncak, namun jalannya sangat rumit karena semak-semak yang rapat dan didominasi oleh pakis dan rotan. Diperlukan adanya penunjuk jalan agar tidak tersesat. Di samping itu keharusan menyeberang banyak anak sungai, yang di waktu hujan menjadi aliran sungai yang cukup deras, menjadi kesulitan tersendiri untuk melewatinya.

Sekitar 45 menit berjalan santai dari tower akan tiba di air terjun Lurah. Air terjun ini sangat alami karena berada di tengah rimba dan jarang orang yang mengunjunginya. Tingginya sekitar 25 meter dan di bawahnya terbentuk kolam yang cukup dalam, akan tetapi tidak mudah untuk turun ke air terjun tersebut. Yang menarik air terjun ini juga merupakan wilayah perlintasan hewan primata siamang dan simpai di daerah ini.

Selanjutnya perjalanan akan mengarah ke barat menuju punggungan di atas sungai Paraman Sani, yang merupakan sumber air untuk Anai Resort. Jalur jalan setapak ini sudah tersedia hingga ketinggian 867 m dpl. Dari sini jalan dilanjutkan hingga melewati Bukit Sangkur, dari puncak bukit ini terlihat pemandangan lembah yang sangat indah dan sungai Paraman Sani yang membelah Gunung Tandikat dan Gunung Gadang. Dari tebing gunung Tandikat akan banyak terlihat air terjun, dan semakin banyak jika hujan turun.

Antara ketinggian 1.000 hingga 1.500 m dpl rute yang ditempuh sangat curam. Pada saat cuaca cerah, dari titik-titik tertentu di punggungan gunung tersebut pemandangannnya terbuka, sehingga bisa dilihat keindahan panorama kota Pariaman dan batas pantainya dengan jelas. Pada ketinggian sekitar 1.200 m dpl gigir gunung ini tipis dan jurang menganga di kanan kiri jalan mendominasi jalurnya.

Akses pendakian lainnya

Dari Kota Padang naik bus antar kota tujuan Bukittinggi dan turun di Padang Panjang, kemudian berganti dengan angkutan pedesaan trayek menuju Desa Singgalang Ganting melewati pemandian alam terkenal di kota Padang Panjang yaitu Lubuk Mata Kucing. Biasanya para pendaki bermalam di rumah penduduk di desa ini, yang juga merupakan kuncen (juru kunci) gunung ini, dan memulai pendakian di keesokan harinya.

Desa ini terletak tidak jauh dari Kota Bukittinggi dan bisa dicapai dengan angkutan pedesaan.

Rute yang paling mudah ditempuh adalah dari Desa Singgalang Ganting. Di sepanjang jalan setapak menuju puncak beberapa kali akan dijumpai sungai kecil.

Demografi

Gunung Tandikat tidak terlalu tinggi, mempunyai daerah permukiman yang berada agak jauh di luar kawasan rawan bencana. Hanya ada beberapa kampung (desa) yang berada pada kawasan rawan bencana I, yaitu: desa-desa yang berada di bagian selatan, karena bukaan kawahnya cenderung ke bagian selatan, sehingga banyak sungai yang berhulu dari puncak. Sedangkan perkampungan lain umumnya terletak pada daerah punggungan yang berjarak lebih dari 6 km dari pusat erupsi dan relatif aman terhadap bahaya aliran, hanya kemungkinan terjangkau oleh jatuhan piroklastik yang diperkirakan dapat mencapai 8 km dari pusat erupsi.

Inventarisasi sumberdaya gunungapi

Hasil erupsi Gunung Tandikat pada masa lampau banyak menghasilkan batuan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan bangunan, sebagai bahan material dasar untuk pembangunan gedung, jalan raya dan lainya. Selain itu dengan dipeliharanya hutan lindung di gunung Tandikat, sumberdaya alam berupa tempat tersimpannya cadangan air tanah, untuk irigasi, air minum di kota-kota dan lainnya. Banyak sekali sungai kecil yang membelah lembah–lembah di Tandikat, mata air pun banyak ditemukan karena kondisi hutannya yang relatif masih terjaga.

Wisata

Gunung Tandikat mempunyai pemandangan yang sangat indah sebagaimana layaknya sebuah gunung api, dan dapat dijadikan objek tujuan wisata yang sangat menyenangkan.

Hingga tahun 2006 gunung ini belum pernah meletus, keadaan puncaknya banyak ditumbuhi oleh pohon dan semak-semak membuat sedikit susah dan harus merintis jalan menuju puncak. Selain itu pengunjung bisa menuruni kawah gunung, yang di dasarnya terdapat beberapa lubang kepundan kecil yang mengeluarkan asap belerang serta berbunyi menderu. Dasar kawah ini cukup luas dan bisa untuk mendirikan tenda. Di samping itu juga terdapat telaga kecil namun airnya berasa belerang.

Di sekitar G. Tandikat ini terdapat banyak air terjun, baik yang musiman maupun permanen. Sungai-sungainya pun sangat jernih airnya, nyaris tidak terdapat endapan lumpur di dalamnya.

Kawasan hutan lindungnya merupakan tempat hidup banyak jenis hewan liar. Burung rangkong, simpai dan siamang mudah ditemui, terutama dalam perjalanan mendaki dari arah Lembah Anai Resort.

Rujukan