Silungkang, Sawahlunto

kecamatan di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat
Revisi sejak 4 Februari 2021 03.03 oleh 110.137.81.182 (bicara) (Salah tulis)

Silungkang adalah sebuah kecamatan di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat, Indonesia. Di daerah ini pernah terjadi pemberontakan Komunis terhadap Pemerintah Kolonial Belanda pada 1 Januari 1927.

Silungkang
Negara Indonesia
ProvinsiSumatra Barat
KotaSawahlunto
Pemerintahan
 • Camat-
Populasi
 • Total8,636 jiwa (2.001) jiwa
Kode Kemendagri13.73.03 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS1373010 Edit nilai pada Wikidata
Nagari/kelurahan-
Stasiun kereta api Silungkang pada masa Hindia Belanda
Pemandangan di sekitar stasiun Silungkang pada tahun 1880-an

Asal Nama

Tentang dari mana asal nama Silungkang dan sejak kapan nagari ini memakai nama Silungkang hingga kini masih dipertanyakan. Belum ada yang secara pasti dapat menjawabnya. Karena memang belum pernah dilakukan penelitian.

Yang terang di Silungkang memang ada lurah yang bernama Lungkang. Lurah itu airnya mengalir melalui Surau Bingkuang dan bertemu dengan Batang Lasi sebelum Lubuak Nan Godang. Ada yang memperkirakan dari nama lurah Lungkang inilah nama Silungkang.

Tetapi ada pula yang memperkirakan bahwa nama Silungkang itu berasal dari Sawah Lungkang. Tampaknya perkiraan ini agak jauh dari kemungkinan. Sebab di sekitar mengalirnya air lurah Lungkang sampai bertemu dengan Batang Lasi tak ada tanda-tanda bahwa pada masa lalu tempat itu adalah persawahan. Yang terkenal (dekat pertemuan lurah Lungkang dengan Batang Lasi) ialah Polak Pisang (Ladang Pisang). Sedang di mudieknya ialah Polak Kopi. Tak kelihatan bekas-bekasnya bahwa Polak Piang dan Polak Kopi itu dulunya sawah.

Lain pula halnya dengan buku Mambangkik Tareh Tarandam. Nama Lungkang itu dikaitkannya dengan legenda Adu Kerbau1. “Lungkang” itulah nasihat yang diberikan pemimpin-pemimpin (3 bersaudara: Nan Tuo, Nan Tongah dan Nan Ketek) Talang Tului Batu Badegui, tatkala utusan Kerajaan Bukit Batu Patah datang mencari ikhtiar guna melawan Kerbau besar dari orang Jawa.

Tatkala utusan Kerajaan Bukit Batu Patah menanyakan apakah yang dimaksud Lungkang, oleh Nan Tuo dikatakan yang dimaksud dengan Lungkang ialah “Lawan yang besar ialah yang kecil, lawan yang panjang ialah yang singkat, lawan jantan ialah betina”.

Keterangan Nan Tuo itu diperkuat oleh Nan Tongah dengan kata-kata: “Itu sebenarnya. Sebab di alam ini terjadi segala dua. Cobalah berguru ke alam Lungkang”. Kemudian Nan Ketek memperkuat pula keterangan Nan Tuo dan Nan Tongah.

Utusan pun kembali ke Bukit Batu Patah, setelah ada kepastian dari pemimpin-pemimpin Talang Tului Batu Badegui itu bahwa nasihatnya dapat dipertanggung jawabkan. Tampaknya nasihat “Lungkang” itu dapat diterima Bukit Batu Patah. Dan kemudian terjadilah pertarungan kerbau besar dari Jawa dengan anak kerbau yang pakai taji dan pertarungan ini dimenangkan Anak Kerbau.

Dan dari nasihat Lungkang inilah asal nama Silungkang.

Bila kita lihat Kamus Umum Bahasa Indonesia Poerwadarminta maka Lungkang itu artinya ialah “selokan” atau “pelimbahan”. Bisa saja dalam selokan atau pelimbahan itu terdapat benda atau materi yang besar berlawanan dengan yang kecil, yang panjang berlawanan dengan yang singkat, yang jantan berlawanan dengan betina. Tetapi yang pasti Lungkang bukan berarti besar lawan kecil, panjang lawan singkat, jantan lawan betina.

Di samping itu ada pula yang mengatakan bahwa nama Silungkang ini berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “Lowongan batu yang tinggi”. Nama Silungkang ini mulai diletakkan pada abad ke-4 Sebelum Masehi. Sebelum bernama Silungkang namanya Talang Tului Batu Badegui.

Ada dua curaian mengenai penukaran nama itu. Pertama penukaran nama ini adalah untuk menyesuaikan nama dengan keadaan alamnya. Silungkang adalah nagari yang tandus2, punya hanya sedikit dataran yang kiri kanannya diapit oleh bukit yang tinggi dan memang seperti lowongan batu. Kedua penukaran nama ini adalah hadiah dari Kerajaan di Periangan Padang Panjang.

Dari mana sumber keterangan di atas tak ada penjelasan. Karena itu belum bisa dipastikan kebenarannya.

Apalagi bila diingat yang memakai nama Silungkang bukan hanya nagari Silungkang yang dulunya bernama Talang Tului Batu Badegui, tetapi juga terdapat nama kampung Silungkang di Sulit Air dan Palembayan. Apakah letak kampung Silungkang di sana juga diapit oleh bukit-bukit yang tinggi dan apakah juga hadiah dari Kerajaan di Periangan Padang Pajang ?

Jadi hingga kini dari mana asal nama Silungkang dan sejak kapan nama Silungkang menggantikan Talang Tului Batu Badegui masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Tugas generasi mudalah untuk menggali sejarahnya.

Lepas dari persoalan dari mana asal nama Silungkang, maka kini Silungkang termasuk dalam Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung (tahun 1988). Di sebelah Barat berbatas dengan nagari Kubang dan Lunto. Di sebelah Timur berbatas dengan nagari Batu Manjulur dan Tarung-Tarung. Di sebelah Utara berbatas dengan nagari Pianggu dan di sebelah Selatan berbatas dengan nagari Padang Sibusuk.

Menurut sensus terakhir (sumber tulisan ini dibuat tahun 1988) penduduk Silungkang yang menetap di kampungnya berjumlah 8400 orang. Sedang yang tinggal di perantuan kurang lebih 10.000 orang. Secara administratif Negari Silungkang dibagi dalam 7 Jorong: Silungkang Khusus (4300 orang); Muaro Kalaban (3360 orang); Taratak Boncah (440 orang); Bukit Kociek atau Talang Tulus (210 orang); Sungai Cocang (150 orang); Rumbio (120 orang); Bukit Kuning (110) orang.

Pada awal diberlakukannya PP No. 5 tahun 1979 di Silungkang, Silungkang dipecah menjadi 7 desa yang terdiri dari Desa Silungkang Khusus, Sungai Cocang, Rumbio, Talang Tuluih, Bukit Kuning, Tak Boncah, serta Muaro Kalaban. Ketujuh desa ini tergabung dalam Kecamatan Sawahlunto.

Dengan dikeluarnya Perda (Peraturan Daerah Sumatra Barat No. 13/1983) maka Jorong-jorong itu ditetapkan menjadi Desa. Kini Jorong Silungkang Khusus telah menjadi Desa Silungkang Khusus.

Pada tahun 1987, jumlah desa diciutkan menjadi 5 desa, yaitu desa Silungkang Oso, Silungkang Duo, Silungkang Tigo, Taratak Boncah dan Muaro Kalaban yang tergabung dalam Kecamatan Silungkang.

Suku di Nagari Silungkang

Suku di Silungkang ada lima

  1. Suku Supanjang: Panghulu nya Datuk Bosa
  2. Suku Payobadar: Panghulu nya Datuk Mangguang Jumpo
  3. Suku Dalimo: Panghulu nya Datuk Penghulu Sati
  4. Suku Melayu: Panghulu nya Datuk Rajo Nan Godang
  5. Suku Patopang: Panghulu nya Datuk Rangkayo Nan Godang

Kampung di Silungkang

Secara kelompok besar, Nagari di Silungkang terbagi menjadi beberapa Kampuang (Andiko) yang 18, yaitu:

Suku Malayu

  1. Malayu
  2. Panai 3 Tingkah
  3. Sungkiang / Batu Bagantuang
  4. Panai Ompek Rumah / Guguak Binok
  5. Panai Koto Baru / Lubuak / Rumah Tabuah (disingkat menjadi Paklurah)

Suku Patopang

  1. Guguak / Koto Marapak
  2. Paliang Ateh / Batu Manonggow
  3. Palakoto / Talakbuai
  4. Sawah Juwai
  5. Kutianyi

Suku Dalimo

  1. Dalimo Godang
  2. Dalimo Coca / Dalimo Tapanggang
  3. Dalimo Kosiak / Guguak Ciporan / Dalimo Singkek.
  4. Tanah Sirah / Paliang Bawuah (PATAS).

Suku Supanjang

  1. Dalimo Jao Ateh
  2. Dalimo Jao Bawuah

Suku Payabadar

  1. Malowe Ilie
  2. Malowe Mudiak

Letak Geografis

Lihat di Google Maps https://goo.gl/maps/uQ9mESGD5mM2


Nagari Silungkang membentang sepanjang sembilan kilometer.
Letak Daerah: Di antara gugusan Bukit Barisan pada sebuah cekungan yang sempit
Batas Daerah:

  1. Utara: Kubang
  2. Selatan: Taratak Boncah
  3. Timur: Kubang Sirakuak, Padang Sibusuak, Kota Sawahlunto
  4. Barat: Pianggu

Luas Daerah: 2.478 ha
Ketinggian: 153 mdpl
Temperatur: 22 - 33 °C
Sungai sungai: Batang Lasi, di Kecamatan Silungkang

Komunitas

Komunitas keluarga besar Silungkang dikenal dengan Persatuan Keluarga Silungkang atau disingkat dengan PKS, yang beralamat Gedung PKS di Jl. Gotong Royong Kav.13 RT.04 RW.01 Larangan Tangerang Banten. Telp.: 021-7328676. Email: [email protected]. Website: www.wargasilungkang.or.id. Cikal bakal lahirnya Persatuan Keluarga Silungkang (PKS) terjadi pada tahun 1935 di halaman rumah seorang warga Silungkang di Jl. Kramat. Cabang Persatuan Keluarga Silungkang terdapat di Surabaya, Padang dan Jakarta.

Putera Daerah

  • Abdullah Usman adalah ahli negosiasi yang menguasai bahasa Belanda, Jepang, dan Arab. Sehingga terpilih menjadi wali nagari dan berhasil membuat Silungkang menjadi daerah yang disegani para penjajah atau tidak pernah dijajah oleh bangsa manapun.
  • Mansyur bin Samin adalah ahli perdagangan yang mempunyai toko di Singapura bernama CV BANTEN. Ia ditangkap oleh pihak penjajah karena menyelundupkan senjata ke Jakarta, di saat penerimaan penghargaan pejuang 45, dia tidak dapat hadir).

Fasilitas Umum dan Sosial

Kesehatan

  • RSU -
  • Puskesmas 1
  • Puskesmas Pembantu 4
  • Praktik Dokter 7
  • Pos KB 5
  • Klinik KB 2
  • Dokter 3
  • Perawat 21
  • Bidan 11
  • Apotek 2
  • Toko Obat 1
  • Dukun 5

Sambungan Telepon

  • Bisnis 24
  • Perumahan 664

Tempat Wisata

  • Waterboom
  • Batu Runciang
  • Lubuak Silaju
  • Ngalau Basurek / Macrowave

Referensi