Ray Sahetapy

pemeran laki-laki asal Indonesia

Templat:Infobox artis indonesia

Ferenc Raymond Sahetapy atau yang lebih dikenal dengan Ray Sahetapy (lahir 1 Januari 1957) adalah seorang aktor Indonesia keturunan Ambon, Maluku.

Kehidupan pribadi

Masa kecilnya dihabiskan di Panti Asuhan Yatim Warga Indonesia, Surabaya. Ia menikah dengan Dewi Yull pada tanggal 16 Juni 1981, tanpa restu dari orang tua Dewi, karena perbedaan agama.[1] Mereka mempunyai empat orang anak, yakni Giscka Putri Agustina Sahetapy, Rama Putra Sahetapy, Surya Sahetapy, dan Muhammad Raya. Sayangnya, Dewi memilih untuk menolak poligami sehingga memutuskan untuk menggugat cerai Ray. Dewi melakukannya karena Ray hendak menikah lagi dengan Sri Respatini Kusumastuti, seorang janda beranak dua yang merupakan pengusaha kafe dan katering, yang pernah menjadi dosen seni pertunjukan di Institut Kesenian Jakarta. Mereka resmi bercerai pada 24 Agustus 2004.[2] Ray kemudian menikah dengan Sri di bulan Oktober 2004.[3]Ia merupakan pemimpin dari organisasi Perhimpunan Seniman Nusantara.

Karier

Sejak remaja, pria berdarah Maluku ini bercita-cita menjadi aktor. Demi mengejar impiannya, Ray meneruskan kuliah di Institut Kesenian Jakarta pada 1977, seangkatan dengan Deddy Mizwar dan Didik Nini Thowok. Ia lulus pada tahun 1988. Film perdananya berjudul Majalah Gadis yang merupakan arahan dari sutradara Nya' Abbas Akup. Dalam film inilah, ia bertemu dengan Dewi Yull yang merupakan istri pertamanya.

Lewat film Noesa Penida yang tayang pada tahun 1988 ini, Ray dinominasikan sebagai aktor terbaik pada Festival Film Indonesia 1989. Selain itu, ia juga pernah dinominasikan sebanyak tujuh kali dalam ajang yang sama, yakni melalui film Ponirah Terpidana (Festival Film Indonesia 1984), Secangkir Kopi Pahit (Festival Film Indonesia 1985), Kerikil-Kerikil Tajam (Festival Film Indonesia 1985), Opera Jakarta (Festival Film Indonesia 1986), Tatkala Mimpi Berakhir (Festival Film Indonesia 1988), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (Festival Film Indonesia 1990).

Ketika industri film Indonesia mengalami mati suri, ia tetap eksis di dunia seni peran. Ray membangun sebuah sanggar teater di pinggiran kota dan membentuk komunitas teater di sana. Lewat sanggarnya ini, ia pernah membuat geger lantaran gagasan tentang perlunya mengubah nama Republik Indonesia menjadi Republik Nusantara.

Pada pertengahan 2006, ia kembali aktif di dunia film dengan membintangi Dunia Mereka. Bahkan, kongres PARFI pada tahun yang sama memilih Ray menjadi salah satu ketuanya.

Filmografi

Film

Sinetron

Drama

  • Seindah Bunga Teratai (2014, DAAI TV)
  • Assalamulaikum Cinta Abi (2019)

Situasi komedi

Serial web

Pranala luar

Referensi