Buroq (kesenian)
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada April 2012. |
Artikel ini tidak memiliki bagian pembuka yang sesuai dengan standar Wikipedia. (8 Nov. 2011) |
Kesenian Buroq lahir di Cirebon diperkirakan tahun 1920 di desa Kalimaro Kecamatan Babakan.[1] Penciptanya yaitu Bapak Ta'al.[1]
Genjring Buroq merupakan kesenian helaran atau arak-arakan terutama dalam khitanan untuk mengarak pengantin sunat.[1] Waditra yang digunakan adalah 4 buah genjring, gong, gitar, biola dsb.[1] Peralatan boneka Buroq terdiri dari boneka yang berbadan kuda bersayap dan berkepala wanita cantik, sepasang boneka ondel-ondel, macan tutul dsb.[1]
Pemunculan boneka ini sendiri awalnya memang lebih ditujukan untuk memperingati Isra Miraj.[2] Tapi lama-kelamaan, boneka ini juga kerap dimunculkan dalam keriaan-keriaan bernapaskan Islam, seperti acara khataman Alquran, khitanan dan membangunkan orang sahur seperti di Desa Pakijangan.[2]
Suasana Ramadan di Desa Pakijangan, sebenarnya hampir tak ada bedanya dengan suasana bulan Puasa di wilayah-wilayah masyarakat muslim lainnya.[2] Setelah berbuka, masyarakat memenuhi masjid untuk melaksanakan salat Tarawih.[2] Yang membedakan adalah ketika dini hari tiba.[2] Saat warga lainnya masih terlelap tidur, para pemuda dan seniman Buroq justru berkumpul di salah satu sudut desa bersiap-siap membangunkan warga lainnya agar melaksanakan sahur.[2] Di Desa Pakijangan, tradisi ini sudah dilakukan para pemain orkes Buroq Bandarjaya pimpinan Wasjan sejak 20 tahun lampau.[2]
Setelah semua siap, boneka Buroq yang menggambarkan kendaraan Rasulullah ini mulai dimainkan.[2] Boneka berbentuk seperti kuda terbang berkepala bidadari berparas ayu ini, dimainkan dua orang penari laki-laki.[2] Sementara puluhan warga lainnya meramaikan kegiatan Obrok Buroq ini.[2] Dilengkapi kesenian tradisional gendang Cirebonan dan rebana, obor pun dinyalakan dan secara beriringan rombongan Obrok Burok ini mulai mengelilingi kampung.[2]