Mudzakkir
Prof. Dr. Mudzakkir, SH, MH. merupakan seorang ahli hukum pidana Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta yang cukup terkenal di Indonesia. Beliau kerap menjadi saksi dalam berbagai kasus ternama, diantaranya: kasus Pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan Kopi Sianida oleh Jessica Kumala Wongso, kasus korupsi dana haji oleh Suryadharma Ali, kasus Setya Novanto, kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan sidang pra-peradilan pada kasus dugaan penghasutan oleh Muhammad Rizieq Shihab. Mudzakkir juga tidak jarang tampil dalam berbagai program acara televisi sebagai pembicara, salah satunya Indonesia Lawyers Club (ILC).
Kehidupan Pribadi
Sebagai seorang pengajar, Mudzakkir selalu ingin memberikan inspirasi bagi generasi muda yang hendak menekuni ilmu hukum pidana. Menurut pendapatnya, mereka yang hendak belajar ilmu pidana harus memiliki konsistensi untuk taat nilai, taat azas dan taat norma dengan tetap mengacu kepada azas legalitas.[1]
Pendidikan
- Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia pada tahun 1984.[2]
- Magister Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1992.[2]
- Doktor dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 2001.[2]
Karir
Mudzakkir merupakan Guru Besar Hukum Pidana UII, dosen tetap Fakultas Hukum UII sejak tahun 1985, dan menjabat sebagai Pengacara Nasional.
Kasus Penistaan Agama oleh Ahok
Dalam kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Mudzakkir hadir sebagai saksi memberatkan. Sebelum mendatangi Bareskrim pada tanggal 3 November 2016, ia menyatakan bahwa dirinya telah melakukan berbagai kajian dan telah memberikan pernyataan ke media. Menurut analisisnya, pernyataan yang disampaikan Ahok dapat dikategorikan sebagai bentuk penistaan agama.
Adapun terkait penundaan proses hukum karena Ahok adalah Gubernur DKI Jakarta, ia berpendapat bahwa penundaan proses hukum bagi calon kepala daerah bisa dimaklumi jika kasusnya bukan kejahatan luar biasa. Sedangkan menurutnya, kasus penistaan agama dapat digolongkan sebagai kejahatan serius di Indonesia. Oleh karena itu, Mudzakkir menegaskan bahwa baiknya POLRI melihat konteks kasus tersebut sebelum memutuskan untuk menunda atau melanjutkan.
Kasus Berita Bohong oleh Ratna Sarumpaet
Ratna Sarumpaet menyebarkan berita bohong dengan mengaku menjadi korban pemukulan sejumlah orang di Bandung pada 21 September 2018.[3] Pada akhirnya, terbukti bahwa lebam di wajahnya merupakan dampak dari operasi sedot lemak.
Kasus Kematian Enam Anggota Front Pembela Islam
Dalam kejadian ini, Mudzakkir mempertanyakan alasan terjadinya pembunuhan terhadap enam anggota Front Pembela Islam (FPI) yang merupakan pengawal Muhammad Rizieq Shihab (HRS). Ia berpendapat bahwa berdasarkan sejumah fakta hukum yang disampaikan berbagai pihak, belum ada kejelasan atas alasan atau kejahatan apa mereka ditembak.[4] Lebih luas, ia turut mempertanyakan bentuk kejahatan apa yang hendak dilakukan Rizieq Shihab sehingga ada keputusan untuk menembak mati para pengawalnya.[4] Menurutnya, meski berbagai media memberitakan adanya kapabilitas Rizieq Shihab untuk "menggerakkan massa," tujuan dari tindakan tersebut harus jelas terlebih dahulu.[4] Apabila alasannya bukan merupakan sebuah kejahatan, maka seharusnya tidak boleh ada tindakan mematikan apapun sebab unjuk rasa atau demonstrasi adalah konstitusional.[4] Dengan kata lain, apabila kejadian ini terjadi tanpa alasan yang benar, maka tindakan mematikan tersebut tergolong unprocedural karena tidak melalui prosedur yang sah.[4] Ia juga menyebut tindakan mematikan terhadap para pengawal Rizieq Shihab sebagai tindakan yang berlebihan.[4]
Karya Tulis
- Analisis atas Mekanisme Penanganan Hukum Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan[5]
Jurnal
- Pertanggung Jawaban Pidana Dokter[6]
- Persepsi Korban Kejahatan Terhadap Proses Peradilan Pidana[7]
- Model Pemasyarakatan yang Ideal: Konsep Pembinaan Narapidana Ideal, Kajian Komparasi Hukum Islam[8]
- Jurnal Legislasi Indonesia Vol 8 No 1, April 2011
- Jurnal Legislasi Indonesia Vol 8 No 2, Juni 2011
Makalah Seminar Nasional
- Narasumber Seminar Nasional 18 Juni 2014
- Narasumber Seminar Nasional 16 Juli 2014
- Narasumber Seminar Nasional 1 April 2015
- Narasumber Seminar Nasional 8 Desember 2015
- Narasumber Seminar Tahunan 19 Januari 2016
- Narasumber Seminar Nasional 19 Maret 2016
- Narasumber Seminar Nasional 25 April 2016
- Narasumber Seminar Nasional 19 Oktober 2017
- Narasumber Seminar dan Lokakarya 29 Desember 2018
- Narasumber Seminar Bedah Buku 22 Januari 2019
- Narasumber Seminar Nasional 8 Juli 2019
Referensi
- ^ "Mengenal Prof. Dr. Mudzakir SH Pakar Hukum Pidana". poskota.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-24.
- ^ a b c "Mudzakkir, Dr., S.H., M.H." Faculty of Law. Diakses tanggal 2021-02-24.
- ^ "Prof. Dr. Mudzakir, SH, MH, Ahli Hukum Pidana Universitas Islam Indonesia Yogyakarta : "Ratna Sarumpaet Hanya Bisa disanksi Sosial"". Forumkeadilan (dalam bahasa Inggris). 2018-10-16. Diakses tanggal 2021-02-24.
- ^ a b c d e f "Prof. Dr. Mudzakir, SH, MH Pertanyakan Alasan apa Sehingga Terjadi Pembunuhan Terhadap Enam Anggota FPI". edisi.co.id. 2020-12-30. Diakses tanggal 2021-02-24.
- ^ Mudzakkir (November 2010). "ANALISIS ATAS MEKANISME PENANGANAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KESUSILAAN" (PDF). KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI: BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL.
- ^ Mudzakkir (1991). "Pertanggung Jawaban Pidana Dokter". Jurnal Fakultas Hukum UII. 12 (11): 65–74.
- ^ Mudzakkir (1995). "Persepsi Korban Kejahatan Terhadap Proses Peradilan Pidana". Jurnal Fakultas Hukum UII. 15 (26): 116–123.
- ^ Mudzakkir (1995). "Model Pemasyarakatan yang Ideal: Konsep Pembinaan Narapidana Ideal, Kajian Komparasi Hukum Islam". Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM. 2 (4): 31–44.