Muzoon Almellehan lahir di Suriah tepatnya di daerah Daraa pada tanggal 8 April 1999. Ia menjadi pengungsi pertama di Inggris bersama dengan keluarganya melalui Yordania saat negaranya terlibat konflik dan peperangan. Ia bersama keluarganya keluar dari negaranya karena menginginkan sebuah hidup yang normal, jauh dari konflik dan kesengsaraan akibat Perang Saudara Suriah. Ketika usianya 19 tahun, ia menjadi duta UNICEF.[1] Walaupun usianya sangat belia, ia mempunyai cita-cita dan mimpi besar untuk mendorong anak-anak dan remaja perempuan mendapatkan keadilan dan kesetaraan dalam pendidikan. Karena di negaranya, pendidikan adalah hal yang mahal untuk di raih perempuan.

Foto Muzoon Almellehan di acara "Girls Education Forum" di London, pada 7 Juli 2016

Muzoon Almellehan juga menyayangkan banyaknya kasus pernikahan anak di negaranya masih dianggap sebagai hal yang wajar oleh masyarakat. Apalagi dalam kondisi konflik, menikahkan anak perempuan sering dianggap sebagai upaya untuk memperbaiki kehidupan sebuah keluarga, terutama dari segi ekonomi. Padahal, anggapan tersebut merupakan keputusan yang salah. Karena, pernikahan yang terjadi pada anak-anak di bawah umur dibangun dengan pondasi yang sangat rapuh. Sehingga, Muzoon merasa perlu memberikan pendidikan kepada perempuan-perempuan agar mereka bisa terus giat mengenyam pendidikan sembari menunggu kematangan umur, mental dan juga finansial mereka untuk melangsungkan pernikahan. Sehingga, permasalahan-permasalahan yang terjadi akibat pernikahan di bawah umur bisa diminimalisir.

Walaupun Muzoon sudah tinggal di Inggris dengan kehidupan yang sangat nyaman, Muzoon tetap ingin kembali membangun negaranya dari puing-puing keruntuhan akibat peperangan. Ia ingin menjadi seorang jurnalis perempuan sehingga ia bisa menuangkan seluruh perjalanan hidupnya ke dalam sebuah tulisan.

Ia tidak putus asa untuk terus berjuang demi tercapainya kesetaraan bagi kaum perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Karena dengan pendidikan, perempuan akan menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak. Dengan pendidikan pula perempuan mampu memberikan perubahan di negaranya karena pendidikan adalah bekal dan kunci untuk meniti kehidupan di masa depan.[2]

Referensi

Pranala luar