Jabir bin Abdullah
Jabir bin Abdullah bin Amr bin Haram al-Anshari (bahasa Arab: جابر بن عبدالله بن عمرو بن حرام الأنصاري) adalah salah satu Sahabat Nabi dan salah satu dari Sahabat yang banyak meriwayatkan Hadis Nabi.[2]
Jabir bin Abdullah | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | 15 H (607/608 M) |
Meninggal | 78 H (697/698 M) Madinah |
Sebab meninggal | Diracuni oleh Al-Hajjaj bin Yusuf |
Agama | Islam |
Pasangan | Suhaimah binti Mas’ud[1] |
Orang tua | Abdullah bin Amr bin Haram |
Kehidupan
Warisan
Pada tahun 1932 (atau tahun 1351 Hijriah), raja Irak yang bernama Shah Faisal I bermimpi di mana dalam mimpinya ia ditegur oleh Hudzaifah bin al-Yaman (salah seorang sahabat Nabi Muhammad) yang berkata, "Wahai raja! Ambillah jenazahku (Hudzaifah bin al-Yaman) dan jenazah Jabir bin Abdullah dari tepian Sungai Tigris dan kemudian kuburkan kembali di tempat yang aman karena kuburanku sekarang dipenuhi oleh air dan kuburan Jabir bin Abdullah juga sedang dipenuhi oleh air."
Mimpi yang sama terjadi berulang-ulang pada malam-malam berikutnya akan tetapi raja Faisal I tidak peduli dengan mimpi itu karena ia merasa ada hal-hal lain yang jauh lebih penting dalam kehidupannya yang berupa urusan-urusan kenegaraan. Pada malam ketiga Hudzaifah bin al-Yaman hadir dalam mimpi Mufti Besar Iraq. Hudzaifah bin al-Yaman berkata dalam mimpi sang Mufti itu, "Aku telah memberitahu raja dua malam sebelumnya untuk memindahkan jenazahku akan tetapi tampaknya ia tidak peduli. Beritahukanlah kepada raja agar ia mau sedikit berempati untuk memindahkan kuburan-kuburan kami."
Lalu setelah mendiskusikan masalah ini, raja Faisal, disertai oleh Perdana Menteri dan Mufti Besar bermaksud untuk melaksanakan tugas ini. Diputuskan bahwa Mufti Besar akan memberikan fatwa mengenai hal ini dan Perdana Menteri akan memberikan pernyataan kepada pers supaya semua orang tahu tentang rencana besar ini. Kemudian,, diumumkan kepada umum bahwa rencana ini akan dilangsungkan pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah salat Dzhuhur dan Ashar. Kuburan kedua sahabat Nabi Muhammad itu akan dibuka dan jenazahnya (atau mungkin kerangkanya) akan dipindahkan ke tempat lain.
Karena pada waktu itu sedang musim haji, maka para jamaah haji juga ikut berkumpul di kota Mekkah. Mereka meminta Raja Faisal I untuk menunda rencana itu selama beberapa hari agar mereka juga bisa melihat dengan mata kepala sendiri proses ekskavasi dari kedua tubuh sahabat nabi itu. Mereka ingin agar proses ekskavasi itu ditunda hingga mereka selesai beribadah haji. Akhirnya Raja Faisal setuju untuk menangguhkannya dan mengundurkannya hingga tanggal 20 Dzulhijjah.
Setelah salat Dzuhur dan Ashar, pada tanggal 20 Dzulhijjah tahun 1351 Hijriah atau tahun 1932 Masehi, orang-orang berdatangan ke kota Baghdad. Yang datang bukan saja kaum Muslim melainkan juga kaum Non-Muslim. Mereka berkumpul di kota Baghdad hingga penuh sesak. Ketika kuburan Hudzaifah bin al-Yaman dibuka segera mereka melihat bahwa kuburan itu dipenuhi air di dalamnya. Tubuh Hudzaifah bin al-Yaman diangkat dengan menggunakan katrol dengan sangat hati-hati agar tidak rusak dan kemudian jenazah yang tampak masih sangat segar itu dibaringkan di sebuah tandu. Kemudian Raja Faisal beserta Mufti Besar, Perdana Menteri dan Pangeran Faruq dari Mesir mendapatkan kehormatan untuk mengangkat tandu itu bersama-sama dan kemudian meletakkan jenazah segar itu ke sebuah peti mati dati kaca yang dibuat khusus untuk menyimpan jenazah-jenazah itu. Tubuh Jabir bin Abdullah al-Ansari juga dipindahkan ke peti mati dari kaca yang sama dengan cara yang sama hati-hatinya dan dengan segenap penghormatan.
Kedua jenazah suci dari sahabat sejati Nabi yang kurang dikenal kaum Muslimin ini kelihatan masih segar dan tak tersentuh bakteri pengurai sedikitpun. Keduanya dengan mata terbuka menatap ke depan menatap kenabian yang mana keduanya membuat para penonton terperangah dan tak bisa menutup mulutnya. Selain tubuh keduanya yang tampak segar bugar, juga peti mati mereka yang juga tampak masih utuh dan baru dan juga pakaian yang mereka kenakan pada saat dikubur semuanya utuh dan kalau dilihat sekilas seolah-olah kedua sahabat nabi dan pahlawan Islam ini masih hidup dan hanya terbaring saja.
Kedua jasad suci ini akhirnya dibawa dan dikebumikan kembali di kuburan yang baru tidak jauh dari kuburan sahabat Nabi Muhammad lainnya yaitu Salman Al-Farisi yang terletak di Salman Park kurang lebih 30 mil jauhnya dari kota Baghdad.
Pada tanggal 26 Februari 2006, Shrine of Salman Persia diserang oleh pemberontak dan rusak dalam kekerasan menyusul ledakan bom di Masjid al-Askari.
Lawas
Dia mengisahkan tentang 1.547 hadits (menurut beberapa ahli sejarah). Setelah wafatnya Nabi Muhammad ia digunakan untuk memberikan ceramah di Masjid Nabawi, Madinah, Mesir, dan Damaskus. Para ulama Tabi'in terkemuka seperti Amr bin Dinar, Mujahid bin Jabir, Atiyya bin Sa'ad, dan Atha bin Abi Rabah menghadiri ceramahnya. Orang-orang berkumpul di sekitarnya di Damaskus dan Mesir untuk belajar tentang Nabi Muhammad dan hadits-nya.
Daftar riwayat hadits
- Hadits tentang Nabi Isa berdoa di belakang Imam Mahdi
- Hadits yang berhubungan dengan Nikah mutah dan An-Nisa.
- Sebuah narasi tentang kontrasepsi.