Dispnea

sulit bernapas
Revisi sejak 6 Maret 2021 04.50 oleh Syariful Msth (bicara | kontrib) (sunting isi aritkel)

Dispnea (Bahsa inggris: dyspnea, shortness of breath (SOB)) atau sesak napas adalah kondisi kesehatan ketika seseorang mengalami kesulitan bernapas.[1] Dispnea terjadi karena tidak terpenuhinya pasokan oksigen ke paru-paru sehingga menyebabkan pernapasan seseorang menjadi lebih cepat, pendek, dan dangkal. Tingkat pernapasan normal untuk orang dewasa dan remaja berkisar antara 12-16 napas per menit.[2] Namun saat mengalami dispnea, pola dan frekuensi pernapasan akan berubah.[3]

Dispnea
Informasi umum
Nama lainSesak napas
Pelafalan
  • Dyspnea: /dɪspˈniːə/;
SpesialisasiPulmonologi

Definisi

Organisasi nirlaba American Thoracic Society (ATS) mendefinisikan dispnea sebagai pengalaman subjektif dari ketidaknyamanan pernapasan, yang terdiri dari sensasi berbeda secara kualitatif dengan intensitas bervariasi. Dispnea dapat disebabkan karena penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, penyakit paru interstitial, gangguan neuromuskuler, kanker paru-paru, dan penyakit jantung koroner.[4]

Menurut dokter spesialis anak RSIA Catherine Booth dr.Irvan Auwriadharma,[5] dispena atau sesak nafas merupakan kondisi di mana seseorang susah bernapas. Kondisi tersebut biasanya terjadi ketika seseorang sedang melakukan aktivitas fisik. Sesak napas dapat terjadi baik pada orang dewasa, remaja, maupun anak-anak dan bayi sekalipun.[6]

Definisi lain

Definisi lain dari dispnea atau sesak napas, di antaranya yaitu:

  • Dispnea yaitu kesulitan dalam bernapas, yang berkaitan dengan paru-paru atau penyakit jantung dan dapat menyebabkan sesak napas. Dispena juga disebut dengan istilah kelaparan udara (air hunger).[7]
  • Dispnea adalah pernapasan seseorang yang tidak teratur atau tidak memadai.[8]
  • Dispnea didefinisikan sebagai pengalaman sesak napas, baik akut ataupun kronis.[9]

Diagnosis

Sindrom koroner akut

 
Penyumbatan arteri koroner

Sindrom koroner akut atau acute coronary syndrome (ACS) merupakan suatu masalah kardiovaskular[10] yang terjadi karena aliran darah menuju jantung berkurang secara drastis atau tiba-tiba.[11] Sindrom koroner akut dapat disebabkan karena dispnea (sesak napas), sakit kepala atau pusing, gelisah, dan denyut jantung tidak teratur.[12]

COVID-19

Penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019, disingkat COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu jenis koronavirus. Penyakit tersebut dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Gejala umum yang dialami oleh penderita COVID-19 yaitu demam, batuk kering, dan sesak napas (dispnea).[13]

Asma

Tanda-tanda dan gejala

Tanda-tanda dan gejala yang akan dialami seseorang ketika mengalami dispnea atau sesak napas, di antaranya:

  • Mengi
  • Nyeri dada
  • Kulit pucat
  • Napas berbunyi
  • Kulit dingin dan lembap
  • Kesulitan dalam mengatur napas
  • Kecemasan atau perasaan panik [14]
  • Takipnea, yaitu kondisi ketika laju pernapasan seseorang lebih cepat dan pendek dari kondisi normal [15]

Jenis dan penyebab dispena

Menurut dokter Steven A. Wahls dari Rush Medical College di Chicago, penyebab paling umum terjadinya dispnea yaitu disebabkan oleh asma, gagal jantung, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),[16] penyakit paru interstitial,[17] pneumonia, dan masalah psikogenik yang biasanya terkait dengan kecemasan.[18]

Dispnea atau sesak napas dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispnea akut dan dispena kronis.[6]

Dispnea akut

Dispena akut merupakan sesak napas yang berlangsung kurang dari satu bulan.[6] Penyebab terjadinya dispnea akut di antaranya sebagai berikut:[18]

Dispnea kronis

Dispnea kronis merupakan sesak napas yang berlangsung lebih dari satu bulan.[6] Penyebab terjadinya dispnea kronis di antaranya sebagai berikut:[18]

Pengobatan dan pencegahan

Pengobatan

Pengobatan dan penanganan untuk penderita dispnea berbeda-beda, tergantung pada penyebabnya. Di antaranya sebagai berikut:

  • Menggunakan obat untuk menghilangkan kecemasan, sehingga dapat membantu menghilangkan panik ketika mengalami dispnea. Selain itu, juga dapat menggunakan obat pereda nyeri untuk mempermudah pernapasan.[20]
  • Apabila penderita dispnea disebabkan oleh efusi pleura, maka disarankan diobati dengan menggunakan metode pengobatan thoracentesis, chest tube, pleural drain, dan lainnya. [21]
  • Apabila dispnea terjadi karena dipicu oleh asma atau PPOK, maka dapat menggunakan obat-obatan seperti bronkodilator dan steroid. Penggunaan steroid dapat membantu mengurangi edema paru-paru.[22][20]
  • Apabila dispnea berkaitan dengan infeksi seperti pneumonia bakterial, maka disarankan diobati dengan menggunakan antibiotik.[23]
  • Melakukan terapi oksigen hiperbarik bagi penderita hipoksia.[24]

Pencegahan

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ketika mengalami dispnea, di antaranya yaitu:

  1. Hindari merokok.
  2. Menghindari atau menjauhi paparan polusi udara.
  3. Menurunkan berat badan dan rutin berolahraga. [1]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Sesak Napas (Dispnea): Penyebab dan Cara Mengatasi". Hello Sehat. 2020-07-24. Diakses tanggal 2021-02-26. 
  2. ^ "Normal Breathing Rate for a Teenager". LIVESTRONG.COM (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-27. 
  3. ^ "Macam-Macam Penyebab Dyspnea dan Cara Meredakannya". Alodokter. 2019-08-16. Diakses tanggal 2021-02-27. 
  4. ^ Rose, Verna L. (1999-06-01). "American Thoracic Society Issues Consensus Statement on Dyspnea". American Family Physician. 59 (11): 3259. ISSN 0002-838X. 
  5. ^ "RSIA Catherine Booth - Dokter". rsiacatherinebooth.com. Diakses tanggal 2021-02-27. 
  6. ^ a b c d Hasniati, Hasniati; Arianti, Arianti; Philip, William (2018-06-10). "Penerapan Metode Bayesian Network Model Untuk Menghitung Probabilitas Penyakit Sesak Nafas Bayi". Jurnal Rekayasa Teknologi Informasi (JURTI) (dalam bahasa Inggris). 2 (1): 64–65. doi:10.30872/jurti.v2i1.1415. ISSN 2580-667X. 
  7. ^ "dyspnea". The Free Dictionary. 
  8. ^ "UpToDate". www.uptodate.com. Diakses tanggal 2021-02-28. 
  9. ^ "dyspnea - General Practice Notebook". web.archive.org. 2011-06-13. Diakses tanggal 2021-02-28. 
  10. ^ "WHO | Catastrophic health expenditure on acute coronary events in Asia: a prospective study". WHO. Diakses tanggal 2021-03-06. 
  11. ^ Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut (PDF). Centra Communications. 2015. hlm. 1. 
  12. ^ "Sindrom Koroner Akut: Kenali Gejala, Penyebab, dan Penanganannya". Alodokter. 2017-08-29. Diakses tanggal 2021-03-05. 
  13. ^ "Kementerian Kesehatan Republik Indonesia". www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 2021-03-06. 
  14. ^ "Signs and symptoms of breathlessness | Coping physically | Cancer Research UK". www.cancerresearchuk.org. Diakses tanggal 2021-02-27. 
  15. ^ "What Causes Rapid, Shallow Breathing?". Healthline (dalam bahasa Inggris). 2012-07-17. Diakses tanggal 2021-02-27. 
  16. ^ "COPD - Symptoms and causes". Mayo Clinic (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-26. 
  17. ^ "Interstitial Lung Disease". www.lung.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-26. 
  18. ^ a b c "Dyspnea: Causes, diagnosis, and treatment". www.medicalnewstoday.com (dalam bahasa Inggris). 2018-07-23. Diakses tanggal 2021-02-26. 
  19. ^ "Causes". stanfordhealthcare.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-26. 
  20. ^ a b "Lung Cancer: Managing Shortness of Breath - Health Encyclopedia - University of Rochester Medical Center". www.urmc.rochester.edu. Diakses tanggal 2021-03-05. 
  21. ^ "Efusi Pleura". Alodokter. 2020-05-09. Diakses tanggal 2021-02-28. 
  22. ^ "Bronchodilators". nhs.uk (dalam bahasa Inggris). 2017-10-20. Diakses tanggal 2021-03-05. 
  23. ^ Aliyah, Muta (2020). "Pola penggunaan obat bronkodilator pada pasien penyakit paru obstruktif kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo". Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository. hlm. 3-4. Diakses tanggal 5 Maret 2021. 
  24. ^ "How does hyperbaric oxygen therapy work?". University of Iowa Hospitals & Clinics (dalam bahasa Inggris). 2017-09-14. Diakses tanggal 2021-03-05.