Himpunan Mahasiswa Islam

organisasi mahasiswa di Indonesia

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)[1] adalah organisasi mahasiswa yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia).

Himpunan Mahasiswa Islam
Berkas:Lambang HMI.jpg
Lambang Himpunan Mahasiswa Islam
SingkatanHMI
Tanggal pendirian5 Februari 1947; 77 tahun lalu (1947-02-05)
TipeOrganisasi Kemahasiswaan, Perkaderan dan Perjuangan.
TujuanTerbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah subhanahu wata'ala.
Kantor pusatJakarta, Indonesia
Bahasa resmi
Indonesia
PJ Ketua Umum PB HMI 2018-2020
Abdul Muis Amiruddin

Sejarah

Sebelum lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri organisasi kemahasiswaan bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946 yang beranggotakan mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra. Oleh karena Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta dirasa tidak memperhatikan kepentingan para mahasiswa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. Tidak tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan alasan kuat bagi para mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta.

Pada tahun 1946, suasana politik di Indonesia khususnya di Ibu kota Yogyakarta mengalami polarisasi antara pihak Pemerintah yang dipelopori oleh Partai Sosialis pimpinan Syahrir - Amir Syarifuddin dan pihak oposisi yang dipelopori oleh Masyumi pimpinan Soekiman - Wali Al-Fatah, PNI pimpinan Ki Sarmidi Mangunsarkoro - Suyono Hadinoto, serta Persatuan Pernyangannya Tan Malaka. Polarisasi ini bermula pada dua pendirian yang saling bertolak belakang. Pihak Partai Sosialis (Pemerintah) menitikberatkan perjuangan memperoleh pengakuan Indonesia kepada perjuangan berdiplomasi sementara pihak oposisi berpegang pada perjuangan bersenjata melawan Belanda.

Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga sebagian besar dari mereka adalah pengurus Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta berorientasi kepada Partai Sosialis. Melalui merekalah Partai Sosialis mencoba mendominasi Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta. Namun mahasiswa yang masih memiliki idealisme tidak dapat membiarkan usaha Partai Sosialis hendak mendominir Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta. Dengan suasana yang sangat kritis dikarenakan Belanda semakin memperkuatkan diri dengan terus-menerus mendatangkan bala bantuan dengan persenjataan modern disertai dengan peristiwa Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947 Dengan situasi yang demikian para mahasiswa yang berideologi murni tetap bersatu menghadapi Belanda, mencegak setidak-tidaknya mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang sangat melemahkan potensi Indonesia menghadapi Belanda. Karenanya mereka menolah keras akan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap mahasiswa yang dinilai akan mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik.

Berbagai hal ini yang mendorong beberapa orang mahasiswa untuk mendirikan organisasi baru. Meskipun sebenarnya jauh sebelum adanya keinginan untuk mendirikan organisasi baru sudah ada cita-cita akan itu, tetapi selalu ditunda dan dianggap belum tepat. Namun melihat dari berbagai kondisi yang ada dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu diwujudkan karena bila membiarkan Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta lebih lama didominasi oleh Partai Sosialis adalah hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta tidak hanya datang dari kalangan mahasiswa Islam, melainkan juga mahasiswa kristen, mahasiswa katolik, serta berbagai mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi keagamaan.[1][2][3][4][5][6][7][8][9][10] [11].

HMI diprakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat I (semester I) Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Islam (sekarang Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH-UII). Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi mahasiswa bernapaskan Islam dan setelah mendapatkan cukup dukungan, pada bulan November 1946, ia mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik di Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Teknik Tinggi, untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut. Rapat-rapat ini dihadiri kurang lebih 30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak menghasilkan kesepakatan. Namun Lafran Pane mengambil jalan keluar dengan mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya. Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan Setyodiningratan 30 (sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta, masuklah Lafran Pane yang langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya mengatakan "Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres".

Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan sambutan, tetapi dia menolak dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat tersebut.

Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran Pane dalam rapat tersebut adalah sebagai berikut:

  • Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran dasarnya telah dipersiapkan.
  • Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau menolaknya untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam.
  • Di antara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun demikian apapun bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap berdirinya organisasi Mahasiswa Islam ketika itu, dikarenakan persiapan yang sudah matang.

Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil keputusan:

  • Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI yang bertujuan:
  • Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun Anggaran Rumah Tangga akan dibuat kemudian.
  • Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam.

Adapun peserta rapat yang berhadir adalah Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan), Suwali, Yusdi Ghozali; tokoh utama pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII), Mansyur, Siti Zainah (istri Dahlan Husein), Muhammad Anwar, Hasan Basri, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Bidron Hadi.

Selain itu keputusan rapat tersebut memutuskan kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai berikut:

Ketua Lafran Pane
Wakil Ketua Asmin Nasution
Penulis I Anton Timoer Djailani, salah satu pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Penulis II Karnoto Zarkasyi
Bendahara I Dahlan Husein
Bendahara II Maisaroh Hilal
Anggota Suwali
Yusdi Gozali, pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
Mansyur

Pada saat terjadi pembantaian massal anti-komunis yang dimulai pasca-G30S mahasiswa anggota HMI dilibatkan pihak universitas dalam proses skrining dan pembersihan kampus untuk menunjuk siapa pengajar atau mahasiswa yang dianggap komunis, anggota PKI, atau aktif dalam organisasi mahasiswa kiri seperti CGMI. Mereka yang tidak lolos proses skrining ini dipecat, sebagian menjadi tahanan politik, hilang, atau dibunuh.[12] Beberapa anggota HMI dilatih oleh RPKAD untuk membunuh.[13]

Organisasi

Lembaga Pengembangan Profesi (LPP)

Lembaga Pengembangan Profesi adalah lembaga pengkaderan untuk pengembangan profesi di lingkungan HMI. Lembaga Pengembangan Profesi terdiri dari:

  1. Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI), pencetus terbentuknya Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
  2. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
  3. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
  4. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
  5. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
  6. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
  7. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
  8. Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Mahasiswa Islam (LKBHMI)
  9. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
  10. Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI)

Dalam Perkembangannya Himpunan Mahasiswa Islam kemudian terpecah menjadi dua karena upaya Orde Baru dalam meletakkan asas tunggal pancasila, yang merapat pada kekuasaan Orde Baru disebut HMI Dipo dan yang tetap sesuai asas Islam adalah HMI MPO, tetapi keduanya tetap menyebut sebagai HMI dalam dokumen organisasi.

Ketua Umum

No. Nama Masa jabatan
1 Lafran Pane 1948
2 Mohammad Syafa'at Mintaredja 1948
3 Achmad Tirtosudiro 1948 - 1949
4 Lukman El Hakim 1950 - 1951
5 A. Dahlan Ranuwiharjo 1951 - 1953
6 Deliar Noer 1953 - 1955
7 Amir Rajab Batubara 1955 - 1957
8 Ismail Hassan Metareum 1957 - 1960
9 Nursal 1960 - 1963
10 Sulastomo 1963 - 1966
11 Nurcholish Madjid 1966 - 1969

1969 - 1971

12 Akbar Tanjung 1971 - 1974
13 Ridwan Saidi 1974 - 1976
14 Chumaidi Syarif Romas 1976 - 1978
15 Abdullah Hehamahua 1978 - 1981
16 Ahmad Zacky Siradj 1981 - 1983
17 Harry Azhar Azis 1983 - 1986
18 M. Saleh Khalid 1986 - 1988
19 Herman Widyananda 1988 - 1990
20 Ferry Mursyidan Baldan 1990 - 1992
21 Yahya Zaini 1992 - 1995
22 Taufik Hidayat 1995 - 1997
23 Anas Urbaningrum 1997 - 1999
24 M. Fakhruddin 1999 - 2002
25 Kholis Malik 2002 - 2004
26 Hasanuddin 2004 - 2006
27 Fajar Zulkarnain 2006 - 2008
28 Arip Mustafa 2008 - 2010
29 Noer Fadjrieansyah 2010 - 2013
30 Arief Rosyid 2013 - 2015
31 Mulyadi P. Tamsir 2015 - 2018
32 Respiratori Saddam Al Jihad 2018
32 Arya Kharisma Hardy (pj) 2018-2020

Alumni HMI

Artikel utama untuk bagian ini: Kategori: Tokoh HMI Alumni HMI adalah anggota HMI yang telah habis atau selesai masa anggotanya.

  1. Nurcholish Madjid / Cak Nur (Tokoh Bangsa)
  2. Jusuf Kalla, (Wakil Presiden RI)
  3. Azyumardi Azra (Mantan Rektor UIN Jakarta)
  4. Komaruddin Hidayat (Mantan Rektor UIN Jakarta)
  5. Alm. Iqbal Abdu Rauf Saimima (Majalah PanjiMas)
  6. Yudi Latif (Intelektual)
  7. Amin Abdullah (Mantan Rektor UIN Jogja)
  8. Kuntowijoyo (alm) (sejarawan UGM)
  9. Muhammad Rizieq Shihab
  10. Taufik Ismail (Budayawan)
  11. Sulastomo
  12. Hamzah Haz (Wapres RI 2001-2004)
  13. Akbar Tanjung (Mantan Ketua DPR RI)
  14. Amien Rais (Mantan Ketua MPR RI)
  15. A. M. Fatwa (DPD RI)
  16. Fahmi Idris (Mantan Menteri Perindutrian)
  17. Mar'ie Muhammad (Mantan Menteri Keuangan)
  18. Mahfud MD, (Mantan Ketua MK)
  19. Anies Baswedan,
  20. Anas Urbaningrum
  21. Karni Ilyas,
  22. Teguh Juwarno,
  23. Abraham Samad & Abdullah Hehamahua & Busyro Muqqodas, Bambang Widjoyanto, Adnan Pandu Praja, Chandra M Hamzah (KPK),
  24. Harry Azhar Azis (Ketua BPK),
  25. Ade Komarudin (Ketua DPR RI 2016-2019)
  26. Zulkifli Hasan (Mantan Menteri Kehutanan dan Ketua MPR 2014-2019)
  27. Bagir Manan (Mantan Ketua MA)
  28. Anwar Nasution (mantan Gubernur BI),
  29. Syafii Maarif (Mantan ketua Muhammadiyah),
  30. Ridwan Saidi (budayawan)
  31. Yusril Ihza Mahendra
  32. Adhiyaksa Daud
  33. Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR RI 2004-2009)
  34. Didin Hafinuddin,
  35. Musni Umar (Pengamat Sosial Politik)
  36. Jimly Ashiddiqie (Mantan Ketua MK)
  37. Hamdan Zoelva (Mantan Ketua MK)
  38. Artijo Alkostar (MA)
  39. Irman Gusman (ketua DPD RI 2009-2014, 2014-2019)
  40. Rina Valinka, Ferry Rizkia, Sigit Pamungkas, Husni Kamil Manik (KPU RI)
  41. Muhammad (Bawaslu RI)
  42. Yuddi Chrisnandi (Menpan RB 2014-2019)
  43. Ferry Mursyidan Baldan (Menteri Agraria dan Tata Ruang RI 2014-2016)
  44. Amran Sulaiman (Menteri Pertanian 2014-2019)
  45. M. Nasir (Menteri Ristek dikti 2014-2019)
  46. Rudiantara (Menkominfo 2014-2019)
  47. Sudirman Said
  48. Andrinof Chaniago (Mantan kepala BAPPENAS)
  49. Sofyan Djalil (Menko Perekonomian)
  50. Siti Nurbaya (Menteri LH 2014-2019)
  51. M.S Kaban (Menteri Kehutanan 2004-2009)
  52. Saleh Husin (Menteri Perindustrian 2014-2019)
  53. Muhammad Nuh (Mendikbud 2009-2014)
  54. Bambang Sudibyo (Mendikbud 2004-2009)
  55. A Malik Fajar (Mendikbud 2001-2004)
  56. Hatta Rajasa (Menko Perekonomian 2009-2014)
  57. Bursah Zarnubi (Mantan Ketua Umum PBR)
  58. Ryas Rasyid (Menteri Negara Otonomi Daerah 1999-2000)
  59. Abu Bakar Ba'asyir
  60. Sutrisno Bachir
  61. dr.Taruna Ikrar (Ilmuwan di USA/Pakar Otak)
  62. Mukti Ali
  63. Burhanuddin Muhtadi
  64. Kak Seto (Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak)
  65. Dedi Mulyadi ( Bupati Purwakarta )
  66. Muhammad Hafiz (Pengusaha Pempek Raihan Palembang)

Anggota DPR-RI Periode 2014-2019

Alumni HMI dari PDIP:

  1. Erwin Muslimin Singajuru (Sumatra Selatan II),
  2. Henri Yosodiningrat (Lampung II),
  3. Jalaluddin Rakhmat (Jawa Barat II),
  4. Mohamad Prakosa (Jawa Tengah IX),
  5. Idham Samawi (Daerah Istimewa Yogyakarta),
  6. Hamka Haq (Jawa Timur II),
  7. Nasyirul Falah Amru (Jawa Timur X),
  8. Pramono Anung Wibowo(Jawa Timur VI)
  9. Nurmansyah E Tanjung (Jawa Barat V)

Alumni HMI dari Partai Golkar:

  1. Rambe Kamaruzzaman (Sumatra Utara II),
  2. Kahar Muzakir (Sumatra Selatan I),
  3. Azhar Romli (Bangka Belitung),
  4. Deding Ishaq (Jawa Barat III),
  5. Eka Sastra (Jawa Barat III),
  6. Ichsan Firdaus (Jawa Barat V),
  7. Ade Komarudin (Jawa Barat VII),
  8. Agun Gunanjar Sudarsa (Jawa Barat X),
  9. Ahmad Zacky Siradj (Jawa Barat XI),
  10. Endang Maria Astuti (Jawa Tengah IV),
  11. Iqbal Wibisono (Jawa Tengah VI),
  12. Bambang Soesatyo (Jawa Tengah VII),
  13. Ridwan Hisjam (Jawa Timur V),
  14. Sarmuji (Jawa Timur VI),
  15. Zainudin Amali (Jawa Timur XI),
  16. Yayat Y. Biaro (Banten II),
  17. Aditya Anugerah Moha (Sulawesi Utara),
  18. Mohammad Said (Sulawesi Tengah),
  19. Syamsul Bachri (Sulawesi Selatan II),
  20. Andi Fauziah Pujiwatie (Sulawesi Selatan III)
  21. Saiful Bahri Ruray (Maluku Utara).
  22. Fadel Muhammad (Gorontalo)
  23. Zulfadhli (Kalimantan Barat)
  24. Sukiman (Kalimantan Barat)

Alumni HMI dari Partai HANURA:

  1. Fauzih Amro (Sumatra Selatan I),
  2. M. Farid Alfauzi (Jawa Timur XI)
  3. Syarifuddin Suding (Sulawesi Tengah)
  4. Saleh Husin (NTT II)

Alumni HMI dari PAN:

  1. Alim Abdullah (Lampung II),
  2. Teguh Juwarno (Jawa Tengah IX),
  3. Totok Daryanto (Jawa Timur V),
  4. Viva Yoga Mauladi (Jawa Timur X)
  5. M. Yamin Tawary (Maluku Utara)
  6. Zulkifli Hasan (Lampung I)

Alumni HMI dari NASDEM:

  1. Zulvan Lindan (Nangroe Aceh Darussalam II)
  2. Taufiqulhadi (Jawa Timur IV)
  3. Akbar Faizal (Sulawesi Selatan II)
  4. Ahmad M. Ali (Sulawesi Tengah)

Alumni HMI dari Demokrat:

  1. Saan Mustopa (Jawa Barat VII)
  2. Nurhayati Ali Assegaf (Jawa Timur V)
  3. Wahidin Halim (Banten III)
  4. Syariefuddin Hasan (Jawa Barat III)

Alumni HMI dari PKB:

  1. Handayani (Jambi)

Alumni HMI dari PPP:

  1. Irgan Chairul Mahfiz (Banten III)
  2. Mohammad Arwani Thomafi (Jawa Tengah III)
  3. Reni Marlinawati (Jawa Barat IV)
  4. Arsul Sani (Jawa Tengah X)

Alumni HMI dari Gerindra:

  1. Desmond Junaidi Mahesa (Banten II)
  2. Darori (Jawa Tengah VII)
  3. Supratman Andi Agtas (Sulawesi Tengah)

Alumni HMI dari PKS:

  1. Tamsil Linrung (Sulawesi Selatan I)
  2. Hermanto (Sumatra Barat I)
  3. Hidayat Nur Wahid ( DKI Jakarta II)
  4. Soemandjaja (Jawa Barat V)

Referensi

  1. ^ a b Sitompul, Agussalim, 1995, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam Tahun 1947 – 1993, Intermasa, Jakarta
  2. ^ Sitompul, Agussalim, 1997, Citra HMI, Aditya Media, Yogyakarta
  3. ^ Tanja,Victor, 1991, Himpunan Mahasiswa Islam; Sejarah dan Kedudukannya di Tengah - Tengah Gerakan - Gerakan Muslim Pembaharu Di Indonesia
  4. ^ Al Mandari, Syafinudin, 2003, Demi Cita-cita HMI, Catatan Ringkas Perlawanan Kader dan Alumni HMI terhadap Rezim Orde Baru, Karya Multi Sarana, Jakarta
  5. ^ Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI(1974-1975), Bina Ilmu
  6. ^ Prof. DR. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers, 1984
  7. ^ Sulastomo, Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988
  8. ^ M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia, Mizan, 1997
  9. ^ Moksen ldris Sirfefa et. Al (ed), Mencipta dan Mengabdi, PB HMI, 1997
  10. ^ Ramli H.HM Yusuf (ed), Lima Puluh Tahun HMI mengabdi Republik, LASPI, 1997
  11. ^ Solichin, HMI: Kawah Candradimuka Mahasiswa, Sinergi Persadatama Foundation, 2013
  12. ^ Wahid, Abdul. Counterrevolution in a Revolutionary Campus: How Did the “1965 Event” Affect an Indonesian Public University?
  13. ^ Tempo Magazine. Karung Latihan itu Diisi Orang

Pranala luar