Abdullah bin Umar

Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
Revisi sejak 12 Maret 2021 11.36 oleh A154 (bicara | kontrib)

Abdullah bin Umar bin al-Khattab (bahasa Arab: عبد الله بن عمربن الخطاب) (sekitar 610–693 M) adalah seorang Sahabat Nabi dan merupakan periwayat hadis yang terkenal. Ia adalah anak dari Khalifah kedua, Umar bin Khattab. Ia tidak berbaiat kepada Ali bin Abi Thalib dan tetap netral selama Perang Saudara Islam I (656–661).[1]

Infobox orangAbdullah bin Umar

Edit nilai pada Wikidata
Nama dalam bahasa asli(ar) عبد الله بن عمر ابن الخطاب Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahirank. 610 Edit nilai pada Wikidata
Makkah Edit nilai pada Wikidata
Kematian693 Edit nilai pada Wikidata (82/83 tahun)
Makkah Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
AgamaIslam Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanpemimpin militer, mufasir, muhaddith (en) Terjemahkan, mufti Edit nilai pada Wikidata
MuridNafi maula Ibnu Umar, Tawus ibn Kaysan (en) Terjemahkan, Bukayr ibn al-Àkhnas al-Sadussí (en) Terjemahkan, Ibnu Sirin dan Ibrahim ibn Abi 'Abla (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
KonflikPertempuran Badar, Pertempuran Uhud, Pertempuran Khandaq, Pertempuran Mu'tah, Ekspedisi Tabuk dan Pembebasan Mekkah Edit nilai pada Wikidata
Keluarga
Pasangan nikahSafiyya bint Abi-Ubayd (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
AnakSalim bin Abdullah, Waqed ibn Abdullah ibn Umar (en) Terjemahkan, Obaidullah ibn Abdullah ibn Umar (en) Terjemahkan, Bilal ibn Abdullah ibn Umar (en) Terjemahkan, Hamza ibn Abdullah ibn Umar (en) Terjemahkan, Abdullah ibn Abdullah ibn Umar (en) Terjemahkan, Zaid ibn Abdullah ibn Umar (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Orang tuaUmar bin Khattab Edit nilai pada WikidataZaenab binti Madhun Edit nilai pada Wikidata
SaudaraAshim bin Umar, Hafshah binti Umar dan Ubaidullah bin Umar Edit nilai pada Wikidata

Biografi

Ibnu Umar masuk Islam bersama ayahnya saat ia masih kecil, dan ikut hijrah ke Madinah bersama ayahnya. Pada usia 13 tahun ia ingin menyertai ayahnya dalam Perang Badar, namun Rasulullah menolaknya. Perang pertama yang diikutinya adalah Perang Khandaq. Ia ikut berperang bersama Ja'far bin Abu Thalib dalam Perang Mu'tah, dan turut pula dalam pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah). Setelah Nabi Muhammad meninggal, ia ikut dalam Perang Yarmuk dan dalam penaklukan Mesir serta daerah lainnya di Afrika.

Khalifah Utsman bin Affan pernah menawari Ibnu Umar untuk menjabat sebagai hakim, tetapi ia tidak mau menerimanya. Setelah Utsman terbunuh, sebagian kaum muslimin pernah berupaya membai'atnya menjadi khalifah, tetapi ia juga menolaknya. Ia tidak ikut campur dalam pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia cenderung menjauhi dunia politik, meskipun ia sempat terlibat konflik dengan Abdullah bin Zubair yang pada saat itu telah menjadi penguasa Makkah.

Periwayat hadits

Ibnu Umar adalah seorang yang meriwayatkan hadist terbanyak kedua setelah Abu Hurairah, yaitu sebanyak 2.630 hadits, karena ia selalu mengikuti ke mana Rasulullah pergi. Bahkan Aisyah istri Rasulullah pernah memujinya dan berkata:"Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti yang telah dilakukan Ibnu Umar". Ia bersikap sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadist Nabi. Demikian pula dalam mengeluarkan fatwa, ia senantiasa mengikuti tradisi dan sunnah Rasulullah, karenanya ia tidak mau melakukan ijtihad. Biasanya ia memberi fatwa pada musim haji, atau pada kesempatan lainnya. Di antara para Tabi'in, yang paling banyak meriwayatkan darinya ialah anaknya Salim dan hamba sahayanya, Nafi'.

Pujian dari Sahabat

Kesalehan Ibnu Umar sering mendapatkan pujian dari kalangan sahabat Nabi dan kaum muslimin lainnya. Jabir bin Abdullah berkata: " Tidak ada di antara kami disenangi oleh dunia dan dunia senang kepadanya, kecuali Umar dan putranya Abdullah." Abu Salamah bin Abdurrahman mengatakan: "Ibnu Umar meninggal dan keutamaannya sama seperti Umar. Umar hidup pada masa banyak orang yang sebanding dengan dia, sementara Ibnu Umar hidup pada masa yang tidak ada seorang pun yang sebanding dengan dia".

Ibnu Umar adalah seorang pedagang sukses dan kaya raya, tetapi juga banyak berderma. Ia hidup sampai 60 tahun setelah wafatnya Rasulullah. Ia kehilangan pengelihatannya pada masa tuanya. Ia wafat dalam usia lebih dari 80 tahun, dan merupakan salah satu sahabat yang paling akhir yang meninggal di kota Makkah.

Kematian

Abdullah bin Umar meninggal di Mekkah pada 693 (74 H).[2]:30

Referensi

  1. ^ Ibn Qutayba al-Dīnawarī, al-Imāma wa l-sīyāsa, vol. 1, p. 73.
  2. ^ Siddiqi, M. Z. (1961, 2006). Hadith Literature: Its Origin, Development, Special Features and Criticism. Kuala Lumpar: Islamic Book Trust.

Bacaan lanjutan

  • Mursi, Muhammad Said. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Penerjemah: Khoirul Amru Harahap, Lc, MHI & Achmad Fauzan, Lc, MAg. Cet-1, Jakarta. Pustaka Al-Kautsar, 2007.

Pranala luar