Multimedia Storytelling
Multimedia Storytelling merupakan gabungan dari teks, foto, video, audio, grafik, serta interaktivitas yang ditampilkan dalam situs web menggunakan format nonlinier. Informasi di setiap media saling melengkapi serta tidak berlebihan[1].
Elemen-elemen
Elemen-elemen dari Multimedia Storytelling adalah[2]:
- Video
- Foto
- Audio
- Grafik
- Teks
Karakteristik
- Bersikap melengkapi dan tidak mengulangi. Setiap jenis format media saling terhubung dan saling melengkapi, sehingga masing-masing format media dapat memaksimalkan kegunaannya[3].
- Jenis media terintegrasi. Jenis media yang saling terhubung harus disajikan dengan porsi yang sama.
- Menyederhanakan. Menyajikan jenis format media dengan bercerita harus memilih bagian yang kurang penting sehingga dapat dihilangkan dan memilih bagian penting yang harus dimasukkan.
- Menarik perhatian audience dengan visual. Visual yang menarik perhatian audiens akan membuat audiens tertarik untuk membaca lebih lanjut sesaat setelah membukanya.
- Bersifat nonlinear. Multimedia Storytelling memberikan pilihan dengan memberikan navigasi cerita.
- Interaksivitas yang rendah. Masih terdapat beberapa Multimedia Storytelling yang menyajikan pengalaman pasif dengan menggunakan pranala.
- Pengalaman yang imersif. Multimedia Storytelling dapat membawa audience ke tempat yang belum pernah dikunjungi dan melihat sesuatu yang belum pernah dilihat secara langsung.
- Pertimbangan jurnalistik masih dibutuhkan. Keputusan akhir mengenai multimedia storytelling yang akan diberikan kepada audiens tetap menjadi milik pembuat konten.
Jenis Multimedia Storytelling
- Reporter-Driven. Berita multimedia ditangani oleh reporter. Berita yang disajikan biasanya peristiwa sehari-hari, proyek khusus, feature, maupun investigasi.[4]
- Editor-Driven. Berita multimedia ditangani oleh editor atau produser. Berita berkaitan dengan proyek khusus seperti breaking news. Editor atau produser memberikan tugas kepada setiap individu untuk mencari informasi.
Proses Produksi Multimedia Storytelling
1. Pengumpulan Informasi Awal[5]
Informasi sebanyak mungkin perlu dikumpulkan terlebih dahulu sebelum terjun ke lapangan sebagai bekal untuk menyusun storyboard.
2. Menyusun Storyboard
Storyboard merupakan inti cerita yang bisa dijelaskan melalui multimedia.
Langkah menyusun Storyboard:
- Membagi cerita menjadi bagian yang nonlinier dan logis.
- Jangan berpikir secara linier.
- Tentukan bagian cerita yang sesuai untuk berbagai format media.
- Susunlah kembali bagian-bagian menjadi storyboard kasar.
Storyboard kasar digunakan untuk membantu atau sebagai panduan untuk menyiapkan dan proses liputan.
3. Liputan Lapangan
Reporter atau backpack journalist membutuhkan sejumlah peralatan ketika melakukan liputan di lapangan. Peralatan yang dibutuhkan seperti laptop berisi software editing video dan editing teks, kamera, pembersih lensa, notebook, pena, baterai ekstra untuk mikrofon, manual kamera dan mikrofon. Sebelum mulai mengumpulkan informasi, ingatlah dengan storyboard yang sudah dibuat sebelumnya dan bersikaplah fleksibel.
4. Menyempurnakan Storyboard
Penting untuk memperbaiki storyboard kasar, mencari tahu apa yang berubah dari rancangan awal dan memutuskan apa yang akan ditampilkan. Berikut panduan umum mengenai format media:
- Video: Video pendek berdurasi sekitar 1 - 4 menit. Membuat talking head beberapa detik kemudian beralih ke “B-roll”, pada “B-roll” tidak menampilkan shot wawancara.
- Audio: Audio harus berkualitas tinggi.
- Foto: Web merupakan media visual, jadi pastikan untuk menggunakan foto.
- Grafis: Buat grafik yang interaktif dengan menggunakan Flash.
- Teks: Pada multimedia storytelling, teks berisi hal-hal yang belum dimasukkan pada format media lain.
5. Mengedit Konten
- Ketika mengedit konten, langkah awal adalah perlunya menyatukan storyboard.
- Perlunya mengambil bagian dari audio, video, dan foto yang sudah disaring untuk masuk.
- Editlah berbagai audio, video, dan foto yang sudah ditentukan, serta kumpulkan setiap gambar untuk halaman yang tersedia.
- Tulislah dan sunting teks yang tersedia di berbagai format media tersebut.
6. Merakit Cerita dan Mengunggah di Web
Perlunya membuat keputusan untuk menentukan bagian dari cerita, alur, dan apa yang ditonjolkan dari setiap bagian cerita yang disajikan di berbagai format yang ada.
Contoh Penerapan Multimedia Storytelling
- Sequel [1]
Sekuel membantu dalam membuat bot interatf untuk platform perpesanan seperti Facebook Messenger dan Telegram.
- Atavist
Merupakan kumpulan jurnalisme yang memukau
- Twine
Platform yang terbuka untuk membantu dalam membangun cerita non linear
- Story Maps
- Steller
- Shadow Puppet
Aplikasi yang memungkinkan para penggunanya untuk menggabungkan foto dan video pendek.
Referensi
- ^ Stevens, Jane. "Multimedia Storytelling: Learn Secrets From Experts | UC Berkeley AMI". Berkeley Advanced Media Institute (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-03-12.
- ^ "Elements of good multimedia storytelling". International Journalists' Network (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-03-12.
- ^ McAdams, Mindy (2015-03-16). "(Re)defining multimedia journalism". Medium (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-03-12.
- ^ Widodo, Yohanes (Januari 2020). Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. hlm. 97–100. ISBN 123-45678-123-0 Periksa nilai: length
|isbn=
(bantuan). - ^ Widodo, Yohanes (Januari 2020). Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. hlm. 100–104. ISBN 123-45678-123-0 Periksa nilai: length
|isbn=
(bantuan).