Cagar Alam Gunung Butak

taman reservasi di Indonesia
Revisi sejak 8 April 2021 02.24 oleh Datin KSDAE (bicara | kontrib) (Informasi kawasan tentang Cagar Alam Gunung Butak)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kawasan tersebut secara geografis terletak antara  6°49’58,98” LS dan 111°30’37,41” BT. Berdasarkan administrasi pemerintahan, Cagar Alam (CA) Gunung Butak termasuk dalam wilayah Desa Bitingan, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang. CA Gunung Butak ditetapkan sebagai kawasan cagar alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 55/Kpts/Um/2/1975 tanggal 17 Februari 1975, seluas ± 45,10 Ha.

CA Gunung Butak
Galat Lua: .
LetakRembang, Jawa Tengah, Indonesia
Koordinat6°49′58.98″S 111°30′37.41″E / 6.8330500°S 111.5103917°E / -6.8330500; 111.5103917
Luas45,10 Ha
Didirikan1975
Pihak pengelolaBalai KSDA Jawa Tengah

Sejarah

Pada awalnya Gunung Butak ditunjuk sebagai cagar alam melalui Surat Brigade II Planologi Kehutanan Jawa Tengah Salatiga kepada Kepala Seksi Perlindungan Alam Jawa Tengah No 2738/V/6/P1.K perihal Peninjauan kompleks hutan Gunung Butak dan Sumber Semen KPH Kebonharjo sebagai Cagar Alam. 3 Agustus 1961 atas usulan Kepala Seksi Pelestarian Alam Jawa Tengah karena menghindari longsoran mengingat topografi yang sangat curam dan struktur tanahnya yang berbatu dan terdapat ikan lele serta jenis lain yang dikeramatkan; terdapat bermacam-macam kayu rimba serta keindahan alam.

Akhirnya keputusan di atas diperkuat melalui Surat keputusan Menteri Pertanian No. 55/Kpts/Um/2/1975 tanggal 17 Februari 1975perihal Penunjukan Petak 47 dari kawasan hutan Gunung Butak seluas 45,1 ha yang terletak di wilayah kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah sebagai Cagar Alamkarena dipandang penting dari segi hidro-orologi, keindahan alamnya dan historisnya demi kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada tahun 2005 CA Gunung Butak ditetapkan melalui SK Penetapan Menteri Kehutanan Nomor : 331/Menhut-II/2005 Tanggal 26 September 2005.

Topografi

 
Landscape CA Gunung Butak

Cagar alam ini merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng Utara yang membujur dari Barat ke Timur dan memiliki topografi datar, bergelombang dan berbukit, dengan ketinggian 679 m di atas permukaan laut.

Tanah dan Geologi

Jenis tanah yang terbentuk di kawasan Cagar Alam Gunung Butak adalah kompleks Litosol, Mediteran Merah Kuning dan Rendzina. Karakterisistik jenis Litosol, Mediteran Merah Kuning dan Rendzina dapat diuraikan sebagai berikut. Bahan penyusun jenis tanah litosol berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Litosol merupakan tanah yang sangat muda, sehingga bahan induknya sering terlihat dangkal atau memperlihatkan horison penciri dengan sifat-sifat dan ciri morfologi yang masih menyerupai batuan induknya,tanpa adanya horizon tanah, kalau ada horizon sangat tipis, tekstur pasiran, tidak terbentuk struktur tanah, peka terhadap erosi. Mediteran Merah Kuning merupakan tanah yang bertekstur berat, struktur gumpal, konsistensi basah lekat, bahan organik relatif rendah, kejenuhan basa sedang sampai tinggi, agak masam hingga sedikit basa dengan pH 6,0 – 7,5, sedangkan tanah rendzina adalah jenis tanah yang memiliki kadar lempung tinggi, teksturnya halus dan daya permeabilitasnya rendah sehingga kemampuan menahan air dan mengikat air tinggi.

Tipe Iklim

 
Kemuning (Murraya paniculata)

Klasifikasi iklim yang sering digunakan sebagai dasar pengelolaan sumberdaya alam hayati (pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan) di Indonesia adalah klasifikasi iklim berdasarkan Schmidt dan Fergusson.dan kawasan Cagar Alam Gunung Butak mempunyai tipe iklim C, jumlah bulan basah 4 – 5 bulan sedangkan bulan kering 7 – 8 bulan (curah hujan ± 60 mm). Temperatur harian CA Gunung Butak berkisar antara 23º C - 33º C, dan curah hujan rata-rata 502,36 mm/tahun serta memiliki lembaban sekitar 60%.

Flora & Fauna

  •  
    Prenjak (Pycnonotus goiavier)
    Flora;

CA Gunung Butak mempunyai tipe ekosistem Hutan Monsoon dengan batuan kapur. Flora penyusun kawasan ini antara lain Kemiri (Aleurites moluccana), Serut (Streblus asper), Panggang (Ficus annulata), Tlutup, Timoho , Ketumpel , Wadang (Pterospermum sp.), Kemuning (Murraya paniculata), Weru (Albizzia proceta), Salam (Eugeniapolyantha), Kedoyo (Amoora aphanamixis), Ingas (Gluta renghas), Kelapan (Anthocephalus cadamba) , Lengki (Leeaangulata), Popohan (Buchanania arborescens), Girang (Leea indica) dan Trengguli (Cassia fistula).

  • Fauna;

Fauna yang ada antara lain Kijang (Muntiacus muntjak), Elang (Accipitridae), Lutung (Presbytis sp.), Burung Rangkong (Bucero tidae), Burung Sesap Madu (Melliphagidae), Babi Hutan (Sus sp.), Luwak (Hermaphroditus paradoxurus), Burung Larwo, Pelatuk Bawang, Prenjak (Pycnonotus goaivier), Kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan Biawak (Varanus sp.)

Potensi Lainnya Di dalam kawasan ini terdapat telaga seluas 3,5 Ha yang mempunyai fungsi hidrologis bagi masyarakat di sekitarnya.

Referensi