Nyai Ageng Serang

Revisi sejak 19 April 2021 23.25 oleh Ida012 (bicara | kontrib) (Per)

Nyi Ageng Serang (1762-10 Agustus 1855) (Hanacaraka: ꦚꦶ​ꦄꦒꦼꦁ​ꦱꦼꦫꦁ) atau dikenal juga sebagai Raden Ayu Serang memiliki nama kecil Raden Ajeng Retno Kursiah Edi. Setelah menikah namanya menjadi Bendoro Raden Ayu Kustiyah Wulaningsih Retno Edi.[1] Ia adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.

Nyi Ageng Serang

Nyi (Nyai) Ageng Serang dilahirkan sekitar tahun 1762 di Desa Serang sekitar 40 km sebelah utara Surakarta dekat Purwodadi, Jawa Tengah. Nyi Ageng Serang masih keturunan Sunan Kalijaga. Ayahnya adalah Pangeran Ronggo seda Jajar yang dijuluki Panembahan Senopati Notoprojo.[1] Pangeran Notoprojo menguasai wilayah terpencil dari Kerajaan Mataram tepatnya di wilayah Serang yang sekarang berada di wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Setelah ayahnya wafat Nyi Ageng Serang menggantikan kedudukan ayahnya. Nyi Ageng Serang menikah dua kali yaitu dengan Hamengku Buwono II dan kedua dengan Pangeran Serang I (nama asli Pangeran Mutia Kusumowijoyo) Nyi Ageng Serang meninggal di Yogyakarta tanggal 10 Agustus 1855 dan dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo [2] . Di antara keturunannya, salah satunya juga seorang Pahlawan Nasional yaitu Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara.

Sebagai pahlawan nasional Nyi Ageng Serang cenderung hampir terlupakan, mungkin karena namanya tak sepopuler R.A. Kartini atau Cut Nyak Dhien. Bagaimanapun ia sangat berjasa bagi negeri ini. Warga Kulon Progo mendirikan monumen di tengah kota Wates untuk mengenangnya. Monumen tersebut berupa patung Nyi Ageng Serang yang sedang menaiki kuda dengan gagah berani membawa tombak.



  1. ^ a b Carey, Peter; Houben, Vincent (2017). Perempuan-Perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 30. ISBN 978-602-6208-16-3. 
  2. ^ Carey, Peter; Houben, Vincent (2017). Perempuan-Perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 35. ISBN 978-602-6208-16-3.