Cagar Alam Karaenta

taman di Indonesia

Cagar Alam Karaenta (disingkat CA Karaenta) adalah bagian dari Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung dan terletak di kawasan hutan dan karst Maros yang dilindungi oleh pemerintah daerah dan pusat. CA Karaenta merupakan hutan lindung yang dibentuk pada tahun 1980 dan menjadi penyangga ekosistem dan menjaga kelestarian flora dan fauna yang ada didalamnya. Hingga pada 2004, cagar alam ini diintegrasikan ke dalam TN Babul. Secara astronomis, CA Karaenta terletak pada titik koordinat 4°37’08” LS dan 119°51’59” BT dan secara administratif, cagar alam ini terletak di Kecamatan Simbang & Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros. Cagar alam ini dikelola oleh Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah Kabupaten Maros, terkhusus Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Cagar Alam Karaenta
Macaca maura di Cagar Alam Karaenta
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Karaenta
Peta memperlihatkan letak Cagar Alam Karaenta
Lokasi di Sulawesi
LetakSulawesi Selatan, Indonesia
Kota terdekatKota Turikale (11 km)
Kota Makassar (26 km)
KoordinatKecamatan Simbang & Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia_ 4°37′8″S 119°51′59″E / 4.61889°S 119.86639°E / -4.61889; 119.86639
Luas1.000 ha
Didirikan1980
Pihak pengelolaBalai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung

Pemerintah Daerah Kabupaten Maros

Cagar Alam Karaenta memiliki luas 1000 ha yang berjarak 11 km dari Kota Turikale dan 26 km dari Kota Makassar. Cagar alam ini memiliki 200 jenis tanaman dan lumut-lumutan, namun bukan itu yang menyebabkan cagar alam ini terkenal. Cagar alam ini dikenal sebagai rumah bagi satwa endemik Sulawesi, yaitu kera hitam sulawesi (Macaca maura). Macaca Maura adalah kera yang berwarna hitam dan tidak memiliki ekor. Kera ini tergolong dalam kera yang liar karena mendengar suara sedikit saja kawanannya pun akan lari untuk bersembunyi di hutan. Oleh karena itu tidak semua orang beruntung untuk melihatnya ketika datang ke Cagar Alam Karaenta. Untuk dapat melihat Macaca maura dibutuhkan bantuan dari pawangnya/polisi hutan yang dikenal dengan sebutan Jagawana. Cagar Alam Karaenta adalah kawasan hutan yang dilindungi karena kawasan hutan ini tempat berdiamnya berbagai macam spesies flora dan fauna, dan juga berbagai keanekaragaman hayati yang biasanya digunakan untuk penelitian ilmiah. Selain sebagai tempat berdiamnya flora dan fauna, hutan yang ada di cagar alam ini juga berfungsi sebagai tempat menampung cadangan air bawah tanah.

Sejarah

Lokasi CA Karaenta pertama kali dieksplorasi dan diteliti oleh naturalis asal Inggris, Alfred Russel Wallace. Sepanjang periode Juli–Oktober 1857, ia melakukan penelitian mendalam dan menemukan fakta-fakta menarik perihal flora dan fauna yang belum ia temukan dalam penelitian sebelumnya. Pada 1869, ia mempublikasikan hasil penelitiannya yang terangkum dalam buku The Malay Archipelago. Karya penelitian tersebut mendorong banyak peneliti melakukan penelitian di kawasan ini. Pada 1980, pemerintah pusat menetapkan kawasan ini sebagai cagar alam yang merupakan kawasan konservasi yang diberi nama Cagar Alam Karaenta. Selain CA Karaenta, terdapat empat unit kawasan konservasi lainnya (Kawasan Karst Maros-Pangkep) yang ditetapkan, yaitu Taman Wisata Alam Bantimurung, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang, Cagar Alam Bantimurung, dan Cagar Alam Bulusaraung. Lima unit kawasan konservasi tersebut memiliki luas ± 11.906,9 ha pada awal penetapannya.

Potensi dan daya tarik

Cagar Alam Karaenta memiliki potensi-potensi seperti keunikan flora dan fauna yang khas dan kemudahan aksesbilitas untuk mencapai kawasan ini. Kawasan ini dikenal pula sebagai Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta adalah kawasan hutan yang dilindungi karena selain berfungsi sebagai daerah cadangan air bawah tanah, juga menjadi habitat berbagai spesies flora dan fauna endemik dan langka sebagai sumberdaya hayati yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian. Cagar alam ini adalah laboratorium alam yang menawarkan beragam ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang menarik. Dengan kekayaan alam flora dan fauna, dan kehidupan ekosistem endemik. Menjadikan cagar alam ini sebagai tujuan utama penelitian alam dan ekosistem. Tercatat, banyak peneliti telah menetap selama beberapa tahun di Karaenta, untuk meneliti monyet yang tak berekor (Macaca maura). Yang paling terkenal adalah Prof. Kunio Watanabe dari Universitas Kyoto. Dia meneliti sejak 1980-an hingga akhir 1990-an. Hasil penelitiannya digunakan pemerintah untuk mempelajari cara-cara pelestarian spesies. Selain Watanabe, juga tahun 2010 ada ilmuan dari San Diego University Dr. Erin PhD dan peneliti dari Italia, DR Monica. Bagi para pecinta lingkungan atau peneliti yang haus akan ilmu alam, Kawasan Pengamatan Satwa merupakan tempat yang cocok untuk dikunjungi. Salah satu daya tarik kawasan ini karena memiliki gua yang panjangnya mencapai 2.200 m dan merupakan habitat ideal bagi kera jenis Macaca Maura. Spesies ini merupakan hewan yang dilindungi dan menjadi aset nasional mengingat populasi dan habitatnya yang sudah tergolong langka. Jenis kera ini sangat unik karena ia bersahabat dan dapat dipanggil kapanpun dengan bantuan Jagawana. Panorama alamnya yang indah dan kekayaan flora dan fauna serta letaknya yang strategis. Cagar Alam Karaenta yang terletak di Kecamatan Cenrana ini, semakin populer dan ramai dikunjungi wisatawan. Terdapat pula Gua Salukang Kallang dan sungai yang indah membelah gunung sampai ke Danau Toakala. Objek wisata ini termasuk kawasan hutan yang dilindungi. Lokasinya tak jauh dari kawasan wisata alam Bantimurung. Sebagai kawasan hutan lindung, daerah wisata ini banyak didatangi pengunjung, khususnya mahasiswa pencinta alam atau anggota masyarakat yang sedang melakukan riset atau penelitian ilmiah. Di area cagar alam ini terdapat beraneka ragam flora dan fauna sebagai sumber daya hayati sekaligus merupakan aset nasional yang tak ternilai harganya. Yang menarik, dalam kawasan hutan lindung yang cukup luas ini terdapat pula sebuah gua dan binatang kera jenis Macaca Maura yang sudah langkah. Kera kera ini tidak menakutkan dan cukup bersahabat dengan para jagawana kawasan ini.

Lokasi

Aksesbilitas

Untuk mencapai cagar alam ini, dapat diakses dengan kendaraan roda dua ataupun roda empat melalui Jalan Poros Camba di wilayah Kecamatan Simbang. Selanjutnya diakses dengan perjalanan kaki hingga sampai di pusat cagar alam ini. Jalan Poros Camba merupakan satu-satunya jalan utama yang menghubungkan wilayah Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone dan jalan ini pula melintasi wilayah Cagar Alam Karaenta.

Flora

Spesies tumbuhan Classis Dicotyledoneae berkhasiat obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Karaenta

No. Famili Spesies Nama Lokal Nama Indonesia Bagian yang Digunakan Khasiat/Obat
1 Acanthaceae Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees. Samburoto Sambiloto Daun Panas/Demam
2 Anacardiaceae Dracontomelon mangiferum BL Ba'do Dahu Batang Diare (Mencret)
3 Annonaceae Annonaceae muricata L. Serikaja Sirsak Daun Kanker, Putih-putih pada lidah
4 Apiaceae Centella asiatica L. Pagaga' Tapak kuda Daun Panas/Demam, Sakit kepala
5 Apocynaceae Alstonia scholaris (L.) R.BR. Kaju rita' Pulai Daun Penyakit kulit (kurap)
Batang (kulit) Diare (mencret)
Batang (getah) Sakit gigi
6 Asteraceae Elephantopus scaber L. Tapak liman Tapak liman Daun Panas/demam, Wasir/ambeien
7 Asteraceae Eupatorium odoratum L. Kopasanda Kirinyu Daun Luka luar/dalam
8 Caesalpiniaceae Cassia alata L. Galinggang Ketepeng Daun Penyakit kulit (panu)
9 Salisb. Crassulaceae Bryophyllum calicinum Taha' Cocor bebek Daun Panas/demam, Bisul
10 Cucurbitaceae Momordica charantia L. Pare' Paria Daun Panas/demam, Batuk
11 Willd. Eeuphorbiaceae Aleurites moluccana (L.) Sapiri Kemiri Daun Panas/demam, Sakit kepala
12 Euphorbiaceae Euphorbia hirta L Patikan kebo Patikan kebo Daun Asma (bengek)
13 Euphorbiaceae Jatropa curcas L. Pallang kaliki Jarak Daun Panas/Demam
Biji Pencuci perut
14 Euphorbiaceae Phyllanthus niruri L. Maniran Meniran Daun Panas/Demam
15 Benth. Lamiaceae Coleus scutellarioides (L.) Saru-saru Miyana Daun Panas/Demam, Maag
16 Lamiaceae Hyptis suaveolens (L.) Poit. Simambu Hiptis Daun Luka luar (lecet), Mencegah infeksi
17 Lamiaceae Ocimum bacilicum L.F
citratum Back
Kemangi Kemangi Daun Panas/demam, Bau mulut dan bau badan
18 Benth. Lamiaceae Orthosiphon stamineus Kumis kucing Kumis kucing Daun Kencing batu
19 King. Meliaceae Swietenia macrophylla Mahoni Mahoni Batang (kulit) Demam berdarah (DBD)
20 Menispermaceae Tinospora crispa Miers. Brotowali Brotowali Batang Malaria
21 Moraceae Artocarpus altilis (Park.) Bakara' Sukun Daun Liver (hati)
22 Moraceae Ficus septica Burm. f. Tobo-tobo Awar-awar Daun Panas/demam, Asma (bengek)
23 Myrtaceae Psidium guajava L. Paratugalla Jambu biji Daun Diare (mencret)
24 H.B.R. Piperaceae Peperomia pellucida (L.) Daun kaca-kaca Daun kaca-kaca Daun Kram
25 Piperaceae Piper canicum BL. Sirih hutan Sirih hutan Daun Maag
26 Sterculiaceae Kleinhovia hospital L. Paliasa Paliasa Daun Kuning, Panas dalam
27 Solanaceae Solanum torvum Swartz. Takokak Terong hutan Daun Batuk, Sakit gigi
28 Verbenaceae Clerodendrum paniculatum L. Pagoda merah Pagoda merah Akar Nyeri rematik
Daun Luka luar
Bunga Insomnia, Anemia
29 Verbenaceae Lantana camara L. Tai-tai manu Tahi ayam Daun Luka luar/dalam

[2]

Galeri foto

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Z, Fahrul (Oktober 2016). "Lewat Cagar Alam Hutan Karaenta". www.marosfm.com. Diakses tanggal 17 April 2021. 
  2. ^ Elis Tambaru Jenis-Jenis Tumbuhan Dicotyledoneae Berpotensi Obat dimanfaatkan Oleh Masyarakat di Cagar Alam Karaenta Bantimurung Bulusaraung Kabupaten Maros. Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar, 2016. Hlm. 147-148