Sultan Mulia Kusuma Nata Pakunegara Sultan Pakunegara ke-15

Bertahta 09 September 2019 Pendahulu Panembahan Ade Muhammad Arief Nama Asli Pangeran Diraja Dicky Arianto Padmadipura Nama Tahta Sultan Mulia Kusuma Nata Pakunegara Lahir Sanggau 23 Mei 1978 (umur 43 tahun) Wangsa Pakunegara Kebangsaan Indonesia

Ayah H. Sutrisno Sultan Mulia Kusuma Nata Pakunegara Moertiyah Ibu Utin Suhartini Permaisuri Ratu Sri Paduka Lidya Sisca Puspitarini Anak Claudia Biru Arianto Pangeran Langit Caga Merah Arianto Pangeran Gusti Rajendra Arsiano Maliek Arianto Padmadipoera Agama Islam


Duli Yang Maha Mulia (DYMM) Sultan Kusuma Nata Pakunegara Dicky A. Padmadipura, atau Pakunegara XV, atau Pangeran Diraja Dicky A. Padmadipura, lahir di Sanggau, 23 Mei 1978 adalah Raja Kesultanan Sanggau dari Dinasti Pakunegara, disebut Kesultanan Pakunegara Sanggau. Sejak 2019 bertahta di Istana Baitul Mulkiyah Kesultanan Pakunegara Sanggau, atau disebut Istana Beringin atau Istana/Rumah Laut . Sebelum bertahta dikenal sebagai aktivis dan pengusaha. Ia prototipe penguasaha daerah yang sukses di gelanggang nasional serta aktivis yang sukses bertansformasi sebagai pengusaha berkelas.

Daftar Isi

1. Masa Kecil dan Remaja 2. Pendidikan 3. Aktivis 4. Bisnis 5. Keahlian 6. Tahta Kerajaan 7. Penghargaan 8. Karya Ilmiah

Masa Kecil dan Remaja

Masa kecil dan remajanya dihabiskan di Istana Baitul Mulkiyah Kesultanan Pakunegara Sanggau,Dari Istana Baitul Mulkiyah inilah banyak menginspirasi dirinya sejak usia dini hingga kelak menjadi landasan pikiran saat dewasa.

Dari Istana Baitul Mulkiyah ia mengenal sejak dini tentang spirit kejayaan Nusantara, perjuangan bangsa Indonesia, serta berbagai tata kelola hukum adat dan kehidupan masyarakat. Kelak menginspirasinya menjadi aktivis sekaligus pengkader.

Istana Baitul Mulyiah yang terletak di tepi Sungai Kapuas juga telah membentuk hobinya pada petualangan alam. Buku-buku dan berbagai naskah kuno atau manuskrip, termasuk kebendaan pusaka atau artefak yang tersimpan di Istana Baitul Mulkiyah juga mempengaruhinya di kemudian hari gemar membaca literatur dan meneliti.

Pendidikan

Selain mengeyam pendidikan dan pembelajaran di Istana Baitul Mulkiyah, ia menempuh jenjang pendidikan formal layaknya generasi pada umumnya. Jenjang pendidikan TK sampai SMA ditempuh di Sanggau. Kemudian melanjutkan pendidikan tinggi pada Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Jakarta, dan Magister Manajemen Universitas Budi Luhur Jakarta. Berbagai pelatihan atau pendidikan singkat di dalam negeri dan luar negeri juga ia tempuh.

Di dalam negeri, antara lain Workshop Anti-Utang di Yogyakarta (2002); Training of Trainer tentang penghitung cepat (quick count), Pontianak (2002); Wrokshop Regional Perekonomian Kalimantan Barat di Pontianak (2004); Training Eksaminasi Publik Putusan Peradilan di Bandung (2006); Workshop Optimalisasi Advokasi Kasus Korupsi Dana APBD pada enam wilayah di Jakarta (2006); Workshop Optimalisasi Partisipasi Publik dalam Menjaga Kehormatan Hakim di Malang (2006); dan sebagainya. Di luar negeri, antara lain kursus manajemen, bisnis,dan analis ekonomi politik.

Aktivis

Sejak remaja telah terjun sebagai aktivis saat menjadi Wakil Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMU Negeri 2 Sanggau tahun 1995 dan Ketua Ambalan Pramuka Penegak Gugusdepan Pangeran Mas tahun 1996. Di bangku SMU menjadi delegasi Kalimantan Barat dalam Kirab Remaja Nasional dan utusan di berbagai seminar nasional yang diselenggarakan di Jakarta.

Saat kuliah, pada organisasi ekstra kampus, ia terjun sebagai aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sejak tahun 1997. Dimulai menjadi Ketua Komisariat Universitas Panca Bahkti Cabang Pontianak sampai Pengurus Besar HMI periode 2004-2006. Berselang sekitar dua tahun kemudian ia masuk dalam jajaran Dewan Pengurus Pusat (DPP) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) 2008-2011.

Pada organisasi intra kampus, ia terpilih sebagai Presiden Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak pada 2001. Tahun berikutnya terpilih sebagai Wakil Presiden Mahasiswa universitas yang berdiri pada 1983 itu. Reputasinya sebagai aktivis mahasiswa kelak menghantarkannya terpilih sebagai Ketua Dewan Presidium Mahasiswa Borneo pada 2002. Pada tahun inilah ia mulai berdomisili tetap di Jakarta dengan bekerja secara profesional sebagai staf ahli anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 1999-2004.

Saat reformasi 1998 meletus, ia bergabung dalam barisan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Indonesia. Dari jejaring ini kelak ia terlibat aktif dalam GeRAK Indonesia, sebuah wadah pemikir (think tank) yang berdiri pada Agustus 1998. Pada lembaga yang mereputasi di tanah air pasca 1998 dalam diskursus tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean government) itu ia didapuk sebagai manajer proyek.

Dari sini ia kerap menjadi fasilitator dan nara sumber di berbagai pelatihan yang menjadi fokus isu Reformasi. Antara lain pelatihan kepemimpinan good governance di Makassar (2002); partisipasi masyarakat dalam penyusunan peraturan daerah (Perda) di Lampung (2003) dan Ambon (2003); good corporate governance oleh IICG-The Indonesian Institute for Corporate Governance (2004); pembangunan ekonomi tanpa korupsi di Banten (2004); penyusunan APBD yang partisipatif untuk DPRD Morowali di Palu (2005); advokasi anggaran untuk semua kepala desa se Kabupaten Banyumas di Purwokerto (2006) dan sebagainya.

Dari jejaring aktivis 1998 juga kelak terbentuk Komite 33, salah satu think tank Kabinet SBY-Boediono periode 2009-2014. Ia didapuk sebagai Ketua Umum DPP Komite 33. Sebelum bergabung di NGO, berbagai agenda amanat reformasi 1998 ia salurkan melalui media massa “Tepian Kapuas” yang ia dirikan saat masih kuliah di Universitas Panca Bhakti Pontianak. Ia didapuk sebagai koordinator liputan pada 2001 dan menjadi pimpinan redaksi pada 2002. Mengusung jargon “spirit from east borneo”, hingga kini Tepian Kapuas masih eksis.

Sebagai alumni mahasiswa fakultas ekonomi dan pengusaha, ia menaruh perhatian besar pada roda perekonomian Indonesia serta pengelolaan ekonomi global. Sejak mahasiswa telah berkecimpung dalam Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI) sebagai koordinator biro pendanaan tahun 2000. Kelak terpilih sebagai Sekjen Badan Pimpinan ISMEI periode 2003-2005.

Pada organisasi kepemudaan bidang ekonomi, ia juga aktivis Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Ia Ketua Departemen Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI periode 2015-2018 . Di akhir periode ini, terpilih sebagai Bendahara Umum Badan Pengurus Daerah (BPD) HIPMI Kalimantan Barat untuk periode 2017-2020.

Mengenai kiprah pemuda dalam dunia ekonomi dan bisnis, ada pernyataan menarik darinya saat membuka rapat kerja nasional (Rakernas) ISMEI 2019 di Pontianak. “Perang sekarang tidak lagi perang senjata, tetapi perang ekonomi. Mahasiswa ekonomi adalah prajurit dan perwira pasukan ekonomi bangsa.”

Sebelumnya, saat membuka Kongres ISMEI ke-4 di Jakarta pada 2018, di hadapan 150 ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi se-Indonesia, ia juga pernah menyatakan bahwa Revolusi Industri 4.0 pada abad milenium sebetulnya telah lama dirasakan, tetapi Indonesia tidak menyadarinya.

Sebagai aktivis, ia juga menaruh perhatian besar terhadap isu perdamaian nasional dan global. Di dalam negeri, ia terjun sebagai pemantau permasalahan HAM dan fasilitator dalam resolusi konflik di tanah air dengan berada di balik layar. Perhatian ini menguat setelah ia terlibat secara langsung menengahi konflik suku-suku di Kalimantan Barat menjelang dan pasca reformasi 1998 dalam kapasitasnya saat masih sebagai putra mahkota Kesultanan Pakunegara Sanggau maupun sebagai aktivis kepemudaan.

Di luar negeri, ia terlibat dalam konsolidasi kerajaan-kerjaan/kesultanan Melayu di ASEAN dalam menjaga stabilitas kawasan. Konsolidasi ini terbina melalui hubungan hangat dengan sejumlah sultan, putra mahkota dan para pangeran kerajaan tersebut. Tahun 2016 ia bersama puluhan tokoh di Indonesia memprakasai dan mendukung petisi pencabutan Penghargaan Nobel Perdamaian yang diterima Aung San Suu Kyi pada 2012. Pasalnya, tokoh pejuang demokrasi Myanmar itu belum melakukan apapun terkait pelanggaran HAM yang dialami etnis minoritas Muslim Rohingya dan malah mengeluarkan pernyataan rasis usia wawancara dengan BBC Today 2013.


Bisnis

Ia satu di antara segelintir aktivis 1998 yang “menepi” secara serius di jalur bisnis. Disebut menepi karena pasca 1998 Indonesia sudah surplus politisi dan minus pengusaha. Padahal talenta dan jejaringnya sangat memenuhi syarat untuk menjadi politisi. Kesadaran terjun ke bisnis juga dilatarbelakangi oleh kenyataan konflik sosial di Indonesia pasca 1998 dipicu adanya jurang kesenjangan yang lebar. Lagi pula ia memegang teguh prinsip kemandirian. Baginya, menopang hidup keluarga dan komunitas masyarakat bukan diperoleh dari jabatan politik praktis, tetapi jauh lebih bersih melalui jalur wiraswasta.

Prinsip itu kelak terbukti. Tahun 2012, Dengan omset besar yang dicapai sebelum menginjak usia 35 tahun pada perusahaan yang dipimpinnya, ia sudah selesai dengan dirinya melalui kemapanan ekonomi. Kemapanan ini membuat dirinya merdeka secara waktu dan finansial. Dengan hal itu ia leluasa melakukan aksi sosial tanpa disusupi oleh kepentingan politik praktis.

Memulai bisnis secara profesional pada akhir periode pemerintahan 1999-2004 saat ia memutuskan membentuk perusahaan sendiri melalui PT Duta Cakrawala Cipta. Sektor bisnis pertama dimulai dari konsultan manajemen pada 2005 berupa jasa survei. Dari sini bisnisnya membesar sejalan dengan pertumbuhan jejaring yang menggunakan jasanya melalui berbagai perusahaan. Mencakup jasa kontraktor, jasa keuangan dan investasi, jasa teknologi informatika, pertambangan, properti, kargo, pertanian, perkebunan, dan perikanan.

Di antara perusahaan miliknya, Royal Nusantara Group yang bergerak di sektor perikanan di pesisir Bayah, Lebak, Banten, menjadi percontohan pemerintah RI untuk budi daya lobster. Untuk pasar luar negeri yang meminati produk bisnisnya antara lain dari negara-negara asia Tengah.

Ia membius generasi muda untuk tampil sebagai pengusaha melalui pernyataan berikut ini, “Banyak generasi muda yang enggan terjun ke dunia usaha dengan alasan tidak memiliki modal cukup. Padahal memulai usaha yang paling baik justru ketika tidak memiliki modal. “Saya ini orang kampung. Benar-benar tidak ada modal. Paling penting itu kemauan, bukan modal. Modal akan datang kalau kita punya kemauan. Ditambah lagi networking yang baik. Bertemanlah dengan siapapun dan berlaku jujur. Kalau orang sudah percaya dengan kita, modal akan datang sendiri.” Berikut sejumlah perusahaan yang ia kelola sejak 2005 sampai sekarang:

 Pendiri dan CEO Royal Nusantara Group (2017-sekarang)  Komisaris PT. Sigra Line Cargo (2012-sekarang)  Komisaris Utama PT. Duta Cakrawala Cipta (2011-sekarang)  Komisaris Utama PT. Cakrawala Tour and Travel (2010-sekarang)  Komisaris Utama PT. Lembah Prima Arianto (2010-sekarang)  Direktur Utama PT. Indonusa Realty (2009-2014)  Direktur Utama PT. Wahana Tirtamas (2009-2016)  Komisaris Utama PT. Gala Andika Primakarsa (2007-2015)  Direktur Utama PT. Baruna Nusantara (2005-sekarang)  Direktur Utama PT. Duta Cakrawala Cipta (2004-2011)  Pendiri dan Pemilik Media Massa Tepian Kapuas

Keahlian

Pengalaman panjang sebagai aktivis dan pebisnis telah membentuk dirinya memiliki sejumlah keahlian. Meliputi manajemen operasi dan proyek (operations & project management); penelitian dan pengembangan (R&D); pengolahan data (data processing); pembangunan jaringan dan kapasitas (networking & capacity building); penasehat keuangan (financial advisor); manajemen investasi (fund manager); tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean government); tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance); investigasi, advokasi non-litigasi kasus HAM dan korupsi; serta pengelolaan komunitas (community organizer). Tahta Kerajaan

Melalui upacara adat, Pangeran Diraja Dicky A Padmadipoera dinobatkan sebagai Sultan Pakunegara ke XV. Penobatan tersebut diselenggarakan di Istana Baitul Mulkiyah di Kelurahan Beringin, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau. Dihadiri dan disaksikan oleh para pemangku istana dan adat, kerabat kesultanan, serta masyarakat adat setempat. Penobatan itu secara resmi di tandatangani oleh Wali Mulia Gusti Yaman, Ketua Majelis Istiadat Kerabat Keraton Sanggau, Gusti Musta’an; dan Saksi Restu, Gusti Roslian.

Bunyi penobatan dalam Naskah Restu Mangku Istana tertulis, Angkat restu mangku istana kepada Pangeran Diraja Dicky Arianto Padmadipura mangku istana bergelar Sultan Mulia Kusuma Nata Pakungera. Selanjutnya, segala sesuatu yang berkaitan dengan Kerajaan Pewaris dari Rumah Laut menjadi Restu Amanah dengan tidak menyimpang dari Syariah dan Agama Islam, menunjung tinggi trah marwah kerabat, keturunan, waris, pewaris keturunan Raja Rumah Laut.

Meskipun Istana Baitul Mulkiah/Istana Beringin masuk dalam katagori cagar budaya terstruktur dan oleh karena itu dana pelestariannya menggunakan dana APBN, namun ia merevitalisasi istana ini dengan dana mandiri atas persetujuan Balai Cagar Budaya Kalimantan Timur. Sebabnya keterbatasan dana APBN. Revitalisasi ini telah dimulai sejak 2017, dan pada 2021 memasuki tahap akhir.

Dalam komunitas kerajaan-kerajaan Nusantara, ia salah satu dari 53 Anggota Dewan Kerajaan yang tergabung dalam Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN). Di berbagai forum bersama MAKN dengan mitranya, ia kerap hadir dan berperan dalam memberikan pemikiran-pemikirannya. Tahun 2020, bersama MAKN hadir dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR RI. Rapat ini membahas komitmen pemerintah memajukan SDM, kelembagaan, dan tata kelola kebudayaan dalam rangka revisi UU tentang Sistem Pendidikan Nasional dan sebagai bentuk pelaksanaan UU tentang Pemajuan Kebudayaan.


Penghargaan

 Inspiring People Borneo Tribune Award 2011 katagori Penguaha Muda, Harian Borneo Tribune  The Best Young Enterpreneur “UMKM Award” 2012 katagori “pengusaha daerah yang sukses di nasional”, Kementrian Koperasi dan UKM.  The Best Young Enterpreneur 2012, ISMEI  The Best Indonesian Enterpreneur Award 2014, Yayasan Citra Prestasi Anak Bangsa


Karya Ilmiah  Opini, Pengelolaan APBD Belum Sepenuhnya Berpihak pada Rakyat, 2006  Opini, Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Bea Masuk dan Cukai, 2005  Opini, Akrobat Politik ala Senayan, 2005  Opini, Menyoal 110 Hari Kinerja Kabinet Ekonomi SBY, 2005  Buku, Membangun Kemandirian Ekonomi, 2004  Opini, Antara Virus Flu Burung dan Virus Korupsi, 2005  Opini, Sistem Monitoring Pengelolaan Bea Masuk dan Cukai, 2003  Opini, Otonomi Daerah dan Desentralisasi Korupsi, 2003  Opini, Reorientasi Gerakan Mahasiswa, 2000