Ubud, Ubud, Gianyar
8°30′25″S 115°15′45″E / 8.506899°S 115.262373°E
Ubud | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Bali | ||||
Kabupaten | Gianyar | ||||
Kecamatan | Ubud | ||||
Kodepos | 80571 | ||||
Kode Kemendagri | 51.04.05.1005 | ||||
Kode BPS | 5104050006 | ||||
Luas | 780,000000 | ||||
Jumlah penduduk | 11.137 jiwa(2020) http://prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id | ||||
Kepadatan | 1.427 jiwa/km² (2020) | ||||
Jumlah KK | 1.062 KK https://gianyarkab.bps.go.id/publication/2020/09/28/75256bf12cafbc8938c57700/kecamatan-ubud-dalam-angka-2020.html | ||||
|
Ubud adalah sebuah kelurahan dan merupakan pusat pemerintahan yang berada di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, Indonesia.[1]
Demografi
Penduduk kelurahan Ubud sampai dengan tahun 2020 berjumlah 11.137 jiwa terdiri dari 5.587 laki-laki dan 5.550 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1.062 .[2]
Sejarah
Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Ubud
Dalam perjalanan sejarah Guru Suci Mpu Markandya dari Gunung Raung Jawa ke Bali, dalam proses penyebaran Agama Hindu beliau tiba disebuah lereng atau bukit kecil yang memanjang ke arah utara dan selatan. Bukit ini diapit oleh dua buah sungai yang berliku yang mirip seperti dua ekor naga. Sungai yang berada disebelah barat bernama Sungai Wos Barat, sedangkan yang berada disebelah timur bernama Sungai Wos Timur. Mpu Markandya mendirikan sebuah pemukiman disebut “Sarwa Ada” yang terletak disekitar Desa Taro.
Kedua Sungai Wos Barat dan Wos Timur bertemu menjadi satu di sebuah lokasi yang disebut dengan Campuhan. Di Campuhan inilah Mpu Markendya mengadakan tempat pertapaan dan beliau mulai merambas hutan untuk membuat pemukiman dan membagikan tanah pertanian bagi pengikutnya. Dengan demikian sempurnalah Yoga Sang Rsi, yang ditandai dengan dimulainya kehidupan masyarakat di desa ini dengan dianugrahinya tanah untuk pertanian sebagai sumber kehidupan.
Sebutan Wos untuk kedua sungai yang telah bercampur ini melekat menjadi nama desa/pemukiman pada jaman itu. Sedangkan nama sungai ini sesuai dengan maknanya. Sesuai dengan isi lontar Markandya Purana, Wos ngaran “Usadi”, Usadi ngaran “Usada”, dan Usada ngaran “Ubad”. Dari kata ubad ini ditranskripsikan menjadi UBUD.
Selain tersebut di atas, Kelurahan Ubud juga memiliki sejarah kepemimpinan kepala desa. Keperbekelan desa di Ubud dimulai tahun 1922 yang dipimpin oleh seorang perbekel pada waktu itu bernama Pan Grya. Wilayah Ubud waktu itu meliputi Sambahan, Junjungan, Bentuyung, Ubud, Kutuh dan Nagi. Pan Grya kemudian digantikan oleh A.A.Gde Kerepeg yang menambah lagi wilayahnya ke Taman Kaja, Padangtegal dan Tegallantang.
Sejak tanggal 31 Desember 1980 Keperbekelan Ubud berubah status menjadi kelurahan, dan perbekelnya Tjokorda Gde Rai Darmawan diangkat menjadi Kepala Kelurahan Ubud. (lahirnya Kelurahan Ubud tanggal 1 Januari tahun 1981.
Sejak jaman perang kemerdekaan putra-putri Ubud telah banyak yang ikut memberi andil demi kemajuan bangsa dan negara, seperti I Wayan Suweta, Nyoman Sunia, Ida Tjokorda Putra Sudarsana, Nombrog dan Made Kajeng. Demikian juga di jaman pembangunan ini salah seorang putra Ubud, yaitu : DR. Ir. Tjokorda Raka Sukawati juga telah memberikan andil yang sangat berharga bagi kemajuan bangsa dan Negara kita, khususnya dalam bidang pembangunan fisik, berupa penciptaan sebuah teknik pembangunan yang dinamakan “Sosrobahu” dalam pembuatan jalan layang di Jakarta.
Perbekal/Kepala Kelurahan Ubud
Dan dalam perkembangannya, Kelurahan Ubud pernah dipimpin oleh Perbekel/Kepala Kelurahan sebagai berikut :
1. Pan Grya (1922-1932)
2. Anak Agung Gde Krepeg (1932-1942)
3. Gusti Putu Leket (1942-1950)
4. Tjokorda Alit Dalem (1950-1955)
5. Anak Agung Gde Rai Gug (1955-1977)
6. Tjokorda Gde Rai Darmawan (1977-1983)
7. Tjokorda Raka Sukawati (1983-1988)
8. Tjokorda Gde Anom (1988-1991)
9. Tjokorda Gde Rai Darmawan (1991-1993)
10. I Ketut Suastika, BA (1993-1998)
11. Cokorda Gede Putra Darmayuda, S.IP., M.Si (1998-2006)
12. Drs. I Kadek Alit Wirawan (2006-2006)
13. I Made Wartana, AP (2006-2009)
14. I Wayan Ardana, AP., MA (2009-2009)
15. Dra. Melgia C. Van Harling (2009-2009)
16. I Dewa Gde Pariyatna, S.STP (2009-2013)
17. I Wayan Parmadi, S.IP.,M.A.P. (2013-2019)
18. I Gusti Ngurah Nyoman Suastika, ST (2019-Sekarang)
Pendidikan
Di Kelurahan Ubud terdapat satu SMA negeri, tiga SMK swasta, satu SMP negeri, satu SMP swasta, dan lima SD negeri.
SMA/SMK
- SMA Negeri 1 Ubud
- SMK Pariwisata Ganesha
- SMK Pariwisata PGRI Ubud
- SMK Pariwisata Putra Bangsa
SMP
- SMP Negeri 1 Ubud
- SMP Kerta Yoga
SD
- SD Negeri 1 Ubud
- SD Negeri 2 Ubud
- SD Negeri 3 Ubud
- SD Negeri 4 Ubud
- SD Negeri 5 Ubud
Sebutan
Banyak sebutan yang diberikan untuk Ubud, seperti Desmond Tutu, seorang peraih Nobel Perdamaian Dunia, yang menyebut Ubud sebagai “Pusat Kebudayaan Dunia” atau “Ubud Capital of Culture For the World”.
Referensi
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Data Pokok Kelurahan Ubud". 2020. Diakses tanggal 28 April 2021.
Pranala luar
- (Indonesia) BPS Kabupaten Gianyar
- (Indonesia) Prodeskel Binapemdes Kemendagri
- (Indonesia) Situs Resmi Kabupaten Gianyar