Harmagedon

Revisi sejak 3 Mei 2021 16.23 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 2 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8)

Harmagedon atau Armagedon pada umumnya merujuk kepada akhir zaman atau bencana apokaliptik besar dan dahsyat dalam berbagai agama dan budaya. Kata ini juga dapat merujuk kepada kekalahan besar dalam peperangan sehingga banyak orang yang meninggal atau penggunaan senjata pemusnah massal.

Pengertian

Kata Harmagedon yang disebut di Alkitab Kristen[1] dianggap berasal dari kata bahasa Ibrani Har Megido (הר מגידו), yang artinya "Bukit Megido". Tempat yang dirujuk ini adalah sebuah dataran lembah yang disebut Megido,[2] yang merupakan lokasi dari banyak pertempuran yang menentukan pada masa purbakala (lihat Pertempuran di Megiddo). Salah satunya yang terjadi pada 609 SM dan digambarkan dalam Kitab 2 Raja–raja 28–30 dan 2 Tawarikh 20–25, mengakibatkan kematian Yosia, seorang raja yang muda dan karismatis yang kematiannya mempercepat merosotnya dinasti Daud dan mungkin sekali telah mengilhami kisah-kisah tentang datangnya kembali seorang Mesias dari garis keturunannya. Lembah ini ditandai oleh kehadiran gundukan-gundukan arkeologis atau tel, yang merupakan hasil akumulasi reruntuhan dari pemukiman Zaman Perunggu dan Zaman Besi yang berkembang antara 5.000 tahun lalu dan tahun 650 SM. Sebagian orang mengatakan bahwa kata Armagedon merupakan contoh dari sebuah salah kaprah (biasanya kebetulan) yang belakangan memperoleh makna yang baru.

Satu-satunya tempat yang menyebutkan kata Armagedon dalam Alkitab muncul dalam Kitab Wahyu 16:16: "Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon."[1]

Namun Alkitab mencakup banyak nas yang merujuk kepada konsep tentang Armagedon. Namun rujukan nubuat Alkitab yang spesifik tidak menunjukkan secara jelas apakah peristiwa-peristiwa itu benar-benar akan terjadi di sini, atau apakah pengumpulan pasukan-pasukan itu hanya dianggap sebagai sebuah tanda.

Memang sejumlah pasukan Romawi pernah dikumpulkan di tempat ini untuk salah satu penyerangan mereka terhadap Yerusalem pada 67 M. Hal ini sesuai dengan penafsiran preteris tentang kejadian-kejadian dalam Wahyu 16:17–21 yang merujuk kepada kejadian-kejadian yang memuncak pada penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M.

Sebuah penafsiran lainnya adalah kematian mendadak Yosia, seorang pembaharu agama pada usia 30-an yang memperlihatkan pengharapan besar untuk memperbarui negara teokratis Yahudi, yang menghasilkan mitos-mitos tentang kepulangannya dengan kemenangan. Yosia konon mati di tangan firaun Mesir Nekho II justru pada saat kerajaan Daud sedang naik setelah suatu masa kekacauan dan korupsi. Kematiannya mempercepat kemerosotan faksi yang sangat monoteistik di Yudea pada tahun-tahun sebelum pembuangan Babel. Gagasan bahwa seorang raja keturunan Daud suatu hari akan kembali untuk berperang dan menang di Megiddo adalah sebuah contoh tentang mitos mengenai kepulangan yang kekal (the myth of eternal return).

Sebelum Perang Dunia II, Perang Dunia I biasanya dirujuk di koran-koran dan buku-buku sebagai "Armagedon", selain juga "Perang Besar".

Agama Bahá'í

Sebagai bagian dari keseluruhan teologi dari agama Bahá'í, literatur dan riset Bahá'í menafsirkan penggenapan pengharapan-pengharapan di sekitar Pertempuran Armagedon dalam tiga cara, dan ketiga-tiganya telah terjadi. Lihat Catastrophe, Armageddon and Millennium: some aspects of the Bábí-Bahá’í exegesis of apocalyptic symbolism untuk tinjauan mendalam mengenai bahan ini.

Yang pertama berkaitan dengan serangkaian tulisan yang dikarang oleh Bahá'u'lláh, pendiri agama Bahá'í, untuk dikirim ke berbagai raja dan pemimpin negara. Akta dari Yang Dijanjikan yang membahas kekuasaan dunia dengan kritik adalah sebuah kejadian yang menggemparkan.

Yang kedua terkait dengan kejadian-kejadian terinci menjelang akhir Pertempuran Megiddo (1918) dari Perang Dunia I – semacam penggenapan haraiah di mana kekuatan-kekuatan dunia sedang bertempur. Secara khusus kemenangan Jenderal Allenby di Megiddo, yang mencegah Kekaisaran Ottoman menyalibkan 'Abdu'l-Baha, yang saat itu merupakan pemimpin dari agama Baha'i, dipandang oleh umat Baha'i sebagai Pertempuran Armagedon yang harafiah.

Yang ketiga meninjau seluruh perkembangan Perang Dunia (I dan II) (meskipun keduanya dapat dipandang sebagai satu proses yang terdiri dari dua tahap), dan kehancuran yang dihasilkannya terhadap berbagai sarana dan norma dunia sebelum dan sesudahnya.

Saksi-Saksi Yehuwa

Menurut agama Saksi-Saksi Yehuwa, Armagedon adalah pertempuran di mana Setan mempersatukan semua penguasa di muka bumi dalam melawan Raja yang ditunjuk oleh Allah, yaitu Yesus. Jadi, Wahyu mengatakan bahwa Armagedon adalah perang besar dari Yehuwa yang Mahakuasa. Berbeda dengan banyak kelompok Kristen, Saksi-saksi Yehuwa tidak percaya bahwa satu ‘Antikristus’ akan terlibat dalam perang ini. Setan sendiri akan menggerakkan kerajaan-kerajaan dunia untuk memerangi umat pilihan Allah. Wahyu mengatakan bahwa "roh-roh setan … mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa. (Wahyu 16:14). Namun kemudian, "Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja" karena keadilannya akan mengalahkan mereka demi kemuliaan Allah yang mahakuasa. (Wahyu 17:12–14)

Para Saksi Yehuwa percaya bahwa terbukti dari teks ini bahwa perang ini bukanlah peperangan antara suatu bangsa melawan yang lainnya dengan menggunakan senjata nuklir, biologis, atau senjata pemusnah massal lainnya, karena dikatakan bahwa raja-raja di muka bumi “seia sekata, kekuatan dan kekuasaan mereka mereka berikan kepada binatang itu” untuk melawan Kristus”. Juga jelas bahwa tidak mungkin bahwa seluruh tentara dunia dapat berkumpul di tempat yang relative kecil, yaitu Megiddo di Israel masa kini. Akhirnya, Wahyu 16:16 menyebut Har-Mageddon (Bukit Megiddo) "tempat itu" di mana raja-raja ini dikumpulkan untuk pertempuran yang terakhir.

Karena Bukit Megiddo bukanlah sebuah tempat harafiah, mereka merasa tepatlah bahwa Alkitab menggunakank Megiddo sebagai tempat "simbolis" untuk mengumpulkan semua raja di muka bumi dan di sana mereka akan berusaha berperang melawan Allah dan seluruh kekuatan-Nya. Tindakan raja-raja di muka bumi ini diprovokasi oleh pernyataan dan tanda-tanda yang diilhami oleh roh-roh jahat. (Lihat Wahyu 16:13)

Saksi Yehuwa percaya bahwa tindakan kolektif untuk menganiaya umat pilihan Allah di muka bumi itulah yang akan memicu perang ini. Kitab Yehezkiel 38 mempunyai sebuah nubuat di mana Gog dari negeri Magog mengumpulkan suatu pasukan yang terdiri dari berbagai bangsa untuk menyerang umat Allah, karena percaya bahwa mereka tidak dilindungi. Allah menjawabnya dengan menyebabkan mereka tewas karena saling membunuh. Allah akan menghukum mereka dengan wabah penyakit, banjir besar, hujan es, api dan belerang. Pasal ini ditutup dengan pernyataan Allah bahwa "mereka (bangsa-bangsa) akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN ('Yehuwa')".

Armagedon diikuti oleh pembentukan Kerajaan Allah di muka bumi— suatu masa yang biasanya disebut sebagai "Pemerintahan Kristus selama Seribu Tahun ", ketika "naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan ... (diikat selama) seribu tahun lamanya" (Lihat Wahyu 20:1,2). Penghakiman terakhir dan pembersihan dosa-dosa dunia pada akhir milenium, ketika Satan "dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya" dan diizinkan untuk "menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi ... mengumpulkan mereka untuk berperang" melawan "perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu". Ketika Iblis kalah dalam pertempuran ini, ia akhirnya dilemparkan ke dalam "lautan api dan belerang” (yang melambangkan kehancuran total dan kekal). Mereka yang bergabung bersamanya pun akan dihancurkan untuk selama-lamanya.

Gerakan Rastafari

Artikel utama: Gerakan Rastafari

Menurut Rastafari, Haile Selassielah yang tampil dalam Kitab Wahyu. Armagedon (atau lebih tepatnya "Amagideon") adalah sebuah konsep teologis yang agak berbeda, yang tidak menunjuk pada suatu pertempuran secara spesifik, melainkan pada keadaan umum seluruh dunia sekarang, dan yang semakin tenggelam sejak 1930, dan khususnya sejak 1974. Namun, peranan Selassie dalam Perang Italia-Ethiopia Kedua dalam bnayak hal dianggap sebagai penggenapan dari beberapa nubuat.

Masehi Advent Hari Ketujuh

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh mempunyai penafsiran bahwa Pertempuran Terakhir Armagedon akan terjadi setelah masa seribu tahun yang disebutkan dalam Kitab Wahyu, di mana orang-orang yang benar akan tinggal bersama Allah di dalam surga dan orang-orang yang jahat akan dihakimi. Menurut penjelasan ini, Kristus dan orang-orang kudusnya (serta kerajaan surga tempat tinggal mereka sekarang) akan turun ke muka bumi, dan dilindungi dari orang-orang jahat. Kristus akan membangkitkan orang-orang jahat yang telah mati dan kedua pihak akan terlibat dalam sebuah pertempuran terakhir antara kekuatan baik dan jahat. Setan dan para pengikutnya akan berusaha mengalahkan para pengikut Kristus namun mereka akan dikalahkan oleh kekuatan Kristus. Di bawah perintah-Nya, Allah akan menghancurkan Satan dan orang-orang yang jahat untuk selama-lamanya dengan api yang luar biasa dahsyatnya. Bumi akan dibakar dan kemudian, setelah dibersihkan dari semua kejahatan, menurut kedua pasal terakhir Kitab Wahyu, bumi akan dijadikan baru dan dipulihkan ke dalam keadaannya semula sebelum dosa mula-mula masuk ke dalam dunia. Lalu Kristus dan orang-orang kudus yang telah ditebusnya akan dinyatakan menang.[3]

Rujukan

  1. ^ a b Wahyu 16:16
  2. ^ Zakharia 12:11
  3. ^ "Fundamental Beliefs". 2005. Diakses tanggal 7 Maret 2006. 

Lihat pula

Pranala luar