Ziarah (film)
Ziarah (film) merupakan film yang dirilis pertama kali pada 18 Mei 2017.[1] Film karya sutradara BW Purba Negara ini mengambil lokasi syuting di Gunung Kidul, Yogyakarta.[2] Sebelum ditayangkan di bioskop Indonesia, film ini telah memperoleh beberapa prestasi antara lain penghargaan penulis skenario asli terbaik di Festival Film Indonesia tahun 2016, Skenario Terbaik versi Majalah Tempo 2016 dan Film Terbaik di Salamindanaw Film Festival 2016 di Filipina.[3][4]
Alur cerita
Ziarah menceritakan mengenai sosok Mbah Sri yang mencari keberadaan suaminya. Saat itu, Belanda melakukan Agresi Militer yang ke-2 pada tahun 1948 dan suami Mbah Sri ikut berperang. Mbah Sri dan suaminya (Prawiro) terpaksa harus berpisah. Namun, ternyata itulah saat terakhir Mbah Sri bertemu dengan suaminya, yang tidak pernah kembali seusai perang. Hari demi hari, tahun demi tahun berlalu, Prawiro tidak juga pulang. Mbah Sri menjadi janda selama puluhan tahun hingga masa tuanya. Sahabat-sahabat Mbah Sri yang juga sudah berusia senja, satu per satu mulai meninggal. Mereka dimakamkan di sebelah makam suaminya masing-masing. Hal ini membuat Mbah Sri juga memiliki keinginan untuk dimakamkan di sebelah makam suaminya jika ia meninggal kelak. Namun, Mbah Sri sendiri bahkan tidak mengetahui keberadaan makam suaminya. Mbah Sri pun mulai mencari keberadaan Prawiro, suaminya.
Pada suatu hari di tahun 2012, Mbah Sri bertemu dengan tentara veteran yang ternyata mengenal Prawiro. Tentara veteran itu mengetahui lokasi Prawiro tertembak oleh Belanda pada 1949. Berdasarkan informasi tersebut, Mbah Sri mencari makam suaminya. Selama perjalanan mencari makam suaminya, Mbah Sri bertemu dengan banyak orang. Dia mendengar obrolan tentang tanah, yang memperjuangkan tanahnya, dan kisah orang yang harus tersingkir dari tanahnya sendiri. Perjalanan Mbah Sri untuk mencari makam sang suami tidak sekadar perjalanan menyusuri sejarah cintanya, tapi juga menyusuri luka-luka sejarah bangsanya. Hingga pada suatu tempat dan waktu, Mbah Sri harus mengetahui hal yang sangat tidak dia duga. Hal itu membuatnya terpuruk dan menang dalam waktu yang bersamaan.[1][5]
Pemeran
- Ponco Sutiyem sebagai Mbah Sri
- Rukman Rosadi sebagai Prapto (cucu Mbah Sri)
- Ledjar Subroto sebagai Trisno (anak Kyai Husodo)
- Vera Prifatamasari sebagai calon istri Prapto
- E. Suhardjendro sebagai saksi sejarah
- Sasmo Wiyanto sebagai saksi sejarah
- Sugeng Prihatin sebagai saksi sejarah
- Supriyanto sebagai saksi sejarah
- Harso Diyono sebagai saksi sejarah
- Sartorejo sebagai saksi sejarah
- Fajar Suharno sebagai saksi sejarah
- Arief Akhmad Yani sebagai supir Landrover
- Mulyani sebagai Yu Par
- Sri Mulyani sebagai perempuan
- Natasya Putri Sastrosoemarto sebagai cucu Mbah Rejo
- Brilliana Desy D. sebagai anak Mbah Rejo
Penghargaan
- Film Terbaik di Salamindanaw Film Festival 2016
- Penulis Skenario Asli Terbaik di Festival Film Indonesia tahun 2016
- Skenario Terbaik versi Majalah Tempo 2016
- Best Screenplay dan Special Jury Award di ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017
Referensi
- ^ a b "Sinopsis Film Ziarah Karya BW Purba Negara di TVRI Malam Ini". tirto.id. Diakses tanggal 2021-05-07.
- ^ "Kejujuran Akting Ponco Sutiyem di Film Ziarah". kumparan. Diakses tanggal 2021-05-07.
- ^ Triyono, Heru. "Sutradara BW Purba Negara: Film Ziarah cukup diberi nilai 6,5". Lokadata.ID. Diakses tanggal 2021-05-07.
- ^ brilio.net (2017-05-16). "5 Alasan mengapa wajib nonton film Ziarah, jarang ada tokoh utama unik". brilio.net (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-05-07.
- ^ "Film Ziarah Tayang Perdana di Gunung Kidul". Republika Online. 2017-05-15. Diakses tanggal 2021-05-07.
Pranala luar
- (Inggris) [1]