Perang Takhta Jawa Ketiga

artikel daftar Wikimedia

Perang Tahta Jawa Ketiga atau Perang Suksesi Jawa Ketiga adalah konflik bersenjata yang berlangsung antara tahun 1749 - 1757 di pulau Jawa. Ini menyebabkan Kesultanan Mataram pecah menjadi dua dan kemudian tiga dan secara prinsip menyatakan berdiri independen antara Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta dan Mangkunegaran

Perang Tahta Jawa Ketiga
Tanggal15 Desember 1749 – Februari 1757
(7 tahun, 1 bulan, 2 minggu dan 3 hari atau 7 tahun, 2 bulan, 1 minggu dan 6 hari)
LokasiKesultanan Mataram (sekarang Jawa Tengah, Indonesia)
Status

Perjanjian Giyanti

Pihak terlibat
Kesultanan Mataram
(sampai 1755)
VOC
Kesultanan Yogyakarta (dari 1755)
Kasunanan Surakarta
(dari 1755)
Pemberontak anti-Belanda
Tokoh dan pemimpin
Pakubuwana III
Nicolaas Hartingh
Hamengkubuwono I
(dari 1755)
Pangeran Mangkubumi
(sampai 1755)
Raden Mas Said  Menyerah
Kekuatan
Tidak diketahui Tidak diketahui
Korban
Tidak diketahui Tidak diketahui

Penyebab

Penyebab perang suksesi Jawa ketiga adalah perlakuan buruk oleh Gubernur Jenderal van Imhoff terhadap saudara lelaki Penguasa Pakubuwana II Surakarta. Pangeran Mangku Bumi atau Mangka kemudian memberontak melawan VOC, yang telah meremehkannya, dan sekaligus terhadap saudaranya, yang dianggapnya terlalu patuh terhadap Belanda (1749). Mangkubumi dalam perang melawan Belanda didukung oleh Raden Mas Said sepupunya, seorang prajurit yang brilian, yang kemudian menjadi perang gerilya melawan VOC.

Sebelum itu, tahun 1745, Susuhunan Pakubuwana II membangun kraton baru di Surakarta dan pindah dari Kartasura. Kekuasaan Pakubuwono tidak diterima pangeran lain, yang memberontak di bawah pimpinan Mas Said. Pakubuwana menjanjikan hadiah dalam bentuk tanah seluas 3.000 cacah (kepala keluarga) kepada siapa yang sanggup menumpas pemberontakan ini. Tantangan ini diterima Pangeran Mangkubumi, yang mengalahkan Mas Said tahun 1746.

Gubernur Jenderal VOC van Imhoff meyakinkan Pakubuwono bahwa hadiah ini akan memberi kekuasaan yang terlalu besar pada Mangkubumi. Mangkubumi memberontak pada Mei 1746 dan bergabung dengan Mas Said. Tahun berikut pasukannya sudah mencapai 13.000 prajurit, termasuk 2.500 pasukan kuda. Tahun 1748 Mangkubumi dan Mas Said menyerang Surakarta.

Lihat pula

Sumber