Jimpitan
Jimpitan adalah tradisi iuran sukarela dalam masyarakat Jawa berupa uang atau beras yang dikumpulkan melalui petugas yang ditunjuk warga. Iuran jimpitan biasanya diletakkan dalam wadah kecil di depan rumah yang nantinya akan diambil oleh petugas yang berkeliling. Pemungutan jimpitan ini umumnya pada malam hari bersamaan dengan kegiatan ronda. Wilayah jimpitan biasanya dibagi berdasarkan Rukun Tetangga.[1] Jimpitan umumnya digunakan untuk membantu warga yang kesusahan.[2]
Selayang pandang
Jimpitan berasal dari kata bahasa Jawa jimpit yang artinya mengambil dengan ujung-ujung jari. Dalam kamus Jawa, jimpitan umumnya diartikan pengumpulan beras saja.[1] Akan tetapi, karena perkembangan zaman dan perekonomian tidak seburuk masa lalu, jimpitan pada masa kini lebih lazim menggunakan uang receh.[3] Hal ini juga dilatarbelakangi susahnya menjual beras hasil jimpitan, selain berasnya memiliki mutu yang berbeda-beda, beras juga sering mengalami kerusakan (seperti berjamur dan berbau apek) sebelum terkumpul cukup banyak untuk layak dijual. Uang jimpitan per rumah biasanya berkisar Rp200 hingga Rp1000.[4]
Jenis
Jimpitan utamanya terbagi menjadi dua jenis, yaitu:[2]
Jimpitan beras
Jimpitan beras diselenggarakan dengan mengumpulkan satu gelas beras dari setiap rumah untuk kemudian dibagikan.
Jimpitan uang
Jimpitan uang diselenggarakan dengan mengumpulkan uang receh dari setiap rumah untuk kemudian dibagikan.
Lihat juga
Catatan kaki
- ^ a b Pambudi, Rakhmat Dwi. "Pelestarian Jimpitan sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan di Kelurahan Patemon, Gunung Pati, Kota Semarang". Forum Ilmu Sosial.
- ^ a b Narayan-Parker, Deepa; Petesch, Patti L. (2002-01-01). From Many Lands (dalam bahasa Inggris). World Bank Publications. ISBN 978-0-8213-5049-2.
- ^ S.Sos,Nataniel, Heru Susanto (2015-04-06). Bijak Memberdayakan Uang Plastik. Elex Media Komputindo. ISBN 978-602-02-6139-3.
- ^ Sasi, Galuh Ambar; Bajang, Irwan; Qadzafi, Syafawi Ahmad; Astuti, Tri; Daing, Alimudin; Aw, Devi Dean; Karimah, Iffah; Pribadiansyah, Ikrar; Praptama, Jaya Adi (2011-07-30). Ngeteh di Patehan: Kisah di Beranda Belakang Keraton Yogyakarta. I:BOEKOE.