Taman Arkeologi Leang-Leang

taman nasional di Indonesia

Taman Prasejarah Leang-Leang atau juga dikenal Taman Purbakala Leang-Leang adalah salah satu objek wisata andalan di Kabupaten Maros dan Sulawesi Selatan yang menyajikan wisata edukasi tentang kepurbakalaan. Kata "Leang-Leang" dalam bahasa setempat (Bugis-Makassar) memiliki makna "gua". Di taman ini terdapat banyak gua prasejarah yang menyimpan peninggalan arkeologis manusia purba yang unik dan menarik. Para arkeolog berpendapat bahwa beberapa gua yang terdapat di sekitar kawasan tersebut pernah dihuni manusia sekitar 3.000-8.000 tahun SM. Bukti keberadaan ini ditandai dengan lukisan prasejarah berupa gambar babi rusa yang sedang melompat, puluhan gambar telapak tangan yang ada pada dinding-dinding gua. Terdapat 5 buah telapak tangan manusia purbakala yang ditemukan di Gua Pettae, terdapat pula 32 bekas telapak tangan yang ditemukan di Gua Pettae. Selain lukisan prasejarah, juga terdapat benda laut berupa kerang yang menandai bahwa gua tersebut juga pernah terendam dan dikelilingi oleh laut. Keunikan lain adalah keberadaan sungai yang berada tepat di depan Gua Leang-Leang, singkapan batu kapur yang tersebar di areal persawahan penduduk, dan pemandangan Puncak Bulusaraung dari atas gua. Taman prasejarah ini jaraknya tidak terlalu jauh dengan kawasan Taman Wisata Alam Bantimurung yang merupakan objek wisata cukup diminati baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.[2][1]

Kawasan Cagar Budaya Taman Prasejarah Leang-Leang
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Gambar telapak tangan manusia purba di Leang Pettakere
Cagar budaya Indonesia
PeringkatProvinsi
KategoriKawasan
No. RegnasCB.251
Lokasi
keberadaan
Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Tanggal SK4 Mei 1999 (SK Menteri Depdiknas No. SK:240/M/1999)[1]
Pemilik Indonesia
PengelolaBalai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan
Wisata Prasejarah dan Purbakala
Taman Prasejarah Leang-Leang
Informasi
Lokasi
Negara  Indonesia
Pemilik
Penyelesaian 1980
Pembukaan Setiap hari pukul 08.00–16.00 WITA
Jenis objek wisata Edukasi arkeologi dan gua prasejarah
Lukisan babirusa di Leang Pettakere.

Lokasi

Taman Prasejarah Leang-Leang terletak pada deretan bukit kapur (karst) di Kawasan Karst Maros-Pangkep, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, wilayah administratif Kabupaten Maros. Secara administratif tepat berada di Lingkungan Leang-Leang, Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia.

Aksesibilitas

Lokasinya dapat ditempuh ± 15–30 menit melalui jalan lingkungan (Jalan Poros Leang-Leang) dari Jalan Poros Bantimurung yang merupakan jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone. Sepanjang Jalan Poros Leang-Leang merupakan jalan yang telah dibeton sehingga memudahkan akses wisatawan. Jarak taman ini ke Kota Turikale adalah 10 km, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin 19,9 km, dan 34,9 km sebelah utara Kota Makassar. Kawasan ini dapat dicapai dalam waktu ± 1,5 jam dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari Kota Makassar melalui Jalan Poros Bantimurung (Maros-Bone) pada kilometer 7 belok kiri menyusuri jalan lingkungan kearah utara sampai ke kaki perbukitan karst.[3]

Sejarah

Pada tahun 1950, H.R. van Heekeren menemukan gambar babirusa yang sedang meloncat dengan bagian dada terpanah. Sementara Miss Heeren Palm menemukan gambar telapak tangan wanita dengan cat warna merah. Kedua temuan itu terdapat di Leang Pettae dan Leang Pettakere. Menurut para ahli arkeologi, gua tersebut dihuni manusia purba sekitar tahun 8.000-3.000 sebelum Masehi. Sementara gambar atau lukisan prasejarah tersebut usianya kira-kira 5.000 tahun silam. Gua tersebut dibuka untuk wisatawan pada tahun 1980 dengan nama Taman Prasejarah Leang-Leang. Di dalam taman ini banyak peninggalan manusia purba, diantaranya gambar telapak tangan manusia yang berwarna merah marun. Menurut para ahli tangan, gambar telapak tangan tersebut merupakan tangan salah satu suku yang telah mengikuti ritual potong jari sebagai tanda berduka cita atas meninggalnya seseorang. Selain gambar tangan, di dalam gua juga terdapat peninggalan peralatan manusia purba yang terbuat dari batu, sisa-sisa makanan yang berupa tulang binatang dan hewan-hewan laut. Di sekitar Taman Prasejarah Leang-Leang terdapat gua-gua lain yang jaraknya saling berdekatan, antara lain Gua Balang, Leang Cabbu, dan Leang Sampeang.[4]

Salah satu gua yang termasuk dalam periode awal penemuan lukisan-lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan adalah Leang Pettae dan Pettakere. Berdasarkan pelbagai penelitian arkeologi yang telah dilakukan sejak tahun 1902 oleh ahli diperkirakan bahwa gua ini telah dihuni manusia sejak 50.000 tahun sebelum Masehi hingga 6.000 tahun yang lalu. Hal ini telah memberi kontribusi nyata dalam ilmu pengetahuan, terutama terkait dengan satu periode kehidupan manusia prasejarah di masa lampau, yang oleh para ahli diistilahkan sebagai Kebudayaan Toala. Temuan penting yang menonjol pada gua-gua prasejarah di kawasan Karst Maros-Pangkep ini adalah lukisan gua yang pertama kali ditemukan pada tahun 1950 oleh Heeren Palm. Lukisan gua tersebut menggambarkan aspek religi, mata pencaharian, teknologi, ekologi, dan seni pada masyarakat masa lalu. Peneliti lain yang tercatat pernah melakukan penelitian tentang gua-gua prasejarah di Sulawesi Selatan antara lain Van Stein Callenfels, H.D. Noone dan A.A. Cense pada tahun 1933, W.J.A. Willems dan F.D. Mc'Carthy pada tahun 1936, dan H.R. van Heekeren tahun 1936, 1937, 1947, dan 1950, D.J. Mulvaney dan R.P. Soejono pada tahun 1969, dan I.C. Glover pada tahun 1973 dan 1975. Pada tahun 1980-an, penelitian gua-gua di Sulawesi Selatan mulai banyak dilakukan oleh orang Indonesia sendiri, terutama oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dan mahasiswa Jurusan Arkeologi Universitas Hasanuddin. Pada tahun 2007 dilakukan penelitian oleh peneliti Australia, Mike Morwood bekerjasama dengan Balai Arkeologi Makassar untuk menulusuri okupasi pada masa plestosen.[1]

Potensi

Taman Prasejarah Leang-Leang (Nomor Registrasi 168) yang terdiri atas dua gua prasejarah yang telah terkenal hingga ke mancanegara, yaitu Leang Pettae dan Leang Pettakere, termasuk dalam Kawasan Karst Maros-Pangkep yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan dan akademisi yang berkepentingan. Kedua situs tersebut saat ini telah menyatu dalam sebuah areal yang telah dibebaskan dan dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan. Sebagian besar lahan dimanfaatkan sebagai taman, dilengkapi fasilitas jalan setapak, sanitair, ruang informasi, lahan parkir, dan fasilitas penunjang lainnya. Leang Pettae yang berada di sebelah selatan atau sekitar 50 meter dari jalan poros mengandung temuan berupa artefak batu, sisa-sisa makanan, dan juga lukisan dinding berupa cap tangan. Sedangkan Leang Pettakere yang berjarak sekitar 400 meter di sebelah utara berada pada ketinggian tebing gamping dapat disaksikan beberapa lukisan cap tangan dan lukisan babi rusa berukuran besar, seluruhnya berwarna merah. Untuk menjangkau letak lukisan di Leang Pettakere, tersedia fasilitas tangga besi, dan dapat diakses oleh pengunjung dengan pengawasan petugas Juru Pelestari.[1]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d Siregnas CB Kemendikbud RI. "Taman Prasejarah Leang-Leang". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 4 Mei 2021. 
  2. ^ Ratino; Tri Maya Yulianingsih (2010). Jelajah Wisata Nusantara: Berbagai Pilihan Tujuan Wisata di 33 Provinsi. Yogyakarta: Media Pressindo (MedPress). hlm. 332–333. 
  3. ^ Mulyantari, Enny (2018). Pengembangan Objek Wisata Budaya : Taman Prasejarah Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan (Jurnal Media Wisata, Vol. 16, No. 1) (PDF). Jurnal Media Wisata. hlm. 684–697. 
  4. ^ Suparti (2019). Indonesia nan Indah: Gua di Indonesia. Semarang: ALPRIN. hlm. 12–13. ISBN 978-602-8094-49-8.