Tari Ranup lam Puan
Tari Ranup Lampuan adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Aceh. Tarian ini termasuk tarian penyambutan yang biasanya dibawakan oleh penari wanita dengan menyuguhkan sirih sebagai tanda terima masyarakat. Tari Ranup Lampuan merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Aceh, dan sering ditampilkan untuk menyambut para tamu terhormat maupun acara penyambutan adat lain.[1]
Sejarah
Tari Ranup Lampuan pertama kali diciptakan pada tahun 1959 oleh salah satu seniman terkenal dari Aceh yang bernama Yusrizal. Nama Tari Ranup Lampuan ini diambil dari kata “Ranup” dan “Lampuan”. Kata Ranup sendiri dalam bahasa Aceh berarti “Sirih”, sedangkan Puan adalah tempat/wadah sirih khas Aceh. Konon, tarian ini diangkat dari kebiasaan adat masyarakat Aceh dalam menyambut tamu terhormat dengan menyuguhkan sirih sebagai tanda terima mereka.
Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Ranup Lampuan telah mengalami perjalanan beberapa perubahan hingga menjadi seperti bentuk yang sekarang ini. Tarian ini awalnya dibawakan oleh beberapa penari wanita dengan diiringi musik orkestra atau band. Pada tahun 1959 Tari Ranup Lampuan dimodifikasi dengan menambahkan 3 orang penari pria, yang terdiri dari 2 orang pengawal menggunakan pedang dan satu orang pemegang vandel.[2]
Namun sekitar tahun 1966 tarian ini kemudian didiubah lagi ke bentuknya yang semula. Hal ini dilakukan sesuai dengan saran dari para tetua adat, yaitu dengan menampilkan para penari wanita saja. Selain itu perubahan durasi juga dilakukan karena dirasa terlalu panjang, sehingga tarian ini mulai mengalami pemadatan.
Pengembangan Tari Ranup Lampuan ini tidak berhenti begitu saja, pada tahun 1972 tarian ini mengalami perubahan lagi, yaitu pada musik pengiringnya. Iringan musik yang awalnya merupakan musik orkestra atau band kemudian diganti dengan alat musik tradisional seperti serune kale, gendrang, dan rampa’i agar kesan tradisionalnya lebih terasa. Setelah berbagai perubahan tersebut, kemudian menjadi bentuknya yang sekarang.[3]
Fungsi dan Makna
Tari Ranup Lampuan biasanya dibawakan oleh para penari wanita. Jumlah penari tersebut biasanya terdiri dari 5-7 orang penari. Dalam pertunjukannya, para penari dibalut dengan busana tradisional yang cantik serta membawa puan dan sirih yang nantinya akan disuguhkan kepada para tamu. Dengan diiringi oleh alunan musik tradisional, mereka menari dengan gerakannya yang khas di hadapan para tamu dan penonton.[4]
Gerakan dalam Tari Ranup Lampuan ini biasanya didominasi oleh gerakan lemah lembut yang melambangkan kesopanan dan ketulusan para penari. Apabila di perhatikan secara seksama, setiap gerakan pada tarian ini memiliki makna khusus di dalamnya. Gerakan gerakan tersebut seperti gerakan salam sembah, memetik sirih, membersihkan sirih, meyapukan kapur, memberi gambir serta pinang dan yang terakhir adalah menyuguhkan sirih kepada para tamu.[5]
Pengiring
Tari Ranup Lampuan awalnya diiringi oleh musik orkestra atau band. Namun setelah tahun 1972 musik pengiring Tari Ranup Lampuan ini diubah dengan menggunakan alat musik tradisonal Aceh seperti
Seurune Kale
berasal dari dua kata, yakni (serune) yang merujuk pada instrumen tradisional Aceh, dan (kalee) yang merupakan nama desa di Laweung, Kabupaten Pidie. Jadi secara sederhana, Serune Kalee bisa diartikan sebagai serunai/seruling dari daerah Kalee. Sangat mungkin penamaan tersebut dikaitkan dengan kemunculan atau tempat pembuatan serunai/seruling tersebut.
Selain di Aceh alat musik ini terdapat juga dilingkungan masyarakat Minangkabau dan Agam. Serunee Kalee juga memiliki kemiripan dengan beberapa instrumen dari negara lain, seperti Malaysia, Thailand, dan Srilanka. Instrumen-instrumen serupa tersebut memiliki sejumlah kemiripan dalam hal laras nada, vibrasi, volume suara, dan dinamika suara[6]
Rapa'i
Rapai adalah sebuah alat musik pukul yang berasal dari Aceh. Menurut kepercayaan masyarakat Aceh, alat musik ini diciptakan oleh Syekh Ahmad bin Rifa'i yang merupakan pendiri tarikat Rifa'iyyah
Gendang
Secara umum Geundrang dimainkan dengan posisi berdiri ataupun duduk tergantung dari latar kondisi pusaertunjukan. Siampai saat ini Geundrang masih sering dimainkan oleh masyarakat Aceh, baik hanya sekadar seni tradisional ataupun modern.
Kostum
Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Ranup Lampuan ini biasanya adalah busana tradisional acah. Untuk busana yang digunakan para penari biasanya baju lengan panjang dan celana panjang. Pada bagian pinggang menggunakan kain sarong atau kain sonket khas Aceh dan sabuk sebagai pemanis. Sedangkan pada bagian kepala menggunakan kerudung yang dihias dengan bunga-bunga dan kain selendang yang menjutai ke bawah.[7]
Referensi
- ^ "Pemerintah Aceh | Tarian Ranub Lampuan". www.acehprov.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-14. Diakses tanggal 2020-01-14.
- ^ admin (2017-04-30). "Tari Ranup Lampuan Dilahirkan Oleh Para Seniman Aceh". Simponi News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-14. Diakses tanggal 2020-01-14.
- ^ "TARI RANUP LAMPUAN – ISBI ACEH" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-14.
- ^ iGlobalNews (2016-08-29). "Tari Ranup Lampuan Tari Tradisional Asal Aceh". iGlobalNews. Diakses tanggal 2020-01-14.
- ^ "PENGERTIAN TARI RANUP LAMPUAN,MAKNA DAN SEJARAHNYA" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-14.
- ^ Makna Tari Ranup Lampuan
- ^ "Pengiring dalam Tari Ranup Lampuan - Seni Tari - Dictio Community". www.dictio.id. Diakses tanggal 2020-01-14.