Adaro Energy Indonesia
PT. Adaro Energy Tbk.(Kode saham pada BEI:ADRO.JK) adalah sebuah perusahaan yang berfokus pada penambangan batu bara di Indonesia. PT. Adaro Indonesia beroperasi di Tambang batubara tunggal terbesar di belahan bumi selatan. Adaro Energy beroperasi dengan izin Perjanjian karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) Generasi I yang berakhir pada 1 Oktober 2022.[2] Pada 2011 Forbes Global 2000, Adaro Energy berada di peringkat ke-1.527 – sebagai perusahaan publik terbesar di dunia.[3]
Adaro sudah melakukan pembersihan dan pembebasan lahan di Jawa Tengah untuk membangun PLTU batu bara berkapasitas 2000 MW, setelah tertunda hampir lebih dari 4 tahun karena masalah akuisisi lahan. Pembangunan dimulai Juni 2016 dengan Adaro melakukan investasi sebesar US $4.2 milyar.[4]
Adaro Energy bertanggung jawab atas 0.13% dari emisi industri global rumah kaca dari tahun 1988 sampai dengan tahun 2015[5] dan karenanya menjadi salah satu kontributor utama perubahan iklim, yang secara substansial bermakna resiko terhadap kesehatan, mata pencaharian, keamanan pangan, persediaan air, keamanan dan pertumbuhan ekonomi.[6]
Direksi
- Presiden Direktur: Garibaldi Thohir
- Wakil Presiden Direktur: Christian Ariano Rachmat
- Direktur: Chia Ah Hoo, Mohammad Syah Indra Aman, Julius Aslan
- Presiden Komisaris: Edwin Soeryadjaya
- Wakil Presiden Komisaris: Theodore Permadi Rachmat
- Komisaris: Arini Saraswati Subianto, Raden Pardede, Mohammad Effendi
Lihat pula
Referensi
- ^ "Kisah Adaro, Lahir dari Ekspansi BUMN Spanyol Ke Kalimantan". market.bisnis.com. 12 Desember 2018. Diakses tanggal 23 November 2020.
- ^ Mulyana, Ridwan Nanda (2020-11-03). "Arutmin dapat IUPK, Adaro (ADRO) segera ajukan perpanjangan operasi di tahun depan". kontan.co.id. Diakses tanggal 2021-05-28.
- ^ "Forbes Global 2000". Diakses tanggal 31 October 2020.
- ^ Umah, Anisatul. "Mundur Gegara Covid, PLTU Batang Beroperasi Paling Telat 2022". market. Diakses tanggal 2021-05-28.
- ^ "Top 100 producers and their cumulative greenhouse gas emissions from 1988-2015". The Guardian. Diakses tanggal 29 October 2020.
- ^ "IPCC, 2018: Summary for Policymakers" (PDF) (Global Warming of 1.5°C. An IPCC Special Report on the impacts of global warming of 1.5°C above pre-industrial levels and related global greenhouse gas emission pathways, in the context of strengthening the global response to the threat of climate change, sustainable development, and efforts to eradicate poverty). Diakses tanggal 29 October 2020.