Taman Wisata Alam Panelokan
Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Panelokan berdasarkan letak geografis berada di antara 115°21’34”-115°24’11” BT dan 8°16’54”-8°18’37” LS. Menurut administrasi pemerintahan termasuk ke dalam wilayah Desa Batur Tengah, Desa Abang Batu dinding, Desa Suter, Desa Buahan dan Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Taman Wisata Alam Panelokan | |
---|---|
Letak | Bangli, Bali, Indonesia |
Koordinat | 8°17′4.39″S 115°21′53.48″E / 8.2845528°S 115.3648556°E |
Luas | 574,27 Ha |
Didirikan | 1978 |
Pihak pengelola | Balai KSDA Bali |
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan hutan (boshce reserve) merupakan bagian dari kompleks hutan Penulisan yang berdasarkan Besluit Gubernur Belanda tanggal 29 Mei 1927 seluas ± 540 Ha. Luas kawasan TWA Panelokan berdasarkan SK Mentan No. 655/Kpts/Um/10/1978 tanggal 25 Oktober 1978 seluas 540 Ha, sedangkan luas definitif sesuai dengan hasil pengukuran oleh Sub Biphut Singaraja tahun 1982 menjadi 574,275 Ha. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.2846/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 14.857,17 Ha di Kabupaten Bangli dan Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Luas TWA Panelokan adalah 574,27 Hektar.
Sejarah
- Pada masa pemerintahan Hindia Belanda kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan hutan (bosche reserve) merupakan bagian dari kompleks hutan Penulisan yang berdasarkan Besluit Gubernur Belanda tanggal 29 Mei 1927 seluas ± 540 Ha.
- Kelompok hutan Gunung Abang Agung (RTK. 8) ditunjuk oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan usul penunjukan Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926. Penunjukan berdasarkan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4. Pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Juli 1941, Pengesahan penetapan batas hutan tanggal 9 Pebruari 1948.
- Sebagian Kelompok hutan Gunung Abang Agung (RTK. 8) disekitar Penelokan di tunjuk oleh Menteri Pertanian Nomor 655/Kpts/Um/10/1978, tanggal 25 Oktober 1978 sebagai hutan Wisata cq. Taman Wisata Alam seluas 540 Ha.
- Luas kawasan TWA Panelokan berdasarkan SK Mentan Nomor 655/Kpts/Um/10/1978 tangggal 25 Oktober 1978 seluas 540 Ha, sedangkan luas definitif sesuai dengan hasil pengukuran oleh Sub Biphut Singaraja tahun 1982 menjadi 574,275 Ha.
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 433/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Bali seluas 130.686,01 (Seratus tiga puluh ribu enam ratus delapan puluh enam, satu perseratus) Meter Persegi.
- TWA Panelokan telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.2846/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) Seluas Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPH Konservasi Kintamani 5 14.857,17 (Empat Belas Ribu Delapan Ratus Lima Puluh Tujuh Dan Tujuh Belas Perseratus) Hektar Di Kabupaten Bangli Dan Kabupaten Karangasem Provinsi Bali, yaitu dengan luas kawasan 574,27 Ha.
Keunikan
Kawasan merupakan salah satu lokasi untuk melihat panorama alam sekitar, seperti Gunung Batur, Danau Batur dan panorama sekitarnya karena berada di ketinggian yang merupakan bagian dari Gunung Batur Purba.
Topografi
Topografi Taman Wisata Alam (TWA) Penelokan bergelombang dari ringan sampai curam dengan lereng di bagian Utara yang terjal dan curam dengan ketinggian antara 1.200 m – 1.500 m dpl.
Tanah dan Geologi
Berdasarkan Peta Jenis Tanah Provinsi Bali, jenis tanah di Kawasan TWA Panelokan adalah Regosol Humus dan Regosol Kelabu. Secara umum geologi di kawasan TWA Panelokan antara lain Lava Gunung Abang, Endapan Freatomagmatik Payang dan Endapan Jatuhan Piroklastka Penulisan.
Tipe Iklim
Menurut klasifikasi iklim Schmit & Ferguson, termasuk tipe iklim F dengan curah hujan rata-rata 740 – 2.700 mm per tahun, suhu udara berkisar antara 18-30 Derajat Celcius.
Flora
Berdasarkan hasil lnventarisasi Potensi tahun 2006 oleh Balai KSDA Bali dapat diketahui bahwa tanaman yang ada, merupakan Hutan Tanaman tahun 1964 sampai 1978, dengan jenis tanaman Ampupu (Eucalyptus urophylla), Puspa (Schima noronhae), Albisia (Albizia falcataria) dan Akasia (Acacia decurrens), walaupun dapat dijumpai tegakan alam yaitu Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana) namun jumlahnya sangat sedikit dan tumbuh secara sporadis pada lokasi-lokasi yang sulit dicapai. Tanaman Pinus (Pinus merkusii) yang ditanam pada tahun 1966/1967 merupakan tanaman yang berasal dari permudaan pohon-pohon induk yang ditanam pada masa Hindia Belanda, tetapi karena adanya bencana alam gunung meletus, maka permudaan tersebut tidak banyak jumlahnya.
Pada blok-blok tanaman dimana tanaman campuran yang terdiri jenis Pinus (Pinus merkusii), Ampupu (Eucalyptus urophylla) dan Puspa (Schima noronhae). Pada areal sekitar enklave sampai ke a rah perbatasan Desa Suter terlihat dominasi tegakan Ampupu dengan diameter yang bervariasi diantara tegakan Pi nus dan Puspa.
Fauna
Dari hasil perjumpaan satwa mamalia terdiri dari: Kijang (Muntiacus muntjak), Landak (Hystrix javanica) serta Trenggiling (Manis javanica). Sedangkan jenis aves yang dijumpai seperti Elang Laut (Haliaeetus leucogaster), Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus), Ayam Hutan (Gallus sp), Tekukur (Streptopeliachinensis), Prenjak (Prinia familiaris), Kepodang (Oriolus chinensis).