Natasha Tontey adalah seorang seniman interdisipliner, desainer grafis[1][2] dan peneliti berdarah Toulour Minahasa. Lahir dan besar di Jakarta, Natasha kini tinggal dan bekerja di Yogyakarta sejak 2014.

Karier

Karya-karyanya mengeksplorasi fiksi sebagai metoda untuk berspekulasi. Melalui praktik artistiknya, ia mengemukakan sejarah dan mitos seputar ‘manufaktur ketakutan’ sebagai kisah fiksi dan melihat bagaimana hal itu mendeterminasi ekspektasi akan masa depan.[3][4][5][6][7]

Salah satu penelitiannya yang bertajuk "The Epoch of Mapalucene"[8] terinspirasi dari falsafah hidup masyarakat adat Minahasa yaitu Mapalus[9], teknologi leluhur Makatana.

Karya-karyanya cenderung interdisiplin antar video, performans, dan instalasi.[10][11]

Karya-karyanya telah di presentasikan di transmediale for refusal (Berlin, 2021), Molecular Minds Monstrous Matters di Akademie Schloß-Solitude (2021), Asian Film Archive[12] (Singapore, 2021), Kyoto Experiment (Kyoto, 2021), Polyphonic Social yang di kurasi oleh Liquid Architecture[13] (Melbourne, 2019) dan Other Futures: Multispecies Experiment[14] (Amsterdam, 2019) salah satunya.

Pameran tunggal pertamanya ALMANAK diadakan pada 2018 di Cemeti Institut - Untuk Seni dan Masyarakat[15], Yogyakarta, Indonesia. Pada tahun 2019 Ia mendapatkan Young Artist Award oleh ArtJog MMXIX[16], tahun 2020 mendapatkan HASH Award 2020 for Net-Based Projects in the Fields of Art, Technology, & Design[17] oleh Zentrum für Kunst (ZKM) und Medien Karlsruhe dan Akademie Schloss Solitude untuk proyek penelitiannya yang berjudul “Pest to Power / Hama Memberkati'', dan Performance Space Microfellowship 2020.

Pameran

  • ALMANAK, Cemeti Institute for Art and Society, Yogyakarta, Indonesia, 2018

Pendidikan

Ia pernah belajar Fotografi di Galeri Foto Jurnalistik Antara pada tahun 2007-2009 di mentori oleh Oscar Motuloh.[20]

  1. ^ https://siasatpartikelir.com/pemaknaan-ulang-jirapah-melalui-re-planetarium/
  2. ^ https://www.whiteboardjournal.com/ideas/music/rain-dogs-records-merilis-edisi-jakarta-dari-album-alkisah-senyawa-dengan-paket-kejutan-dari-bing-renang/
  3. ^ https://www.thejakartapost.com/life/2020/03/04/beyond-barriers-women-artists-evolve-through-science-technology.html
  4. ^ http://galeri-nasional.or.id/en/newss/811-pameran_indonesian_women_artists_into_the_future
  5. ^ thejakartapost.com/news/2019/03/08/into-future-celebrates-female-indonesian-artists.html
  6. ^ http://galeri-nasional.or.id/en/newss/811-pameran_indonesian_women_artists_into_the_future
  7. ^ https://www.mahkuscript.com/articles/10.5334/mjfar.64/
  8. ^ https://contemporaryarttasmania.org/luxury-bunker-4-the-epoch-of-mapalucene-natasha-tontey/
  9. ^ https://www.akademie-solitude.de/de/online-publications/foreword/
  10. ^ https://www.thejakartapost.com/life/2019/08/19/artists-act-sing-about-their-works-in-artjogs-leksikon.html
  11. ^ https://www.mahkuscript.com/articles/10.5334/mjfar.56/
  12. ^ https://www.thejakartapost.com/life/2021/01/26/singapore-art-week-returns-bigger-and-closer-than-ever.html
  13. ^ https://www.thewire.co.uk/news/52196/instru-ment-builders-project-goes-to-kyoto
  14. ^ https://www.vice.com/nl/article/43jnyd/wat-mensen-van-kakkerlakken-kunnen-leren
  15. ^ https://koran.tempo.co/read/seni/432240/merayakan-feminisme-baru
  16. ^ https://koran.tempo.co/read/seni/445043/sentilan-tentang-masa-depan-lingkungan
  17. ^ https://zkm.de/en/hash-award-2020-award-winners
  18. ^ https://www.whiteboardjournal.com/interview/ideas/metode-visual-bersama-natasha-gabriella-tontey/
  19. ^ https://ruangrupa.id/2013/07/20/pameran-body-festival/
  20. ^ https://seleb.tempo.co/read/229800/dua-benua-di-mata-delapan-jurnalis