Puspa IPTEK Sundial

museum di Indonesia
Revisi sejak 11 Juni 2021 07.22 oleh Nurazizahjaya (bicara | kontrib) (menambahkan pranala)

Puspa IPTEK Sundial adalah museum khusus yang dijadikan sebagai tempat peragaan jam matahari. Nama museum ini merupakan sebuah akronim. Kata "puspa" merupakan kependekan dari Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, sedangkan kata "sundial" berarti jam matahari. Peresmian Puspa IPTEK Sundial diadakan pada tanggal 11 Mei 2002 oleh Menteri Riset dan Teknologi Indonesia, M. Hatta Rajasa. Keberadaan Puspa IPTEK Sundial dijadikan sebagai lambang pendidikan bagi Kota Baru Parahyangan. Koleksi utama dari museum ini adalah jam matahari. Di bagian depan gedung terdapat jam matahari vertikal, sedangkan jam matahari horisontal ada di atas gedung. Kedua jam matahari tersebut memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai jam matahari terbesar di Indonesia. Pada tahun 2002, Museum Rekor Indonesia juga memberikan penghargaan sebagai jam matahari vertikal serta horisontal pertama di Indonesia. Gedung Puspa IPTEK Sundial merupakan gedung yang terpadu dengan gerbang utama Kota Baru Parahyangan. Puspa IPTEK Sundial merupakan cerminan konfigurasi Matahari, Bumi, dan Bulan. Di Gerbang Utama terdapat replika Bumi dari batu utuh berdiameter 2 meter sseberat 12 ton yang diambil dari daerah sekitar Padalarang. Di sekeliling batu bulat tersebut terdapat 12 tiang yang melambangkan 12 bulan dalam sistem kalender. Ragam hias kalender tradisional menghiasi setiap tiang dengan motif yang berbeda dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara. Sementara bundaran tempat gedung Puspa IPTEK Sundial berada melambangkan matahari. Kepemilikan Puspa IPTEK Sundial menjadi hak Kota Baru Parahyangan dan pengelolaannya oleh Yayasan Parahyangan Satya. Puspa IPTEK Sundial beralamat di Jl. Raya Padalarang No. 427, Kota Baru Parahyangan, Kertajaya, Padalarang, Bandung, Jawa Barat. Lokasinya berada di titik koordinat 6°51’07.9”Lintang Selatan dan 107°29’38.0” Bujur Timur. Akses ke musuem dapat dari Stasiun Cimahi (11 km), Terminal Damri Ciburung Padalarang (3,9 km), atau Pasar Padalarang (3,8 km).[1]

Referensi

  1. ^ Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 384–385. ISBN 978-979-8250-66-8.