Kue tradisional Banjar

artikel daftar Wikimedia

Dalam adat dan budaya masyarakat Banjar Kalimantan Selatan penganan manis atau kue adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Kue Tradisional Banjar yang beragam baik berupa bentuk, rasa, dan warna mengisyaratkan sebuah makna yang terkandung dalam keseharian masyarakat. Kue Tradisional Banjar yang disebut juga dengan Wadai. Dalam ritual adat Wadai banyak digunakan sebagai sarana pelengkap.

Penjual Wadai Banjar di Pasar Tradisional Kalimantan Selatan

Sejarah

Tradisi wadai sebenarnya sudah mengakar pada zaman dahulu, lebih tepatnya pada masa kerajaan Hindu Negara Dipa. Wadai 41 adalah istilah yang mengacu pada ragam wadai sebanyak 41 jenis. Pada masa kerajaan dahulu wadai digunakan sebagai sesajen untuk para roh penghuni alam agar tidak mengganggu kehidupan manusia.

Namun setelah kedatangan Islam, budaya sesajen mulai tergeser dan digantikan dengan akulturasi budaya yang lebih islami. Wadai 41 kini hadir dalam perayaan-perayaan islami seperti Baayun Maulid, Batamat Al-Qur'an, Badudus, dan pelengkap ritual adat lainnya. Fungsi dari Wadai 41 lebih dilambangkan dengan keselamatan dan rasa syukur masyarakat.

Wadai juga adalah simbolisasi masyarakat Banjar yang sosial. Dalam ini mengacu pada tradisi mawarung. Dimana jajanan yang disediakan biasanya wadai atau kue tradisional Banjar. Diiringi dengan teh atau kopi hangat masyarakat Banjar biasanya saling bercengkerama satu sama lain.

Varian Kue

Nomor Nama Kue Gambar
1 Amparan Tatak
2 Apam Barabai
 
3 Apam Surabi
4 Ardat
5 Babungku
6 Balikuhai
 
7 Bingka
 
8 Bingka Barandam
9 Buah Jingah
10 Bubur Baayak
11 Bubur Gunting Banjar
12 Bubur Randang
13 Cingkaruk
14 Dodol Kandangan
15 Gagampam
16 Gagatas
17 Gagauk
18 Gaguduh
19 Gambung
20 Hintalu Karuang atau Gayam
21 Hula-hula
22 Kakicak
23 Kakulih
24 Kalalapun
25 Lakatan Putih Bahinti
25 Lakatan Kuning Bahintalu
26 Lamang
27 Lupis
28 Papudak Baras
29 Papudak Sagu
30 Papari
31 Putu Mayang
32 Surabi
33 Tapai Baras
34 Tapai Gumbili
35 Ular-ular
36 Wajik