Heraklius

Kaisar Romawi Timur dari tahun 610 hingga 641
Revisi sejak 15 Juni 2021 04.26 oleh Japra Jayapati (bicara | kontrib) (Menolak 12 perubahan teks terakhir (oleh Salahuddin Richard) dan mengembalikan revisi 17949698 oleh InternetArchiveBot)

Heraklius (bahasa Latin: Flavius Heraclius Augustus; bahasa Yunani: Φλάβιος Ἡράκλειος, Flavios Iraklios; lahir: ca. 575; wafat: 11 Februari 641) adalah Kaisar Romawi Timur dari tahun 610 sampai tahun 641. Ia adalah kaisar yang menetapkan bahasa Yunani sebagai bahasa resmi Kekaisaran Romawi Timur. Perjuangannya meraih tampuk kekuasaan bermula pada tahun 608, ketika ia bersama ayahnya, Heraklius Tua, Eksarkus Afrika, memimpin pemberontakan menggulingkan Kaisar Fokas.

Heraklius
Kaisar Bangsa Romawi
Kepingan solidus cetakan Konstantinopel era 610-613 memuat gambar sedada Kaisar Heraklius (umur 35-38 tahun) berketopong dan berbaju zirah sambil menggenggam salib
Kaisar Romawi Timur
Berkuasa5 Oktober 610 – 11 Februari 641
Penobatan5 Oktober 610
PendahuluFokas
PenerusKonstantinus III
Heraklonas
Co-emperorsKonstantinus III (613-641)
Heraklonas (638-641)
Kelahiranca. 575
Kapadokia (sekarang termasuk wilayah Turki)
Kematian11 Februari 641 (umur 65 atau 66 tahun)
Konstantinopel, Kekaisaran Romawi Timur
PasanganEudokia
Martina
KeturunanKonstantinus III
Heraklonas
Yohanes Atalarikos (luar nikah)
Martinos
Nama lengkap
Flavius Heraklius
Nama takhta
Imperator Caesar Flavius Heraclius Augustus
DinastiHeraklius
AyahHeraklius Tua
IbuEpifania

Pada masa pemerintahannya, Kekaisaran Romawi Timur melancarkan sejumlah aksi militer. Pada tahun Heraklius naik takhta, Kekaisaran Romawi Timur sedang menghadapi rongrongan di sejumlah tapal batas wilayahnya. Heraklius langsung memimpin Perang Romawi–Sasani 602–628. Pertempuran-pertempuran perdana berakhir dengan kekalahan di pihak Romawi Timur. Bala tentara Persia maju mendesak sampai ke Bosforus, tetapi Konstantinopel terlindung oleh tembok-tembok yang kukuh dan angkatan laut yang kuat, sehingga Heraklius luput dari kekalahan telak. Heraklius selanjutnya memprakarsai usaha-usaha pembaharuan di bidang militer guna membina kembali sekaligus memperkuat angkatan bersenjata Kekaisaran Romawi Timur. Heraklius mengusir bangsa Persia dari Asia Kecil, mendesak sampai jauh ke dalam wilayah mereka, dan mengalahkan mereka secara telak pada tahun 627 dalam Pertempuran Niniwe. Khosrau II, Raja Persia, digulingkan dan dieksekusi mati oleh putranya sendiri, Kavad II, yang segera berusaha menyepakati perdamaian dengan Romawi dengan menyatakan kesediaan Persia untuk mundur dari daerah-daerah yang sudah direbutnya. Dengan cara inilah Kekaisaran Romawi Timur dan Kekaisaran Sasani, yang sama-sama sudah kepayahan, akhirnya berdamai.

Tak lama kemudian, Heraklius sudah harus menghadapi masalah baru, yakni aksi penaklukan kaum Muslim. Dari Jazirah Arab, kaum Muslim maju dengan cepat menaklukkan Kekaisaran Sasani. Pada tahun 634, kaum Muslim bergerak memasuki Suriah Romawi, mengalahkan Teodorus, adik Heraklius. Dalam waktu singkat, bangsa Arab menaklukkan Mesopotamia, Armenia, dan Mesir.

Heraklius memprakarsai hubungan diplomatik dengan bangsa Kroasia dan bangsa Serbia di Jazirah Balkan. Ia berusaha memulihkan skisma dalam agama Kristen terkait bidah Monofisit, dengan mengedepankan ajaran baru yang disebut Monotelitisme. Gereja di Timur (lazimnya disebut Gereja Nestorian) juga terlibat dalam usaha ini.[1] Usaha pemulihan skisma yang diprakarsai Heraklius pada akhirnya ditolak oleh semua pihak yang bersengketa.

Keluarga

 
Gambar pada sisi keping solidus, Heraklius (tengah, berjanggut lebat) menjelang akhir masa pemerintahannya, diapit putra-putranya, Heraklius Konstantinus dan Heraklonas

Heraklius menikah dua kali: yang pertama dengan Fabia Eudokia, anak perempuan Rogatus, dan kemudian dengan kemenakannya sendiri, Martina. Ia mendapatkan dua anak dari perkawinannya dengan Fabia, dan sekurang-kurangnya sembilan anak dari perkawinannya dengan Martina, yang sebagian besar sakit-sakitan.[A 1][4] Sekurang-kurangnya dua dari anak-anak Martina menyandang cacat fisik, yang dianggap sebagai hukuman atas kawin sumbang: Fabius (Flavius) menderita kelumpuhan pada lehernya, dan Teodosios menderita bisu-tuli. Teodosios menikah dengan Nike, anak perempuan Senapati Persia, Syahrbaraz, atau anak perempuan Niketas, sepupu Heraklius.

Dua putra Heraklius kelak menjadi Kaisar: Heraklius Konstantinus (Konstantinus III, memerintah 613–641), putranya dari Fabia, dan Konstantinus Heraklius (Heraklonas, memerintah 638–641), putranya dari Martina.[4]

Heraklius sekurang-kurangnya memiliki seorang anak di luar nikah, Ioannes Atalarikhos, yang bersekongkol melawan Heraklius dengan sepupunya, magister Teodorus, dan bangsawan Armenian, David Saharuni.[A 2] Ketika Heraklius mengetahui persekongkolan itu, ia memerintahkan agar Atalarikhos dijatuhi hukuman potong hidung dan kedua tangan serta hukuman buang ke Prinkipo, salah satu pulau di Kepulauan Pangeran.[8] Teodorus dijatuhi hukuman yang sama, tetapi dibuang ke Gaudomelete (mungkin di Pulau Gozo sekarang ini), ditambahi pula dengan hukuman potong sebelah kaki.[8]

Pada tahun-tahun menjelang akhir hayatnya, semakin jelas terlihat adanya persaingan antara Heraklius Konstantinus dan Martina. Heraklius Konstantinus pernah mencoba meracuni putra Martina, Heraklonas, yang juga tercantum dalam daftar pewaris takhta. Heraklius mangkat dengan meninggalkan wasiat agar kekaisaran diperintah bersama-sama oleh Heraklius Konstantinus dan Heraklonas, dengan Martina selaku maharani.[4]

Keterangan

  1. ^ Jumlah dan urutan kelahiran anak-anak Heraklius dari Martina tidak diketahui dengan jelas. Menurut beberapa sumber, ada sembilan orang anak,[2] sementara menurut sumber-sumber lain, ada sepuluh.[3]
  2. ^ Nama anak di luar nikah ini tercatat dengan sejumlah ejaan yang berbeda, di antaranya: Atalarikhos,[5] Athalarik,[6] At'alarik,[7] dst.

Rujukan

  1. ^ Seleznyov N.N. "Heraclius and Ishoʿyahb II" Diarsipkan 2012-01-27 di Wayback Machine., Simvol 61: Syriaca-Arabica-Iranica. (Paris-Moscow, 2012), hlmn. 280–300.
  2. ^ Alexander 1977, hlm. 230.
  3. ^ Spatharakis 1976, hlm. 19.
  4. ^ a b c Bellinger-Grierson 1992, p. 385.
  5. ^ Kaegi 2003, hlm. 120.
  6. ^ Charanis 1959, hlm. 34.
  7. ^ Sebeos; Translated from Old Armenian by Robert Bedrosian. "Chapter 29". Sebeos History: A History of Heraclius. History Workshop. Diakses tanggal October 22, 2009. 
  8. ^ a b Nicephorus 1990, p. 73.

Sumber

Bacaan lanjut

Pranala luar