Bacang (makanan)
Bacang atau bakcang (Hanzi: 肉粽, hanyu pinyin: ròuzòng) adalah penganan tradisional masyarakat Tionghoa. Kata 'bakcang' sendiri berasal dari dialek Hokkian yang lazim dibahasakan di antara suku Tionghoa di Indonesia.
Bacang | |
---|---|
Nama lain | Zongzi, bakcang, zang, nom asom, Pya Htote , "Joong", "Doong" |
Jenis | Kue beras |
Tempat asal | Tiongkok |
Daerah | Daerah berbahasa Mandarin |
Bahan utama | Nasi ketan diisi dengan isian berbeda dan dibungkus dengan bambu atau daun buluh |
Variasi | Chimaki, Lo mai gai |
Hidangan serupa | Mont phet htok |
Sunting kotak info • L • B | |
Bacang menurut legenda kali pertama muncul pada zaman Dinasti Zhou berkaitan dengan simpati rakyat kepada Qu Yuan yang bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo. Pada saat itu, bacang dilemparkan rakyat sekitar ke dalam sungai untuk mengalihkan perhatian makhluk-makhluk di dalamnya supaya tidak memakan jenazah Qu Yuan. Untuk kemudian, bacang menjadi salah satu simbol perayaan Peh Cun atau Duanwu.
Bacang secara harfiah bak adalah daging dan cang adalah berisi daging jadi arti bacang adalah berisi daging, tetapi pada praktiknya selain yang berisi daging ada juga cang yang berisikan sayur-sayuran atau yang tidak berisi. Yang berisi sayur-sayuran disebut chaicang, chai adalah sayuran dan yang tidak berisi biasanya dimakan bersama dengan srikaya atau gula disebut kicang.
Bacang dibuat dari beras ketan sebagai lapisan luar; daging, jamur, udang kecil, seledri, dan jahe sebagai isi. Ada juga yang menambahkan kuning telur asin. Untuk perasa biasanya ditambahkan sedikit garam, gula, merica, penyedap makanan, kecap, dan sedikit minyak nabati.
Tentunya yang tidak kalah penting adalah daun pembungkus dan tali pengikat. Daun biasanya dipilih daun bambu panjang dan lebar yang harus dimasak terlebih dahulu untuk detoksifikasi. Bacang biasanya diikat berbentuk limas segitiga.