Warkop
- Untuk tempat perbincangan umum di Wikipedia, lihat Wikipedia:Warung Kopi.
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (nama asli Nanu Mulyono), Rudy Badil, Dono (Wahyu Sardono), Kasino Hadiwibowo dan Indro (Indrojoyo Kusumonegoro), lima mahasiswa Universitas Indonesia, Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Warkop yang merupakan singkatan dari "Warung Kopi" di radio Prambors. Acara lawakan setiap jum'at malam antara jam 20.30 s/d jam 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan mendut,prambanan,borobudur, alias menteng pinggir.
Dalam acara itu, Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai mr. James dan bang Cholil. Indro yang berasal dari purbalingga berperan saebagai Mastowi (tegal), Ubai (ansori). Kasino yang asli gombong perannya bermacam-macam: mas Bei, Acing / Acong (cina) dan Buyung (Padang). Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Tulo (Batak). Dono sendiri hanya berperan sebagai mas Slamet.
Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors, Timmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro.
Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena ketakutan manggung (stage fright). Untuk hal itu, Rudy mengaku "... pernah sekali saya coba di panggung TIM, saya menyadari bahwa saya tidak mampu. setelah itu ya nggak usah saja,"
Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMP.
Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom nite) SMP IX nyang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personil gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa di tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar 20.000. uang itu dirasakan para personil Warkop besar sekali, namun toh habis untuk traktir makan teman-teman mereka.
Berikutnya mereka manggung di Tropicana, sebelum manggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi nyatanya hasilnya kembali lumayan.
Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar 'lahir' sebagai bintang baru dalam dunia lawak indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks), yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar 1 juta per pertunjukan atau dibagi empat orang, seorang pas kebagian 'no pek go ceng'.
Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim 'upeti' kepada radio Prambors sebagai pemilik nama Rrambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktek 'upeti' itu.
Dari semua personil Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI teptanya jurussan Sosiologi. DOno juga kerap menjadi 'MC' pada acara kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP.
Setelah puas manggung dan ngobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari film lah Personil Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor 15 juta per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran duit, karena hampir tiap tahun mereka membintangi satu film di dekade 80-an. Malah beberapa tahun ada dua film warkop sekaligus.
Kelebihan warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka.
Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf warkop ini kemudian menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu mi'ing bagito. Saat itu mi'ing mengaku bahwa ia ingin sekali menjadi pelawak, dan kebetulan ia diterima menjadi staf warkop. Kerjanya selain mengumpulkan bahan lawakan, melakukan survey lokasi (di kota atau daerah sekitar tempat warkop akan manggung), kalau perlu melakukan pekerjaan 'pembantu' sekalipun seperti menyetrika kostum para personil warkop. Ini dilakukan mi'ing dengan serius, karena ia sadar disinilah pembelajaran profesionalitas sebuah kelompok lawak. Mi'ing sempat ikut dalam kaset warkop dan film warkop, sebelum akhirnya membentuk kelompok lawak sendiri bersama Didin (saudaranya) dan Unang yang diberi nama Bagito (alias bagi roto).
Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama walaupun Kasino tutup usia di tahun 1997. Setelah Dono juga meninggal di tahun 2001, Indro menjadi satu-satunya personel Warkop.
Diskografi (kaset)
- Kaset 01 Cangkir Kopi (warkop Live di Palembang / Plaju, masih ada Nanu)
- Kaset 02 Tenda Warung
- Kaset 03 Mana Tahan
- Kaset 04 Gerhana Asmara
- Kaset 05 Pingin Melek Hukum (Indro sebagai mahasiswa penyuluh hukum, Kasino, Dono sebagai warga)
- Kaset 06 Pokoknya Betul - Ke Bali (Dono dan Indro pengen ke Bali, tanya ke Kasino yang orang Bali)
- Kaset 07 Semua Bisa Diatur - Lurah Indro (Indro sebagai Lurah, Dono dan Kasino sebagai warga, featuring Mi'ing sebagai rakyat / petugas RSJ)
- Kaset 08 Dokter Masuk Desa (Indro sebagai dokter baru masuk desa, dono dan kasino sebagai warga)
- Kaset 09 Makin Tipis Makin Asik (Indro sebagai pak Guru, Kasino dan Dono sebagai murid-murid)
Filmografi
- Mana Tahaaan... (1979)
- Gengsi Doong (1980)
- Pintar Pintar Bodoh (1980)
- Ge-Er (1980)
- Manusia 6.000.000 Dollar (1981)
- IQ Jongkok (1981)
- Setan Kredit (1981)
- Dongkrak Antik (1982)
- Chips (1982)
- Maju Kena Mundur Kena (1983)
- Itu Bisa Diatur (1984)
- Tahu Diri Dong (1986)
- Kesempatan Dalam Kesempitan
- Gantian Dong Parkit
- Pokoknya Beres
- Jodoh Boleh Diatur
- Atas Boleh Bawah Boleh (1986)
- Sama Juga Bohong (1986)
- Salah Masuk (1994)
- Pencet Sana Pencet Sini (1996)
- Saya Suka Kamu Punya
- Mana Bisa Tahan
- Lupa Aturan Main
- Sabar Dulu Doong...!
- Malu-malu Mau
- Makin Lama Makin Asik
- Sudah Pasti Tahan
- Bagi-Bagi Dong
- Godain Kita Dong
- Saya Duluan Dong
- Bisa Naik Bisa Turun
- Bebas Aturan Main