Hussein Jayadiningrat

Ilmuwan
Revisi sejak 24 Juni 2021 05.51 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>"))

Prof. Dr. Husein Jayadiningrat (ejaan lama: Hoessein Djajadiningrat) atau yang bernama asli Pangeran Ario Hussein Jayadiningrat, (8 Desember 1886 – 12 November 1960). Lahir dari pasangan R. Bagus Jayawinata (R. Bagoes Djajawinata), wedana yang kemudian menjadi bupati Serang yang berpikiran maju, dan Ratu Salehah yang berasal Cipete Serang. Husein merupakan penanggungjawab surat kabar bulanan berbahasa Sunda Sekar Roekoen yang diterbitkan oleh Perkoempoelan Sekar Roekoen.[1]

Prof. Dr. Husein Jayadiningrat
Prof. Dr. Husein Jayadiningrat
LahirProf. Dr. Pangeran Ario Hussein Jayadiningrat
(1886-12-08)8 Desember 1886
Belanda Kramatwatu, Serang, Hindia Belanda
Meninggal12 November 1960(1960-11-12) (umur 73)
Indonesia Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia Indonesia
Dikenal atas
Husein Jayadiningrat beserta istrinya, B.R.Ay. Partini puteri tertua Mangkunagara VII

Kakak Husein, Pangeran Ahmad Djajadiningrat, yang meneruskan jejak ayahnya menjadi bupati di Serang dan Hasan yang menjadi tokoh Sarekat Islam yang cukup berpengaruh di Jawa Barat pada masa awal pergerakan nasional.[2]

Husein merupakan salah satu pelopor tradisi keilmuan di Indonesia. Ketika masih remaja, ia dikenal sebagai pemuda yang pintar dan berbakat, baik dalam ilmu agama, maupun ilmu barat. Melihat bakat dan potensi yang dimiliki Husein, Snouck Hurgronje menyekolahkan Husein ke Universitas Kerajaan Leiden hingga meraih gelar doktor dengan disertasinya yang berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten dan mendapat predikat cumlaude dari promotornya Snouck Hurgronje.[3]

Disertasi Husein telah membuka jalan bagi penelitian tentang historiografi Indonesia sehingga ia pun dikenal pula sebagai “bapak metodologi penelitian sejarah Indonesia”. Dialah orang Indonesia pertama yang memperoleh gelar doktor dan guru besar pribumi yang pertama di Indonesia.

Ia juga dikenal sebagai ahli keislaman yang terkenal pada masanya.

Husein Jayadiningrat (duduk paling kiri) bersama-sama dengan para profesor di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta)

Riwayat Hidup

 
Disertasi Jayadiningrat (1913)
 
Patung Jayadiningrat (Leiden)

Husein lulus tahun 1899 dari HBS, kemudian meneruskan studinya di Universitas Kerajaan di Leiden selama lima tahun (1905-1910). Selama satu tahun(sejak Mei 1914 sampai April 1915) ia tinggal di Aceh untuk belajar bahasa Aceh dalam rangka mempersiapkan kamus bahasa Aceh. Pada akhirnya kamus tersebut selesai digarap dengan bantuan Teuku Mohammad Nurdin, Abu Bakar Aceh, dan Hazeu dengan judul Atjeh-Nederlandsch Woordenboek (1934). Pada tahun 1919 Husein menjadi pembina surat kabar bulanan Sekar Roekoen yang berbahasa Sunda yang diterbitkan oleh Perkoempoelan Sekar Roekoen. Selain itu ia pun menerbitkan Pusaka Sunda, majalah berbahasa Sunda yang membahas tentang kebudayaan Sunda. Pada tahun yang sama ia juga mendirikan Java Instituut dan sejak tahun 1921 menjadi redaktur majalah Djawa yang diterbitkan oleh lembaga tersebut bersama sama dengan Raden Ngabehi Purbacaraka (Poerbatjaraka).

Tahun 1924 ia diangkat diangkat menjadi guru besar di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta) dan memberikan kuliah tentang Hukum Islam, bahasa Jawa, Melayu, dan Sunda. Tahun 1935 dan 1941 diangkat menjadi anggota Dewan Hindia. Bertahun-tahun pernah menjadi konservator naskah (manuskrip) di Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perkumpulan Masyarakat Pencinta Seni dan Ilmu Pengetahuan). Pada mulanya sebagai anggota diréksi, kemuadian dari tahun 1936 menjadi ketuanya.

Tahun 1940 ia menjabat sebagai Direktur Pengajaran Agama. Pada zaman Jepang menjadi Kepala Departemen Urusan Agama. Tahun 1948 diangkat menjadi Mentri Pengajaran, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan pada masa pemerintahan presiden Sukarno. Tahun 1952 menjadi gurubesar Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Tahun 1957 menjadi pemimpin umum Lembaga Bahasa dan Budaya (LBB), merangkap sebagai anggota Komisi Istilah di lembaga tersebut.

Penghargaan

  • Presiden Joko Widodo atas nama negara memberikan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepada dedikasi Hoesein Djajadiningrat. Acara penyematan berlangsung di Istana Negara. Jakarta, 13 Agustus 2015.[4]

Daftar karya

  1. (Belanda) De Mohammedaansche wet en het geestesleven der Indonesische Mohammedanen (pidato ilmiah di Sekolah Tinggi Hukum, 1925);
  2. (Belanda) De Magische achtergrond van de Maleische pantoen (pidato ilmiah dina raraga miéling tepung taun STH ka-9, 1933);
  3. (Belanda) De naam van den eerste Mohammedaanschen vorst in West Java (1933);
  4. (Belanda) Apa Artinya Islam (pidato ilmiah tepung taun UI ka-4)
  5. (Indonesia) Hari Lahirnya Djajakarta (1956);
  6. (Belanda) Kanttekeningen bij “Het Javaanse Rijk Tjerbon in de eerste eeuwen van zijn bestaan" (1957);
  7. (Inggris) Islam in Indonesia (dina Kenneth D. Morgan, Islam the Straight Path, 1956);
  8. (Indonesia) Pengaruh Islam di Iran dina Islam di Indonesia (dina Ivan Noris, 1959);
  9. (Inggris) Local Traditions and the Study of Indonesian History (dina Soedjatmoko, dkk., An Introduction to Indonesian Historiography, 1965).

Catatan kaki

  1. ^ Ekadjati, Edi S. (2005). Nu Maranggung Dina Sajarah Sunda. PT Kiblat Buku Utama. 
  2. ^ (Indonesia) Korver, A.P.E. (1985 (hlm.251)). Sarekat Islam: Gerakan Ratu Adil?. Jakarta, Pustaka Utama Grafiti. 
  3. ^ (Indonesia) Apa dan Siapa Prof.Dr.Husein Djajadiningrat? Diarsipkan 2016-03-05 di Wayback Machine., dikysumakarya.blogspot.com. Diakses tanggal 23 Juli 2011.
  4. ^ Hutasoit, Moksa (Kamis 13 Aug 2015, 11:18 WIB). "Jokowi Beri Tanda Kehormatan ke 46 Orang, dari Paloh Sampai Goenawan Mohamad". Jakarta: News.detik.com. Diakses tanggal 13 Agustus 2015.  Keputusan Presiden nomor 86/TK/tahun 2015 tanggal 7 Agustus 2015 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Paramadharma kepada 8 orang. Terdiri atas: 1. KH. Mustofa Bisri (Gus Mus), pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Lteteh, Rembang. 2. Goenawan Soesatyo Mohamad, sastrawan budayawan. 3. Alm. Petrus Josephus Zoetmulder, ahli sastra Jawa Kuno dan Penyusun Kamus Jawa Kuno Inggris. 4. Alm. Wasi Jolodoro (Ki Tjokrowasito]]), komposer musik karawitan Jawa dan pendukung utama Sedra Tari Ramayana. 5. Alm. Hoesein Djajadiningrat, pelopor tradisi keilmuan. 6. Alm. Nursjiwan Tirtaamidjaja, perancang busana dan batik. 7. Alm. Hendra Gunawan, pelukis dan pematung. 8. Alm. Soejoedi Wiroatmojo, arsitek.

Daftar pustaka

Pranala luar