Sidabutar (Parna)

salah satu marga Batak Toba
Revisi sejak 26 Juni 2021 14.38 oleh Conscientious~ (bicara | kontrib) (Marga Sidabutar)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Sidabutar adalah salah satu marga pada Toba dan Simalungun

Berkas:Makam Tua Raja Sidabutar.jpg
Pekuburan kerajaan dengan makam yang dihiasi ukiran khas suku Batak & kursi batu berbentuk lingkaran.

Asal-usul

Raja Nai Ambaton memiliki 5 orang putra, yakni Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua, Munthe Tua dan Nahampun Tua dan satu boru Pinta Haomasan. Raja Si Opat Ama merupakan keturunan dari Ompu Raja Tamba Tua Ompu boru Malau Pase. Leluhur Raja Si Opat Ama yang terkenal ialah Datu Parngongo, yang pada zamannya dikenal sebagai seorang datu yang sangat sakti. Datu Parngongo memiliki 7 orang putra, salah satu diantara ialah Guru Sojoloan, atau lebih dikenal dengan nama Guru Sitindion boru Lumban Gaol

Dari perkawinannya dengan Boru Lumban Gaol, Guru Sitindion memiliki empat putra, yang dikenal dengan nama-nama

  1. Toga Sidabutar
  2. Toga Sidjabat
  3. Toga Siadari
  4. Toga Sidabalok

Putra pertama, Toga Sidabutar menikah dengan boru Pandiangan, tetapi dia meninggal pada saat boru Pandiangan sedang hamil. Putra Toga Sidabutar yang lahir diberi nama Raja Sidabutar. Sesuai dengan kebiasaan dahulu, putra kedua Guru Sitindion, yakni Toga Sidjabat lalu mengawini janda abangnya boru Pandiangan. Kebiasaan seperti ini disebut denga mangabia. Toga Sijabat pun meninggal ketika boru Pandiangan sedang hamil. Putra Toga Sidjabat yang lahir diberi nama Raja Sidjabat. Nasib yang sama dengan kedua abangnya juga dialami Toga Siadari. Dia meninggal dunia saat istri abangnya yang dikawininya sedang hamil. Putra yang lahir dikenal dengan nama Raja Siadari. Tragedi yang sama juga dialami Toga Sidabalok. Putra Guru Sitindion yang paing bungsu ini kembali mengawini istri abangnya boru Pandiangan, putranya yang lahir dikenal dengan nama Raja Sidabalok. Raja Sidabutar, Raja Sijabat, Raja Siadari dan Raja Sidabalok dibesarkan oleh boru Pandiangan dan Toga Sidabalok, karena abang-abangnya telah meninggal dunia, sehingga Toga Sidabalok bertanggung jawab atas anak-anak abangnya sebagaimana anaknya sendiri. Itulah sebabnya Marga Sidabutar, Sijabat, Siadari, dan Sidabalok disebut dengan Raja Si Opat Ama, gelar Raja Si Opat Ama ini muncul ketika lahirnya Raja Sidabutar, Raja Sijabat, Raja Siadari, dan Raja Sidabalok, ke empat Raja inilah yang disebut Raja Si Opat Ama bukan Toga Sidabutar, Toga Sijabat, Toga Siadari dan Toga Sidabalok. Raja Si Opat Ama ialah empat ama (bapak) satu ina (ibu), masing-masing merupakan putra dari empat laki-laki bersaudara tetapi satu rahim ibu. Merupakan komitmen keturunan Raja Si Opat Ama bahwa setiap kegiatan, baik sukacita maupun dukacita dilaksanakan secara gotong royong, kekeluargaan serta menganut sumpah, “Sisada lulu Anak, Sisada lulu Boru”. Sebagaimana seluruh keturunan Raja Nai Ambaton (PARNA), yang merupakan kakek moyang Raja Si Opat Ama dan marga-marga dari perkawinan sesame keturunan Raja Si Opat Ama juga terlarang.

Tokoh terkenal