Gereja di Timur
Gereja di Timur (bahasa Suryani: ܥܕܬܐ ܕܡܕܢܚܐ, ʿĒḏtā d-Maḏenḥā), yang juga disebut Gereja Persia[10][11] atau Gereja Nestorian,[keterangan 1] adalah salah satu Gereja Timur pengamal ritus Suryani Timur yang berbasis di Mesopotamia. Gereja ini adalah salah satu dari tiga cabang utama Gereja Timur yang lahir dari kontroversi-kontroversi kristologis abad ke-5 dan ke-6. Dua cabang utama lainnya adalah Gereja-Gereja Ortodoks Oriental dan Gereja Ortodoks Timur. Pada permulaan zaman modern, sederet skisma memecah Gereja ini menjadi beberapa kebatrikan yang saling bersaing, kadang-kadang ada dua, dan kadang-kadang ada tiga kebatrikan dalam waktu yang bersamaan.[12] Sejak paruh akhir abad ke-20, tiga Gereja di Irak mengaku sebagai penerus sah Gereja di Timur, sementara Gereja-Gereja pengamal ritus Suryani Timur di India mengaku sebagai penerus sah Gereja di Timur di India.
ܥܕܬܐ ܕܡܕܢܚܐ | |
Jenis | Kristen Timur |
---|---|
Orientasi | Kristen Suryani[1] |
Teologi | Diofisitisme,[2]
Nestorianisme[keterangan 1] |
Bentuk pemerintahan | Keuskupan |
Kepala Gereja | Batrik-Katolikos di Timur |
Wilayah | Timur Tengah, Kerala, Timur Jauh |
Liturgi | Ritus Suryani Timur (Liturgi Adai dan Mari) |
Kantor pusat | Babel (menurut tradisi Gereja Purba), Edesa,[3][2][4] Seleukia-Ktesifon[5] |
Pendiri | Yesus Kristus (menurut Tradisi Suci) Rasul Tomas |
Didirikan | Zaman Apostolik (menurut tradisi Gereja di Timur) Kemaharajaan Persia Sasani[1][keterangan 2] |
Pecahan | Skisma tahun 1552 memecah Gereja ini menjadi dua kebatrikan, kemudian menjadi empat kebatrikan, tetapi kembali menjadi dua kebatrikan pada tahun 1830. Salah satu kebatrikan tersebut sekarang ini adalah Gereja Katolik Kaldea, sementara kebatrikan yang satu lagi pecah pada tahun 1968 menjadi Gereja Asyur di Timur dan Gereja Purba di Timur. Metropolia India pecah menjadi golongan Suryani Timur dan golongan Suryani Barat sesudah Sinode Udayamperur tahun 1599. |
Nama lain | Gereja Nestorian, Gereja Persia, Gereja Suriah Timur |
Bagian dari serial tentang |
Kekristenan Timur |
---|
Gereja di Timur menata diri menjadi Gereja nasional Kemaharajaan Persia Sasani dalam Konsili Seleukia-Ktesifon tahun 410. Pada tahun 424, Gereja di Timur mengumumkan kemandiriannya dari tatanan Gereja di Kekaisaran Romawi. Kepala Gereja di Timur adalah Batrik di Timur yang bertakhta di Seleukia-Ktesifon selaku penerus suksesi kepemimpinan yang (menurut tradisi Gereja di Timur) bermula pada Zaman Apostolik. Menurut tradisinya sendiri, Gereja di Timur didirikan Rasul Tomas pada abad pertama. Ritus liturgisnya adalah ritus Suryani Timur yang menggunakan Liturgi Suci Santo Adai dan Santo Mari.
Sebagai bagian dari Gereja Raya, Gereja di Timur menjalin persekutuan dengan Gereja-Gereja di Kekaisaran Romawi sampai Konsili Efesus menganatema Nestorius pada tahun 431.[1] Para pendukung Nestorius berbondong-bondong mengungsi ke Persia. Karena menolak ikut-ikutan menganatema Nestorius, Gereja di Timur dituding menganut paham Nestorianisme, bidat yang konon diajarkan Nestorius. Inilah sebabnya Gereja Barat dan semua Gereja Timur lainnya, baik dari golongan Kalsedon maupun dari golongan non-Kalsedon, melabeli Gereja di Timur dengan sebutan "Gereja Nestorian". Dari segi politik, Persia dan Roma ketika itu sedang berperang, sehingga Gereja di Timur terpaksa menjaga jarak dengan Gereja-Gereja di wilayah Romawi.[13][14][15] Belakangan ini, para sarjana menyifatkan sebutan "Nestorian" sebagai "sebutan keliru yang patut disesali",[16][17] dan tidak tepat secara teologis.[11] Gereja di Timur sendiri pun menyebut diri "Nestorian", menganatema Konsili Efesus, dan menggelari Nestorius sebagai santo di dalam liturginya.[18][19] Meskipun demikian, para ahli kristologi Gereja di Timur pada akhirnya bersidang dan meratifikasi keputusan Konsili Kalsedon dalam Sinode Mar Aba I tahun 544.[20][2]
Sebagai golongan dzimmi di bawah daulat Islam di Persia (633-654), Gereja di Timur memainkan peran utama di dalam sejarah Kekristenan di Asia. Antara abad ke-9 sampai abad ke-14, Gereja di Timur merupakan denominasi Kristen terbesar di dunia dari segi luas geografis. Gereja di Timur mendirikan keuskupan-keuskupan dan paguyuban-paguyuban dari Laut Tengah serta Irak dan Iran sekarang ini, sampai ke India (umat Kristen Santo Tomas pengamal ritus Suryani di Kerala), kerajaan-kerajaan bangsa Mongol di Asia Tengah, dan kemaharajaan kulawangsa Tang di Tiongkok (abad ke-7 sampai abad ke-9). Pada abad ke-13 dan ke-14, Gereja di Timur mengalami masa-masa ekspansi terakhirnya di bawah daulat kemaharajaan bangsa Mongol, yakni masa-masa ketika para rohaniwan Gereja di Timur duduk di dalam majelis istana Mongol.
Bahkan sebelum kehilangan sebagian besar wilayah pelayanannya pada abad ke-14, Gereja di Timur sudah kehilangan pijakan di kandang sendiri. Kemerosotan ini tampak pada penurunan jumlah keuskupan yang masih aktif. Sekitar tahun 1000, ada lebih dari enam puluh keuskupan di kawasan Timur Dekat, tetapi pada pertengahan abad ke-13 sudah tinggal sepertiganya saja, dan merosot menjadi tujuh keuskupan sesudah Timur Leng berkuasa.[21] Sesudah kemaharajaan bangsa Mongol terpecah belah, para penguasa Tionghoa dan Mongol Islam mengusir bahkan nyaris memusnahkan Gereja di Timur dan umatnya. Sesudah itu, sebagian besar keuskupan Gereja di Timur terdapat di daerah Mesopotamia Hulu dan di Pesisir Malabar (sekarang Kerala, India).
Skisma memecah belah Gereja ini, tetapi pada akhirnya tersisa dua kebatrikan pada tahun 1830, yakni Gereja Asyur di Timur dan Gereja Katolik Kaldea (salah satu Gereja Katolik Timur yang bersatu dengan Takhta Suci). Gereja Purba di Timur pecah dari Gereja Asyur di Timur pada tahun 1968. Pada tahun 2017, umat Gereja Katolik Kaldea diperkirakan berjumlah 628.405 jiwa,[22] sementara umat Gereja Asyur di Timur berjumlah 323.300 jiwa,[23] dan umat Gereja Purba di Timur berjumlah 100.000 jiwa. Angka-angka tersebut tidak mencakup jumlah umat Kristen Santo Tomas pengamal ritus Suryani, yang juga terpecah belah menjadi beberapa denominasi, antara lain dua Gereja Katolik Timur pengamal ritus Suryani beberapa cabang Gereja Ortodoks Suryani.
Latar belakang
- (Denominasi-denominasi nonnikean, nontrinitarian, dan restorasionis tidak ditampilkan)
Kemandirian Kepala Gereja di Timur, Batrik di Timur, dimaklumkan pada tahun 424, 9 tahun sebelum Konsili Efesus terselenggara pada tahun 431, yakni konsili yang menganatema Nestorius dan memaklumkan bahwa Maria, ibunda Yesus, dapat disifatkan sebagai Bunda Allah. Sebelum itu sudah terselenggara dua konsili ekumene yang keputusannya berterima umum, yakni Konsili Nikea I tahun 325 yang juga dihadiri seorang uskup Persia, dan Konsili Konstantinopel I tahun 381. Gereja di Timur menerima ajaran-ajaran kedua konsili ini, tetapi mengabaikan Konsili Efesus tahun 431 maupun konsili-konsili sesudahnya, karena berpandangan bahwa konsili-konsili tersebut hanya berkaitan dengan kebatrikan-kebatrikan di Kekaisaran Romawi (Roma, Konstantinopel, Aleksandria, Antiokhia, Yerusalem). Di mata Gereja di Timur, semua kebatrikan tersebut adalah "Gereja-Gereja di Barat".[24]
Dari segi teologi, Gereja di Timur mengadopsi doktrin diofisit yang menitikberatkan perbedaan kodrat ilahi dan kodrat insani Yesus.
Sejak abad ke-6, Gereja di Timur melebarkan sayap ke sampai ke negeri-negeri yang sangat jauh, dengan membentuk paguyuban-paguyuban umat Kristen di India (umat Kristen Santo Tomas), Asia Tengah (di kalangan bangsa Mongol), dan di Tiongkok pada zaman kulawangsa Tang dari abad ke-7 sampai abad ke-9. Pada puncak kegemilangannya, antara abad ke-9 sampai abad ke-14, Gereja di Timur merupakan Gereja terbesar di dunia dari segi luas geografis, dengan keuskupan-keuskupan yang tersebar dari daerah pusatnya di antara Mesopotamia Hulu dan Laut Tengah sampai ke Tiongkok, Mongolia, Asia Tengah, Anatolia, Jazirah Arab, dan India.
Sesudah menyebar sedemikian luas, Gereja di Timur memasuki kurun waktu kemerosotan tajam pada abad ke-14. Sebab utamanya adalah pengaruh-pengaruh dari luar. Kulawangsa Ming menumbangkan kekuasaan bangsa Mongol di Tiongkok pada tahun 1368, dan menyingkirkan umat Kristen maupun pengaruh-pengaruh asing lainnya dari Tiongkok. Selain itu, banyak orang Mongol di Asia Tengah memeluk agama Islam. Timur (1336–1405), pemimpin bangsa Turki-Mongol, nyaris memusnahkan sisa-sisa umat Kristen di Timur Tengah. Yang tersisa dari umat Kristen Nestorian hanyalah paguyuban-paguyuban di daerah Mesopotamia Hulu dan jemaat Kristen Santo Tomas di Pesisir Malabar, Anak Benua India.
Skisma tahun 1552 pada awal zaman modern memecah belah Gereja di Timur sehingga menjadi tiga Gereja terpisah, yakni Gereja Katolik Kaldea yang bersatu dengan Takhta Suci, serta Gereja Asyur di Timur dan Gereja Purba di Timur yang tidak menjalin persekutuan dengan Gereja mana pun.[25]
Penyifatan sebagai Gereja Nestorian
Nestorianisme adalah doktrin kristologis yang menitikberatkan perbedaan antara kodrat insani dan kodrat ilahi Yesus. Doktrin ini dinisbatkan kepada Nestorius, Batrik Konstantinopel dari tahun 428 sampai tahun 431. Doktrin Nestorius merupakan puncak pencapaian mazhab filsafati yang dikembangkan para sarjana Perguruan Katekese Antiokhia, teristimewa Teodorus dari Mopsuestia, guru Nestorius. Nestorius memicu kontroversi ketika secara terbuka menggugat pemberian gelar Teotokos (arti harfiahnya "Sang Pelahir Allah") kepada Maria, ibunda Yesus,[26] yang ia anggap sebagai penyangkalan terhadap kesejatian kodrat insani Kristus. Nestorius mengemukakan bahwa Yesus memiliki dua kodrat yang tidak benar-benar menyatu, yakni kodrat ilahi sebagai Logos dan kodrat insani sebagai Yesus, dan oleh karena itu mengusulkan gelar Kristotokos (arti harfiahnya "Sang Pelahir Kristus") yang ia anggap lebih pantas. Pernyataan-pernyataan nestorius menuai kritik dari rohaniwan-rohaniwan terkemuka lainnya, terutama Sirilus, Batrik Aleksandria, salah seorang pemimpin sidang Konsili Efesus tahun 431 yang membidatkan Nestorius dan mencopot jabatan batriknya.[27]
Selepas tahun 431, para pejabat pemerintah Kekaisaran Romawi menindas Nestorianisme. Inilah alasan umat Kristen di Persia menyukai Nestorianisme, dan dengan demikian menghilangkan kecurigaan pemerintah Persia bahwa mereka adalah antek-antek Kekaisaran Romawi.[28][29]
Tidak lama sesudah Konsili Kalsedon tahun 451, barulah Gereja di Timur merumuskan teologi yang berbeda dari Nestorianisme. Rumusan teologi yang berbeda ini pertama kali diadopsi di dalam Sinode Bet Lapat tahun 484. Teologi tersebut dikembangkan lebih lanjut pada permulaan abad ke-7, ketika Kekaisaran Persia Sasani berhasil mencaplok daerah luas yang didiami umat Suryani Barat dari Kekaisaran Romawi. Banyak di antara mereka menganut teologi miafisit Ortodoks Oriental yang disebut "Monofisitisme" (Eutikianisme) oleh lawan-lawan mereka, yakni pandangan teologi yang sangat bertolak belakang dengan Nestorianisme. Kebijakan Gereja di Timur ini mendapatkan dukungan dari Syah Khosrau II dan Syahbanu Syirin. Terinspirasi ketokohan Teodorus dari Mopsuestia, Babai Agung (551−628) menjabarkan doktrin-doktrin, teristimewa di dalam karya tulisnya, Kitab Persatuan, yang menjadi kristologi normatif Gereja di Timur. Babai Agung menegaskan bahwa kedua qnome (istilah Suryani, bentuk jamak dari qnoma, tidak benar-benar berpadanan dengan istilah Yunani φύσις, fisis, οὐσία, usia, maupun ὑπόστασις, hipostasis)[30] Kristus tidak bercampur tetapi kekal manunggal di dalam parsopa (bahasa Yunani: πρόσωπον, prosopon, "persona") Kristus yang satu. Seperti yang juga terjadi pada istilah Yunani φύσις (fisis) dan ὐπόστασις (hipostasis), istilah-istilah Suryani tersebut kadang-kadang dimaknai lain dari maksud sebenarnya, terutama istilah "dua qnome" yang ditafsirkan secara keliru sebagai "dua individu".[31][32][33][34] Sebelum itu, Gereja di Timur menerima ungkapan-ungkapan yang cukup luwes, kendati masih di dalam batas-batas teologi diofisit, tetapi sejak sinode Babai Agung tahun 612 yang mengundangkan rumusan "dua qnome di dalam Kristus", terbentuklah perbedaan kristologis yang paripurna di antara Gereja di Timur dan Gereja-Gereja Kalsedon di "Barat".[35][36][37]
Keabsahan penisbatan Nestorianisme kepada Nestorius, tokoh yang dihormati Gereja di Timur sebagai santo, dipertanyakan.[38][16] David Wilmshurst berpendapat bahwa berabad-abad lamanya "kata 'Nestorian' digunakan baik sebagai istilah yang melecehkan oleh pihak-pihak yang tidak sejalan dengan teologi Suryani Timur maupun sebagai istilah kebanggaan oleh banyak pihak yang membela teologi Suryani Timur [...] dan sebagai istilah deskriptif yang netral dan dirasa tepat oleh pihak-pihak lain. Sekarang ini istilah tersebut pada umumnya dirasakan mengandung stigma tertentu".[39] Sebastian P. Brock mengemukakan bahwa "keterkaitan Gereja di Timur dengan Nestorius sesungguhnya renggang, dan tindakan terus-menerus menyebut Gereja itu sebagai Gereja 'Nestorian', dari kaca mata sejarah, benar-benar menyesatkan dan tidak tepat, selain merupakan sebutan yang sangat menistakan dan tindakan yang menyalahi adab ekumene".[40]
Di luar dari makna religiusnya, kata "Nestorian" dipakai pula dengan makna etnis, sebagaimana tampak pada frasa "umat Nestorian Katolik".[41][42][43]
Dalam artikel "The 'Nestorian' Church: a lamentable misnomer", yang dimuat di dalam Bulletin of the John Rylands Library tahun 1996, Sebastian Brock, salah seorang Fellow of the British Academy, menyesali kenyataan bahwa "istilah 'Gereja Nestorian' sudah menjadi sebutan standar bagi Gereja timur purba yang pada masa lampau menyebut diri 'Gereja di Timur', tetapi yang sekarang ini lebih menyukai istilah 'Gereja Asyur di Timur' yang lebih lengkap. Sebutan semacam itu bukan hanya tidak sopan terhadap para anggota Gereja terhormat ini pada zaman modern, melainkan juga − sebagaimana yang ingin ditunjukkan makalah ini − tidak tepat dan menyesatkan".[44]
Organisasi dan struktur
Dalam Konsili Seleukia-Ktesifon tahun 410, Gereja di Timur menyatakan bahwa Uskup Seleukia-Ktesifon, ibu kota Persia, adalah pemimpin tertingginya. Kepala Gereja di Timur disebut "Metropolit Agung" di dalam surat keputusan Konsili Seleukia-Ktesifon, tetapi tidak lama kemudian disebut "Katolikos di Timur". Gelar batrik baru dipakai belakangan.
Sama seperti Gereja-Gereja lain, Gereja di Timur memiliki rohaniwan-rohaniwan tertahbis dalam tiga jejang tradisional, yakni uskup, imam (atau presbiter), dan diakon. Sama seperti Gereja-Gereja lain, Gereja di Timur menerapkan tatanan keuskupan, yakni pengelompokan umat menjadi keuskupan-keuskupan yang masing-masing dikepalai seorang uskup. Umat di tiap keuskupan masih dikelompokkan lagi menjadi paroki-paroki yang masing-masing dipimpin seorang imam. Keuskupan-keuskupan yang berdekatan dikelompokkan menjadi satu provinsi di bawah kepemimpinan seorang uskup metropolia. Jabatan uskup metropolia adalah jabatan yang penting, karena dibebani tugas-tugas maupun wewenang tambahan. Berdasarkan hukum kanon, hanya uskup-uskup metropolit yang berhak menguduskan (semacam abiseka) batrik.[45] Batrik mengemban tugas memimpin provinsi batrik.
Hampir sepanjang sejarahnya, Gereja di Timur memiliki kurang lebih 6 provinsi dalam. Pada tahun 410, provinsi-provinsi tersebut adalah (diurut berdasarkan hierarki) Seleukia-Ktesifon (Irak Tengah), Bet Lapat (Iran Barat), Nisibis (perbatasan Turki-Irak), Prat de Maishan (Basra, Irak Selatan), Arbela (Erbil, daerah Turkestan di Irak), dan Karka de Bet Slokh (Kirkuk, Irak Timur Laut). Selain itu, Gereja Timur juga membawahi provinsi-provinsi luar yang jumlahnya terus bertambah. Provinsi-provinsi luar mula-mula terbentuk di wilayah Kemaharajaan Persia Sasani, tetapi tidak lama kemudian terbentuk pula di luar batas-batas wilayah negara itu. Pada abad ke-10, Gereja di Timur membawahi 20[28] sampai 30 provinsi gerejawi.[39] Menurut John Foster, ada 25 provinsi yang dibawahi Gereja di Timur pada abad ke-9,[46] termasuk di Tiongkok dan India. Provinsi gerejawi di Tiongkok bubar pada abad ke-11, provinsi-provinsi lain menyusul pada abad-abad selanjutnya. Meskipun demikian, pada abad ke-13th, zaman Kemaharajaan Mongol, Gereja di Timur membentuk dua provinsi gerejawi baru di Tiongkok Utara, yakni Provinsi Tanggut dan Provinsi 'Katai dan Ong'.[39]
Kitab Suci
Baca juga
- Gereja Purba di Timur
- Gereja Asyur di Timur
- Gereja Katolik Kaldea
- Keuskupan-keuskupan Gereja di Timur sampai tahun 1318
- Keuskupan-keuskupan Gereja di Timur, 1318–1552
- Keuskupan-keuskupan Gereja di Timur sesudah tahun 1552
- Batrik Gereja di Timur
- Daftar Batrik Gereja di Timur
- Konsili Seleukia-Ktesifon
- Sinode Betlapat
- Skisma Tiga Pasal
- Gereja Ortodoks Suryani
- Kristen Suryani
- Kekristenan di timur Jazirah Arab
Referensi
Keterangan
- ^ a b Sekalipun lebih populer, label "Nestorian" sudah dibantah dan dicap keliru. Baca bagian § Penyifatan sebagai Gereja Nestorian untuk ihwal penamaan dan sebutan-sebutan alternatif untuk Gereja ini.
- ^ Historiografi tradisional Dunia Barat mengenai Gereja ini menetapkan tahun 431 sebagai tahun pendiriannya, yakni tahun penyelenggaraan Konsili Efesus sekaligus tahun terjadinya "Skisma Nestorian". Meskipun demikian, Gereja di Timur sudah eksis sebagai sebuah organisasi tersendiri pada tahun 431, dan nama Nestorius tidak tercantum di dalam semua surat keputusan sinode Gereja ini sampai abad ke-7.[6] Paguyuban-paguyuban umat Kristen yang terisolasi dari Gereja di Kekaisaran Romawi agaknya sudah eksis di Persia sejak abad ke-2.[7] Gereja ini mengembangkan suatu hierarki gerejawi yang mandiri sepanjang abad ke-4,[8] dan mencapai identitas kelembagaan yang paripurna ketika diakui sebagai Gereja yang resmi di negara Persia oleh Syah Yazdegerd I pada tahun 410.[9]
Rujukan
- ^ a b c Wilken, Robert Louis (2013). "Syriac-Speaking Christians: The Church of the East". The First Thousand Years: A Global History of Christianity. Choice Reviews Online. 50. New Haven dan London: Yale University Press. hlm. 222–228. doi:10.5860/choice.50-5552. ISBN 978-0-300-11884-1. JSTOR j.ctt32bd7m.28. LCCN 2012021755.
- ^ a b c Meyendorff 1989, hlm. 287-289.
- ^ 1 Petrus 1:1 dan 1 Petrus 5:13 5:13
- ^ Broadhead 2010, hlm. 123.
- ^ Stewart 1928, hlm. 15.
- ^ Brock 2006, hlm. 8.
- ^ Brock 2006, hlm. 11.
- ^ Lange 2012, hlm. 477–9.
- ^ Payne 2015, hlm. 13.
- ^ Fiey 1994, hlm. 97-107.
- ^ a b Baum & Winkler 2003, hlm. 4.
- ^ Baum & Winkler 2003, hlm. 112-123.
- ^ Procopius, Wars, I.7.1–2
* Greatrex–Lieu (2002), II, 62 - ^ Joshua the Stylite, Chronicle, XLIII
* Greatrex–Lieu (2002), II, 62 - ^ Procopius, Wars, I.9.24
* Greatrex–Lieu (2002), II, 77 - ^ a b Brock 1996, hlm. 23–35.
- ^ Brock 2006, hlm. 1-14.
- ^ Joseph 2000, hlm. 42.
- ^ Wood 2013, hlm. 140.
- ^ Moffett, Samuel H. (1992). A History of Christianity in Asia. Jilid I: Beginnings to 1500. HarperCollins. hlm. 219.
- ^ Baum & Winkler 2003, hlm. 84-89.
- ^ The Eastern Catholic Churches 2017 Diarsipkan 2018-10-24 di Wayback Machine. Ronald Roberson. "The Eastern Catholic Churches 2017" (PDF). Catholic Near East Welfare Association. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 24 Oktober 2018. Diakses tanggal 10 Agustus 2019. temu balik bulan Desember 2010. Informasi bersumber dari Annuario Pontificio edisi 2017.
- ^ "Holy Apostolic Catholic Assyrian Church of the East — World Council of Churches". www.oikoumene.org.
- ^ Baum & Winkler 2003, hlm. 3, 30.
- ^ Wilmshurst 2000.
- ^ Foltz 1999, hlm. 63.
- ^ Seleznyov 2010, hlm. 165–190.
- ^ a b "Nestorian". Encyclopædia Britannica. Retrieved January 28, 2010.
- ^ "Nestorius". Encyclopædia Britannica. Temu balik tanggal 11 November 2018.
- ^ Kuhn 2019, hlm. 130.
- ^ Brock 1999, hlm. 286−287.
- ^ Wood 2013, hlm. 136.
- ^ Hilarion Alfeyev, The Spiritual World Of Isaac The Syrian (Liturgical Press 2016)
- ^ Brock 2006, hlm. 174.
- ^ Meyendorff 1989.
- ^ Baum & Winkler 2003, hlm. 28-29.
- ^ Payne 2009, hlm. 398-399.
- ^ Bethune-Baker 1908, hlm. 82-100.
- ^ a b c Wilmshurst 2000, hlm. 4.
- ^ Brock 2006, hlm. 14.
- ^ Joost Jongerden, Jelle Verheij, Social Relations in Ottoman Diyarbekir, 1870-1915 (BRILL 2012), hlm. 21
- ^ Gertrude Lowthian Bell, Amurath to Amurath (Heinemann 1911), hlm. 281
- ^ Gabriel Oussani, "The Modern Chaldeans and Nestorians, and the Study of Syriac among them" in Journal of the American Oriental Society, jld. 22 (1901), hlm. 81; bdk. Albrecht Classen (penyunting), East Meets West in the Middle Ages and Early Modern Times (Walter de Gruyter 2013), hlm. 704
- ^ Brock 1996, hlm. 23-35.
- ^ Wilmshurst 2000, hlm. 21-22.
- ^ Foster 1939, hlm. 34.
Kepustakaan
- Aboona, Hirmis (2008). Assyrians, Kurds, and Ottomans: Intercommunal Relations on the Periphery of the Ottoman Empire. Amherst: Cambria Press. ISBN 9781604975833.
- Assemani, Giuseppe Simone (1719). Bibliotheca orientalis clementino-vaticana. 1. Roma.
- Assemani, Giuseppe Simone (1721). Bibliotheca orientalis clementino-vaticana. 2. Roma.
- Assemani, Giuseppe Simone (1725). Bibliotheca orientalis clementino-vaticana. 3. Roma.
- Assemani, Giuseppe Simone (1728). Bibliotheca orientalis clementino-vaticana. 3. Roma.
- Assemani, Giuseppe Luigi (1775). De catholicis seu patriarchis Chaldaeorum et Nestorianorum commentarius historico-chronologicus. Roma.
- Assemani, Giuseppe Luigi (2004). History of the Chaldean and Nestorian patriarchs. Piscataway, New Jersey: Gorgias Press.
- Badger, George Percy (1852). The Nestorians and Their Rituals. 1. London: Joseph Masters.
- Badger, George Percy (1852). The Nestorians and Their Rituals. 2. London: Joseph Masters. ISBN 9780790544823.
- Baum, Wilhelm; Winkler, Dietmar W. (2003). The Church of the East: A Concise History. London-New York: Routledge-Curzon. ISBN 9781134430192.
- Baumer, Christoph (2006). The Church of the East: An Illustrated History of Assyrian Christianity. London-New York: Tauris. ISBN 9781845111151.
- Becchetti, Filippo Angelico (1796). Istoria degli ultimi quattro secoli della Chiesa. 10. Roma.
- Beltrami, Giuseppe (1933). La Chiesa Caldea nel secolo dell'Unione. Roma: Pontificium Institutum Orientalium Studiorum. ISBN 9788872102626.
- Bethune-Baker, James F. (1908). Nestorius and His Teaching: A Fresh Examination of the Evidence. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 9781107432987.
- Bevan, George A. (2009). "The Last Days of Nestorius in the Syriac Sources". Journal of the Canadian Society for Syriac Studies. 7 (2007): 39–54. doi:10.31826/9781463216153-004. ISBN 9781463216153.
- Bevan, George A. (2013). "Interpolations in the Syriac Translation of Nestorius' Liber Heraclidis". Studia Patristica. 68: 31–39.
- Binns, John (2002). An Introduction to the Christian Orthodox Churches. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 9780521667388.
- Brock, Sebastian P. (1992). Studies in Syriac Christianity: History, Literature, and Theology. Aldershot: Variorum. ISBN 9780860783053.
- Brock, Sebastian P. (1996). "The 'Nestorian' Church: A Lamentable Misnomer" (PDF). Bulletin of the John Rylands Library. 78 (3): 23–35. doi:10.7227/BJRL.78.3.3.
- Brock, Sebastian P. (1999). "The Christology of the Church of the East in the Synods of the Fifth to Early Seventh Centuries: Preliminary Considerations and Materials". Doctrinal Diversity: Varieties of Early Christianity. New York and London: Garland Publishing. hlm. 281–298. ISBN 9780815330714.
- Brock, Sebastian P. (2006). Fire from Heaven: Studies in Syriac Theology and Liturgy. Aldershot: Ashgate. ISBN 9780754659082.
- Brock, Sebastian P. (2007). "Early Dated Manuscripts of the Church of the East, 7th-13th Century". Journal of Assyrian Academic Studies. 21 (2): 8–34. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-06.
- Burgess, Stanley M. (1989). The Holy Spirit: Eastern Christian Traditions. Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers. ISBN 9780913573815.
- Burgess, Richard W.; Mercier, Raymond (1999). "The Dates of the Martyrdom of Simeon bar Sabba'e and the 'Great Massacre'". Analecta Bollandiana. 117 (1–2): 9–66. doi:10.1484/J.ABOL.4.01773.
- Burleson, Samuel; Rompay, Lucas van (2011). "List of Patriarchs of the Main Syriac Churches in the Middle East". Gorgias Encyclopedic Dictionary of the Syriac Heritage. Piscataway, NJ: Gorgias Press. hlm. 481–491.
- Carlson, Thomas A. (2017). "Syriac Christology and Christian Community in the Fifteenth-Century Church of the East". Syriac in its Multi-Cultural Context. Leuven: Peeters Publishers. hlm. 265–276. ISBN 9789042931640.
- Chabot, Jean-Baptiste (1902). Synodicon orientale ou recueil de synodes nestoriens (PDF). Paris: Imprimerie Nationale.
- Chapman, John (1911). "Nestorius and Nestorianism". The Catholic Encyclopedia. 10. New York: Robert Appleton Company.
- Chaumont, Marie-Louise (1964). "Les Sassanides et la christianisation de l'Empire iranien au IIIe siècle de notre ère". Revue de l'histoire des religions. 165 (2): 165–202. doi:10.3406/rhr.1964.8015.
- Chaumont, Marie-Louise (1988). La Christianisation de l'Empire Iranien: Des origines aux grandes persécutions du ive siècle. Louvain: Peeters.
- Chesnut, Roberta C. (1978). "The Two Prosopa in Nestorius' Bazaar of Heracleides". The Journal of Theological Studies. 29 (29): 392–409. doi:10.1093/jts/XXIX.2.392. JSTOR 23958267.
- Coakley, James F. (1992). The Church of the East and the Church of England: A History of the Archbishop of Canterbury's Assyrian Mission. Oxford: Clarendon Press. ISBN 9780198267447.
- Coakley, James F. (1996). "The church of the East since 1914". The Bulletin of the John Rylands Library. 78 (3): 179–198. doi:10.7227/BJRL.78.3.14.
- Coakley, James F. (2001). "Mar Elia Aboona und the history of the East Syrian patriarchate". 85: 119–138.
- Cross, Frank L.; Livingstone, Elizabeth A., ed. (2005). Oxford Dictionary of the Christian Church (edisi ke-3rd revised). Oxford: Oxford University Press. ISBN 9780192802903.
- Daniel, Elton L.; Mahdi, Ali Akbar (2006). Culture and customs of Iran. Greenwood Press. ISBN 9780313320538.
- Ding, Wang (2006). "Remnants of Christianity from Chinese Central Asia in Medieval Ages". Dalam Malek, Roman; Hofrichter, Peter L. Jingjiao: The Church of the East in China and Central Asia. Institut Monumenta Serica. hlm. 149–162. ISBN 9783805005340.
- Ebeid, Bishara (2016). "The Christology of the Church of the East: An Analysis of Christological Statements and Professions of Faith of the Official Synods of the Church of the East before A. D. 612". Orientalia Christiana Periodica. 82 (2): 353–402.
- Ebeid, Bishara (2017). "Christology and Deification in the Church of the East: Mar Gewargis I, His Synod and His Letter to Mina as a Polemic against Martyrius-Sahdona". Cristianesimo Nella Storia. 38 (3): 729–784.
- Fiey, Jean Maurice (1967). "Les étapes de la prise de conscience de son identité patriarcale par l'Église syrienne orientale". L'Orient Syrien. 12: 3–22.
- Fiey, Jean Maurice (1970a). Jalons pour une histoire de l'Église en Iraq. Louvain: Secretariat du CSCO.
- Fiey, Jean Maurice (1970b). "L'Élam, la première des métropoles ecclésiastiques syriennes orientales" (PDF). Parole de l'Orient. 1 (1): 123–153.
- Fiey, Jean Maurice (1970c). "Médie chrétienne" (PDF). Parole de l'Orient. 1 (2): 357–384.
- Fiey, Jean Maurice (1979) [1963]. Communautés syriaques en Iran et Irak des origines à 1552. London: Variorum Reprints. ISBN 9780860780519.
- Fiey, Jean Maurice (1993). Pour un Oriens Christianus Novus: Répertoire des diocèses syriaques orientaux et occidentaux. Beirut: Orient-Institut. ISBN 9783515057189.
- Fiey, Jean Maurice (1994). "The Spread of the Persian Church". Syriac Dialogue: First Non-Official Consultation on Dialogue within the Syriac Tradition. Vienna: Pro Oriente. hlm. 97–107. ISBN 9783515057189.
- Filoni, Fernando (2017). The Church in Iraq. Washington, DC: Catholic University of America Press. ISBN 9780813229652.
- Foltz, Richard (1999). Religions of the Silk Road: Overland Trade and Cultural Exchange from Antiquity to the Fifteenth Century. Palgrave Macmillan. ISBN 9780312233389.
- Foster, John (1939). The Church of the T'ang Dynasty. London: Society for Promoting Christian Knowledge.
- Frazee, Charles A. (2006) [1983]. Catholics and Sultans: The Church and the Ottoman Empire 1453-1923. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 9780521027007.
- Frykenberg, Robert Eric (2008). Christianity in India: From Beginnings to the Present. Oxford: Oxford University Press. ISBN 9780198263777.
- Giamil, Samuel (1902). Genuinae relationes inter Sedem Apostolicam et Assyriorum orientalium seu Chaldaeorum ecclesiam. Roma: Ermanno Loescher.
- Grillmeier, Aloys; Hainthaler, Theresia (2013). Christ in Christian Tradition: The Churches of Jerusalem and Antioch from 451 to 600. 2/3. Oxford: Oxford University Press. ISBN 9780199212880.
- Gulik, Wilhelm van (1904). "Die Konsistorialakten über die Begründung des uniert-chaldäischen Patriarchates von Mosul unter Papst Julius III" (PDF). Oriens Christianus. 4: 261–277.
- Гумилёв, Лев Николаевич (1970). Поиски вымышленного царства: Легенда о государстве пресвитера Иоанна [Searching for an Imaginary Kingdom: The Legend of the Kingdom of Prester John] (dalam bahasa Rusia). Москва: Наука.
- Habbi, Joseph (1966). "Signification de l'union chaldéenne de Mar Sulaqa avec Rome en 1553". L'Orient Syrien. 11: 99–132, 199–230.
- Habbi, Joseph (1971a). "L'unification de la hiérarchie chaldéenne dans la première moitié du XIXe siècle" (PDF). Parole de l'Orient. 2 (1): 121–143.
- Habbi, Joseph (1971b). "L'unification de la hiérarchie chaldéenne dans la première moitié du XIXe siècle (Suite)" (PDF). Parole de l'Orient. 2 (2): 305–327.
- Hage, Wolfgang (2007). Das orientalische Christentum. Stuttgart: Kohlhammer Verlag. ISBN 9783170176683.
- Harrak, Amir (2003). "Patriarchal Funerary Inscriptions in the Monastery of Rabban Hormizd: Types, Literary Origins, and Purpose" (PDF). Hugoye: Journal of Syriac Studies. 6 (2): 235–264.
- Hauser, Stefan R. (2019). "The Church of the East until the Eighth Century". The Oxford Handbook of Early Christian Archaeology. New York: Oxford University Press. hlm. 431–450. ISBN 9780199369041.
- Herman, Geoffrey (2019). "The Syriac World in the Persian Empire". The Syriac World. London: Routledge. hlm. 134–145.
- Hill, Donald (1993). Islamic Science and Engineering. Edinburgh: Edinburgh University Press. ISBN 9780748604555.
- Hill, Henry, ed. (1988). Light from the East: A Symposium on the Oriental Orthodox and Assyrian Churches. Toronto: Anglican Book Centre. ISBN 9780919891906.
- Hodgson, Leonard; Driver, Godfrey R., ed. (1925). Nestorius: The Bazaar of Heracleides. Oxford: Clarendon Press. ISBN 9781725202399.
- Hunter, Erica (1996). "The church of the East in central Asia". The Bulletin of the John Rylands Library. 78 (3): 129–142. doi:10.7227/BJRL.78.3.10.
- Jackson, Peter (2014) [2005]. The Mongols and the West, 1221–1410. London-New York: Routledge. ISBN 9781317878995.
- Jakob, Joachim (2014). Ostsyrische Christen und Kurden im Osmanischen Reich des 19. und frühen 20. Jahrhunderts. Münster: LIT Verlag. ISBN 9783643506160.
- Jenkins, Philip (2008). The Lost History of Christianity: The Thousand-Year Golden Age of the Church in the Middle East, Africa, and Asia - and How It Died. San Francisco: HarperOne. ISBN 9780061472800.
- Joseph, John B. (2000). The Modern Assyrians of the Middle East: A History of Their Encounter with Western Christian Missions, Archaeologists, and Colonial Powers. Leiden: Brill. ISBN 9004116419.
- Jugie, Martin (1935). "L'ecclésiologie des Nestoriens". Échos d'Orient. 34 (177): 5–25. doi:10.3406/rebyz.1935.2817.
- Kitchen, Robert A. (2012). "The Syriac Tradition". The Orthodox Christian World. London-New York: Routledge. hlm. 66–77. ISBN 9781136314841.
- Klein, Wassilios (2000). Das nestorianische Christentum an den Handelswegen durch Kyrgyzstan bis zum 14. Jh. Turnhout: Brepols Publishers. ISBN 9782503510354.
- Kuhn, Michael F. (2019). God is One: A Christian Defence of Divine Unity in the Muslim Golden Age. Carlisle: Langham Publishing. ISBN 9781783685776.
- Labourt, Jérôme (1908). "Note sur les schismes de l'Église nestorienne, du XVIe au XIXe siècle". Journal Asiatique. 11: 227–235.
- Labourt, Jérôme (1909). "St. Ephraem". The Catholic Encyclopedia. 5. New York: Robert Appleton Company.
- Lampart, Albert (1966). Ein Märtyrer der Union mit Rom: Joseph I. 1681–1696, Patriarch der Chaldäer. Einsiedeln: Benziger Verlag.
- Lange, Christian (2012). Mia energeia: Untersuchungen zur Einigungspolitik des Kaisers Heraclius und des Patriarchen Sergius von Constantinopel. Mohr Siebeck. ISBN 9783161509674.
- Lemmens, Leonhard (1926). "Relationes nationem Chaldaeorum inter et Custodiam Terrae Sanctae (1551-1629)". Archivum Franciscanum Historicum. 19: 17–28.
- Luke, Harry Charles (1924). "The Christian Communities in the Holy Sepulchre" (PDF). Dalam Ashbee, Charles Robert. Jerusalem 1920-1922: Being the Records of the Pro-Jerusalem Council during the First Two Years of the Civil Administratio. London: John Murray. hlm. 46–56.
- Marthaler, Berard L., ed. (2003). "Chaldean Catholic Church (Eastern Catholic)". The New Catholic Encyclopedia. 3. Thompson-Gale. hlm. 366–369.
- Menze, Volker L. (2019). "The Establishment of the Syriac Churches". The Syriac World. London: Routledge. hlm. 105–118. ISBN 9781138899018.
- Meyendorff, John (1989). Imperial unity and Christian divisions: The Church 450–680 A.D. The Church in history. 2. Crestwood, NY: St. Vladimir's Seminary Press. ISBN 978-0-88-141056-3.
- Moffett, Samuel Hugh (1999). "Alopen". Biographical Dictionary of Christian Missions. William. B. Eerdmans Publishing Company. hlm. 14–15. ISBN 9780802846808.
- Mooken, Aprem (1976). The Nestorian Fathers (PDF). Trichur: Mar Narsai Press.
- Mooken, Aprem (1976). Nestorian Missions (PDF). Trichur: Mar Narsai Press.
- Morgan, David (1986). The Mongols. Basil Blackwell. ISBN 9780631135562.
- Moule, Arthur C. (1930). Christians in China before the year 1550. London: Society for Promoting Christian Knowledge.
- Murre van den Berg, Heleen (1999). "The Patriarchs of the Church of the East from the Fifteenth to Eighteenth Centuries" (PDF). Hugoye: Journal of Syriac Studies. 2 (2): 235–264. doi:10.31826/hug-2010-020119 .
- Murre van den Berg, Heleen (2008). "Classical Syriac, Neo-Aramaic, and Arabic in the Church of the East and the Chaldean Church between 1500 and 1800". Aramaic in Its Historical and Linguistic Setting. Wiesbaden: Harrassowitz Verlag. hlm. 335–352. ISBN 9783447057875.
- Murre van den Berg, Heleen (2005). "The Church of the East in the Sixteenth to the Eighteenth Century: World Church or Ethnic Community?". Redefining Christian Identity: Cultural Interaction in the Middle East since the Rise of Islam. Leuven: Peeters Publishers. hlm. 301–320. ISBN 9789042914186.
- Nichols, Aidan (2010) [1992]. Rome and the Eastern Churches: A Study in Schism (edisi ke-2nd revised). San Francisco: Ignatius Press. ISBN 9781586172824.
- O’Mahony, Anthony (2006). "Syriac Christianity in the modern Middle East". Dalam Angold, Michael. The Cambridge History of Christianity: Eastern Christianity. 5. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 511–536. ISBN 9780521811132.
- Outerbridge, Leonard M. (1952). The Lost Churches of China. Philadelphia: Westminster Press.
- Payne, Richard E. (2009). "Persecuting Heresy in Early Islamic Iraq: The Catholicos Ishoyahb III and the Elites of Nisibis". The Power of Religion in Late Antiquity. Farnham: Ashgate. hlm. 397–409. ISBN 9780754667254.
- Payne, Richard E. (2015). A State of Mixture: Christians, Zoroastrians, and Iranian Political Culture in Late Antiquity. Oakland: University of California Press. ISBN 9780520292451.
- Penn, Michael Philip (2019). "Early Syriac Reactions to the Rise of Islam". The Syriac World. London: Routledge. hlm. 175–188. ISBN 9781138899018.
- Pirtea, Adrian C. (2019). "The Mysticism of the Church of the East". The Syriac World. London: Routledge. hlm. 355–376. ISBN 9781138899018.
- Reinink, Gerrit J. (1995). "Edessa Grew Dim and Nisibis Shone Forth: The School of Nisibis at the Transition of the Sixth-Seventh Century". Centres of Learning: Learning and Location in Pre-modern Europe and the Near East. Leiden: Brill. hlm. 77–89. ISBN 9004101934.
- Reinink, Gerrit J. (2009). "Tradition and the Formation of the 'Nestorian' Identity in Sixth- to Seventh-Century Iraq". Church History and Religious Culture. 89 (1–3): 217–250. doi:10.1163/187124109X407916. JSTOR 23932289.
- Roberson, Ronald (1999) [1986]. The Eastern Christian Churches: A Brief Survey (edisi ke-6th). Roma: Orientalia Christiana. ISBN 9788872103210.
- Rossabi, Morris (1992). Voyager from Xanadu: Rabban Sauma and the First Journey from China to the West. Kodansha International. ISBN 9784770016508.
- Rücker, Adolf (1920). "Über einige nestorianische Liederhandschriften, vornehmlich der griech. Patriarchatsbibliothek in Jerusalem" (PDF). Oriens Christianus. 9: 107–123.
- Saeki, Peter Yoshiro (1937). The Nestorian Documents and Relics in China. Tokyo: Academy of oriental culture.
- Seleznyov, Nikolai N. (2008). "The Church of the East & Its Theology: History of Studies". Orientalia Christiana Periodica. 74 (1): 115-131.
- Seleznyov, Nikolai N. (2010). "Nestorius of Constantinople: Condemnation, Suppression, Veneration: With special reference to the role of his name in East-Syriac Christianity". Journal of Eastern Christian Studies. 62 (3–4): 165–190.
- Silverberg, Robert (1972). The Realm of Prester John. Garden City, NY: Doubleday.
- Spuler, Bertold (1961). "Die Nestorianische Kirche". Religionsgeschichte des Orients in der Zeit der Weltreligionen. Leiden: Brill. hlm. 120–169. ISBN 9789004293816.
- Stewart, John (1928). Nestorian Missionary Enterprise: A Church on Fire. Edinburgh: T. & T. Clark.
- Tajadod, Nahal (1993). Les Porteurs de lumière: Péripéties de l'Eglise chrétienne de Perse, IIIe-VIIe siècle. Paris: Plon.
- Taylor, David G. K. (2019). "The Coming of Christianity to Mesopotamia". The Syriac World. London: Routledge. hlm. 68–87. ISBN 9781138899018.
- Tfinkdji, Joseph (1914). "L' église chaldéenne catholique autrefois et aujourd'hui". Annuaire Pontifical Catholique. 17: 449–525.
- Tisserant, Eugène (1931). "L'Église nestorienne". Dictionnaire de théologie catholique. 11. Paris: Letouzey et Ané. hlm. 157–323.
- Vine, Aubrey R. (1937). The Nestorian Churches. London: Independent Press. ISBN 9780404161880.
- Vosté, Jacques Marie (1925). "Missio duorum fratrum Melitensium O. P. in Orientem saec. XVI et relatio, nunc primum edita, eorum quae in istis regionibus gesserunt". Analecta Ordinis Praedicatorum. 33 (4): 261–278.
- Vosté, Jacques Marie (1928). "Catalogue de la bibliothèque syro-chaldéenne du couvent de Notre-Dame des Semences près d'Alqoš (Iraq)". Angelicum. 5: 3-36, 161-194, 325-358, 481-498.
- Vosté, Jacques Marie (1930). "Les inscriptions de Rabban Hormizd et de N.-D. des Semences près d'Alqoš (Iraq)". Le Muséon. 43: 263–316.
- Vosté, Jacques Marie (1931). "Mar Iohannan Soulaqa, premier Patriarche des Chaldéens, martyr de l'union avec Rome (†1555)". Angelicum. 8: 187–234.
- Wigram, William Ainger (1910). An Introduction to the History of the Assyrian Church or The Church of the Sassanid Persian Empire 100-640 A.D. London: Society for Promoting Christian Knowledge. ISBN 9780837080789.
- Wigram, William Ainger (1929). The Assyrians and Their Neighbours. London: G. Bell & Sons.
- Williams, Daniel H. (2013). "The Evolution of Pro-Nicene Theology in the Church of the East". From the Oxus River to the Chinese Shores: Studies on East Syriac Christianity in China and Central Asia. Münster: LIT Verlag. hlm. 387–395. ISBN 9783643903297.
- Wilkinson, Robert J. (2007). Orientalism, Aramaic, and Kabbalah in the Catholic Reformation: The First Printing of the Syriac New Testament. Leiden-Boston: Brill. ISBN 9789004162501.
- Wilmshurst, David (2000). The Ecclesiastical Organisation of the Church of the East, 1318–1913. Louvain: Peeters Publishers. ISBN 9789042908765.
- Wilmshurst, David (2011). The Martyred Church: A History of the Church of the East. London: East & West Publishing Limited. ISBN 9781907318047.
- Wilmshurst, David (2019a). "The Church of the East in the 'Abbasid Era". The Syriac World. London: Routledge. hlm. 189–201. ISBN 9781138899018.
- Wilmshurst, David (2019b). "The patriarchs of the Church of the East". The Syriac World. London: Routledge. hlm. 799–805. ISBN 9781138899018.
- Wood, Philip (2013). The Chronicle of Seert: Christian Historical Imagination in Late Antique Iraq. Oxford: Oxford University Press. ISBN 9780199670673.