Filsafat Barat

Revisi sejak 5 Juli 2021 08.11 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (+{{Authority control}})

Filsafat Barat adalah sebutan yang digunakan untuk pemikiran-pemikiran filsafat dalam dunia Barat atau Occidental. Pada umumnya filsafat terdiri dari dua garis besar, yaitu Filsafat Barat dan Filsafat Timur. Filsafat Barat berbeda dengan Filsafat Timur atau Oriental.[1] Permulaan dari sebutan Filsafat Barat ini dari keinginan untuk mengarah kepada pemikiran atau falsafah peradaban Barat.[1] Masa awalnya dimulai dengan filsafat Yunani di Yunani Kuno.[1] Pada masa ini sebagian besar Bumi sudah dicakup, termasuk Amerika Utara dan Australia.[1] Penentuan wilayah yang menjadi bagian dalam menentukan aliran mana sebuah pemikiran atau falsafah itu lahir menimbulkan perdebatan.[1] Perdebatan terjadi untuk menentukan wilayah seperti Afrika Utara, sebagian besar Timur Tengah, Rusia, dan lainnya.[1]

Socrates (Σωκράτης)
Lahirc. 469 / 470 SM
Meninggal399 SM
EraFilsafat Kuno
KawasanFilsafat Barat
AliranFilsafat Yunani

Kata filsafat dalam bahasa Indonesia, filosofi dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu: philosophia (φιλοσοφία), yang secara literal bermakna, "kecintaan kepada perkataan" (philein = "mencintai" + sophia = kata mutiara, dalam arti pengetahuan).[1] Dalam arti kontemporer, Filosofi Barat merujuk pada dua tradisi utama filsafat kontemporer: filsafat analitik dan filsafat kontinental.[1]

Sejarah Filsafat Kuno

Sejarah Filsafat Yunani dimulai sekitar abad ke-6 SM.[2] Zaman ini sering disebut juga sebagai zaman peralihan dari mitos ke logos.[2] Sebelum masa ini, banyak orang yang bercerita tentang alam semesta dan kejadian di dalamnya terjadi berkat kuasa gaib dan adikodrati, seperti adanya kuasa para dewa-dewi.[2] Mitos-mitos seperti ini kerap sekali ditemukan di dalam sastra-sastra Yunani.[2]

Jangkauan filsafat dalam pemahaman kuno dan pemikiran para filsuf kuno adalah usaha-usaha intelektual.[3][4] Hal ini jugalah yang menjadi permasalahan-permasalahan yang dipahami dalam filsafat.[3] Filsafat juga mencakup disiplin-disiplin lainnya, seperti matematika dan ilmu-ilmu pengetahuan alam, seperti fisika, astronomi, dan biologi.[3] Aristoteles merupakan salah seorang filsuf yang menuliskan pemahamannya mengenai topik-topik ini.[3] Istilah Filsafat Barat pun kemudian muncul dan pada saat itu tidak membantu dan tidak jelas, sejak definisi itu meliputi berbagai macam perbedaan seperti tradisi, kelompok politik, kelompok agama, dan pemikir-pemikir yang sudah ribuan tahun lamanya.[3]

Subdisiplin Filsafat Barat

Pada umumnya, filsuf-filsuf Barat dibagi ke dalam beberapa cabang pokok.[3] Pembagian itu di dasarkan pada jenis pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang yang bekerja di lapangan.[3] Cabang yang paling banyak berpengaruh pada masa dunia kuno adalah Stoic, yaitu menahan hawa nafsu.[3] Stoic dibagi ke dalam beberapa bagian filsafat, seperti Logika, Etika, Ilmu pengetahuan, dan Fisika.[3] Fisika merupakan konsep study tentang gejala-gejela alam di dalam dunia ini, dan termasuk ilmu pengetahuan alam dan metafisika.[5] Filsafat kontemporal secara umum dapat dibagi ke dalam metafisika, epistimologi, etika, axiology, dan estetis.[5] Logika terkadang juga dijadikan sebagai bagian di dalam filsafat, terkadang juga hanya sebagai metode yang digunakan untuk seluruh cabang-canbang filsafat.[5]

Sub disiplin filsafat terdapat di dalam cabang-cabang yang luas tersebut.[5] pada level yang terluas, terdapat filsafat Analitik dan filsafat Kontinental.[5] Filsafat Analitik lebih sederhana dibandingkan denga filsafat Kontinental.[5]

Sub disiplin ini terkadang menjadi topik yang hangat dan dapat menempati tempat yang banyak dalam tulisan-tulisan.[6] Hal ini disebabkan oleh orang-orang yang beranggapan bahwa sub disiplin ini sebagai cabang-cabang utama.[6]

Teologi dan Filsafat

Teologi tercakup di dalam pelajaran dalam agama dan sama halnya dengan filsafat.[6] Teologi mengarah kepada pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi dan sifat Tuhan.[6] Pertanyaan di dalam teologi ini dijawab juga secara jelas oleh filsafat Agama.[6] Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno, memasukkan teologi ke dalam cabang metafisika.[6] Dia juga mengatakan bahwa teologi sebagai pusat dalam filsafat.[6] Pada abad kedua puluh, para filsuf berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan teologis tersebut.[6] Filsafat dan teologi memiliki keterkaitan filsafat menjadi akar di dalam memahami teologi.[6] Pelajaran agama menjadi salah satu contohnya.[6] Perbandingan agama-agama besar di dunia dapat lebih mudah dilakukan dengan menggunakan filsafat.[7]

Tradisi empiris di dalam Filsafat Modern sering menjawab pertanyaan-pertanyaan keagamaan sebagai batas jangkauan pengetahuan manusia, dan banyak orang yang mengklaim bahwa bahasa agama tidak berarti secara literel sebab tidak ada pertanyaan yang perlu dijawab.[7] Beberapa filsuf merasa bahwa bukti kesulitan-kesulitan ini tidak relevan.[7] Mereka juga menentang dan meletakkan keagamaan pada bagian moral atau bagian yang lain.[7]

Lihat pula

Pranala luar

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h Robert Audi.1995.The Cambridge Dictionary Of Philosophy.Cambridge University Press:United Kingdom.580-617
  2. ^ a b c d Simon Petrus L. Tjahjadi.2004.Petualangan Intelektual.Jogjakarta.Kanisius.
  3. ^ a b c d e f g h i K. Bertens.1976.Ringkasan Sejarah Filsafat.Jogjakarta.Kanisius.42-89.
  4. ^ Diperoleh dari "http://wiki-indonesia.club/wiki/Filsafat_Modern"
  5. ^ a b c d e f K. Bertens.1988.Sejarah Filsafat Yunani.Jogjakarta.KANISIUS.127-169.
  6. ^ a b c d e f g h i j Milton D. Hunnex.1986.Chronological and Thematic Charts of Philosophies and Philosophers.USA.Grand Rapids.3-21.
  7. ^ a b c d Donald M. Borchert.1996.The Encyclopedia of Philosophy.USA.Simon & Schuster Macmillan.127-128.