Bias implisit

Revisi sejak 11 Juli 2021 01.47 oleh Diya Bodomon (bicara | kontrib) (Menambahkan paragraf pendukung pada sub judul contoh kasus)

Bias implisit merupakan tindakan, pemikiran, dan penilaian seseorang terhadap suatu kelompok tertentu berdasarkan ras, agama, kelas sosial, jenis kelamin dan yang lainnya bukan perdasarkan kemampuan dan kepribadianya.[1] Bias adalah penilaian pribadi yang tidak berdasar atau penyimpangan pemikiran dan prasangka.[2] Sementara itu, implisit didefinisikan sebagai serangkaian proses tindakan atau yang tidak bisa disimpulkan secara langsung melalui kesadaran mawas diri.[3] Bias implisit juga bisa diartikan sebagai kecenderungan untuk menilai seseorang atau kelompok sosial tertentu tanpa alasan yang jelas atau hanya berdasar pada stereotip. Oleh karena itu, bias implisit disebut juga dengan implisit stereotipe.

Bias implisit juga disebut dengan bias tidak sadar karena merupakan tindakan stereotip sosial terhadap kelompok orang tertentu yang dibentuk olehindividu di luar kesadaran mereka sendiri. Individu ersebut memegang keyakinan bawah sadar tentang berbagai kelompok sosial dan identitas, dan bias ini berasal dari kecenderungan seseorang untuk mengatur dunia sosial dengan mengkategorikan berdasar hal-hal tertentu.[4]

Bias implisit dapat mempengaruhi perilaku sekelompok orang dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan mengenai bias implisit menjadi ranah pembahasan bagi berbagai disiplin ilmu termasuk neurosains dan psikologi. Memori seseorang yang melibatkan saraf otak mendorong untuk melakukan suatu tindakan. Berdasarkan pandangan ilmu psikologi, bias implisit dilakukan oleh seseorang tanpa disengaja atau di luar kesadaran atas perbedaan prasangka yang mengakibatkan perilaku dan penilaian sosial.[3]

Epistimologi

Epistimologi implsit bias erat kaitannya dengan tiga hal yaitu: pengetahuan diri, skeptisisme, dan dilema etis.

Pengetahuan diri

Bias implisit dilakukan di luar kesadaran pemikiran seseorang hal ini terjadi atas beberapa sebab antara lain keadaan mental, ketidakpahaman seseorang akan suatu hal, dan ketidaksadaran bahwa bias implisit tersebut memiliki dampak bagi seseorang untuk berperilaku. Namun sebenarnya, seseorang sadar akan suatu penilaian terhadap objek namun belum percaya sepenuhnya jika belum terbukti keabsahan atas penilaian tersebut. Kesadaran seseorang akan suatu implisit bias bisa dilakukan dengan cara introspeksi diri atau mencari bukti dari berbagai sumber lain yang relevan.[5]

Skeptisisme

Implisit bias memiliki efek kekhawatiran skeptis pada suatu persepsi. Contoh dari implisit bias yang melibatkan skeptisisme adalah hubungan "pria kulit hitam" dan "senjata". Persepsi bahwa pria kulit hitam yang cenderung lebih mudah memiliki senjata dari pada pria kulit putih mengakibatkan perilaku seseorang yang akan menilai objek ambigu yang dipegang oleh pria berkulit hitam adalah senjata api. Kasus bias implisit ini pernah terjadi seperti pada kasus penembakan polisi terhadap pria kulit hitam tanpa senjata yaitu Oscar Grant dan Amadou Diallo.[5] Oscar Grant ditembak dari arah belakang di sebuah peron kereta api saat terjadinya perkelahian. Penjelasan dari kejadian fatal tersebut memancing emosi publik sebab otoritas mengatakan kejadian tersebut tidak sengaja dilakukan, petugas awalnya ingin mengeluarkan senjata kejut listrik namun malah pistol yang terambil.[6] Sementara itu, Amadou Diallo meninggal setelah ditembaki beberapa kali oleh polisi. Polisi meyakini Amandou Dialo merupakan tersangka pemerkosaan dan membawa senjata namun ternyata di sakunya hanya terdapat dompet.[7] Kedua peristiwa tersebut merupakan buah dari bias implisit yang berakibat fatal, persepsi yang salah terhadap seseorang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan yang ternyata keliru.

Dilema etis

Implisit bias menciptakan konflik antara tujuan etis. Dilema seputar bias implisit berasal dari stereotip yang tidak dapat dihindari hingga cara kategorisasi sosial menjadi dasar kapasitas kognitif kita. Seseorang yang mengingkari stereotip sosial umumnya karena alasan etis, hal demikian menciptakan konflik antara hal yang kita ketahui dan hargai. Pengetahuan sosial yang dimiliki seseorang akan mengurangi dilema etis dari suatu implisit bias.[5]

Contoh kasus

Bias implisit mengacu pada sikap, reaksi, stereotip, dan kategori bawah sadar yang memengaruhi perilaku dan pemahaman. Kasus implisit bias terjadi di berbagai lingkup seperti kesehatan, pendidikan, dan sosial masyarakat.

Kesehatan

Dalam dunia kesehatan, implisit bias terjadi antara dokter, perawat, dan pasiennya. Tenaga medis memanifestasikan bias implisit ke tingkat yang sama seperti populasi umum. Karakteristik berikut yang dipermasalahkan adalah ras/etnis, jenis kelamin, status sosial ekonomi, usia, penyakit mental, berat badan, pengidap AIDS, pasien cedera otak yang dianggap berkontribusi terhadap cedera mereka, pengguna narkoba suntik, disabilitas, dan keadaan sosial. Karakteristik sosio-demografis dokter dan perawat misalnya jenis kelamin, ras, jenis pengaturan perawatan kesehatan, pengalaman bertahun-tahun, negara tempat pelatihan medis diterima memiliki korelasi dengan tingkat bias seseorang dalam dunia kesehatan.[8] Bias implisit mengacu pada sikap tidak sadar dan stereotip yang dipegang terhadap orang lain. Dalam pengaturan perawatan kesehatan, ketika ide-ide tentang pasien dibuat karena asosiasi bawah sadar daripada individualitas orang itu, itu dapat menyebabkan perawatan yang buruk.[9]Berikut adalah contoh implisit bias dalam dunia kesehatan[10]:

  1. Pasien non-kulit putih menerima lebih sedikit intervensi kardiovaskular dan lebih sedikit transplantasi ginjal.
  2. Wanita kulit hitam memiliki kemugkinan meninggal yang lebih besar setelah didiagnosis menderita kanker payudara.
  3. Pasien non-kulit putih lebih kecil kemungkinannya untuk diberi resep obat nyeri (non-narkotika dan narkotika).
  4. Laki-laki kulit hitam cenderung tidak menerima kemoterapi dan terapi radiasi untuk kanker prostat dan lebih mungkin untuk pengangkatan testis.
  5. Pasien dengan kulit berwarna cenderung disalahkan karena terlalu pasif tentang perawatan kesehatan mereka.

Implisit bias pada lingkup kesehatan juga terjadi selama pandemi Covid-19 di Amerika. Dampak pandemi Covid-19 tidak proposional pada orang-orang dengan kulit selain putih melibatkan bias implisit yang berkontribusi dalam kesenjangan sosial. Pada awal Januari 2021, 1 dari 595 penduduk asli Amerika, 1 dari 735 orang kulit hitam Amerika, dan 1 dari 1.000 orang Amerika Latin meninggal karena COVID-19, dibandingkan dengan 1 dari 1.030 orang kulit putih Amerika. Keadaan struktural di komunitas Kulit Hitam dan Latin – seperti ketidaksetaraan perumahan, akses ke perawatan kesehatan, kesempatan kerja yang terbatas, dan kemiskinan – dapat menjelaskan kematian di luar rumah sakit yang jauh lebih tinggi karena COVID-19 di antara komunitas-komunitas ini. Data tersebut mengharuskan diadakannya penilitian mengenai implisit bias dalam pemberian layanan kesehatan.[9]

Sosial masyarakat

Salah satu kasus implisit bias yang pernah terjadi adalah penangkapan dua orang kulit hitam di salah satu kedai Starbucks yang dianggap telah masuk tanpa ijin dan dicurigai sebagai pelaku kriminal. Namun, setelah dilakukan penelusuran ternyata dua orang pria tersebut tidak terbukti bersalah dan hanya menunggu seorang rekan bisnis. Mereka pun akhirnya dibebaskan.[11]

Perilaku-perilaku yang disebabkan oleh implisit bias juga terjadi di lingkungan kerja. Contoh-contoh bias yang tidak sadar yang ada dalam lingkungan kerja yaitu: Seseorang yang dilewatkan untuk promosi berdasarkan usia, ras, agama, orientasi seksual, kecacatan, atau jenis kelamin mereka (bukan karena alasan berdasarkan pekerjaan), tidak mempekerjakan seseorang karena mereka memiliki tato atau tindik badan (meskipun ini tidak akan mempengaruhi peran mereka), hanya berteman dengan orang-orang dari RAS yang sama, memberikan nilai lebih pada rekan yang dekat, serta tidak mengundang seseorang ke acara sosial/pembangunan tim karena kekhawatiran atas ketidakmampuan mereka dalam ambil bagian di kegiatan.[12]

  1. ^ Brownstein, Michael S.; Saul, Jennifer Mather (2016). Implicit Bias and Philosophy: Metaphysics and epistemology (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 24. ISBN 978-0-19-871324-1. 
  2. ^ "Definition of BIAS". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-09. 
  3. ^ a b Khan, Jonathan (2017). Race on the Brain. New York: Coloumbia University Press. ISBN 9780231184243. 
  4. ^ "Unconscious Bias | diversity.ucsf.edu". diversity.ucsf.edu. Diakses tanggal 2021-07-10. 
  5. ^ a b c Michael, Brownstein,. "Implicit Bias". plato.stanford.edu. Diakses tanggal 2021-07-09. 
  6. ^ "Before Daunte Wright's death, a gun-Taser mix-up was blamed for another police killing: Oscar Grant at Fruitvale Station". Washington Post (dalam bahasa Inggris). ISSN 0190-8286. Diakses tanggal 2021-07-09. 
  7. ^ "Police fired 41 shots when they killed Amadou Diallo. His mom hopes today's protests will bring change". www.cbsnews.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-09. 
  8. ^ FitzGerald, Chloë; Hurst, Samia (2017-03-01). "Implicit bias in healthcare professionals: a systematic review". BMC Medical Ethics. 18. doi:10.1186/s12910-017-0179-8. ISSN 1472-6939. PMC 5333436 . PMID 28249596. 
  9. ^ a b Williams, Zinaria (2021-01-14). "Racial Bias in Medicine a Barrier to Covid Health Equity". USNews. Diakses tanggal 2021-07-10. 
  10. ^ "Implicit bias in health care". www.jointcommission.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-10. 
  11. ^ "Implicit Bias". Ethics Unwrapped (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-10. 
  12. ^ "Dealing with unconscious bias in the workplace". reed.co.uk (dalam bahasa Inggris). 2020-09-04. Diakses tanggal 2021-07-11.