Sanrobone, Takalar

kecamatan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

Sanrobone adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Indonesia yang memiliki benteng peninggalan kerajaan sanrobone

Sanrobone
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenTakalar
Pemerintahan
 • Camat-
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri73.05.08 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7305021 Edit nilai pada Wikidata
Luas- km²
Kepadatan- jiwa/km²
Desa/kelurahan-
Peta
PetaKoordinat: 5°25′45.79090″S 119°23′26.82136″E / 5.4293863611°S 119.3907837111°E / -5.4293863611; 119.3907837111

RAJA-RAJA SANROBONE


-I Karaeng Dampang Panca Belong (Karampang Cambelong) Memimpin pada abad XV

-Raja/ Karaeng Sanrobone VII, Tumenanga ri Batana

-Karaeng Lolo Bayo

-Karaeng Balaspati

-Mallombasi Daeng Kilo adalah Raja Sanrobone ke 23 (raja terakhir 1950-1956)

KERAJAAN SANROBONE

Kerajaan Sanrobone terletak di sebelah selatan Kota Makassar, berjarak sekitar 60 km dari Kota Makassar, jika di tarik lurus sesuai dengan garis pantai. Saat ini, wilayah bekas Kerajaan Sanrobone masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Takalar.

Kerajaan ini di dirikan oleh Karaeng Panca Belong atau juga dikenal dengan nama Karampang Cambelong. Sebagaimana dikatakan dalam Lontara Patturioloanga ri Sanrobone (Catatan Kerajaan), bahwa Karampang Cambelong, ialah orang yang pertama kali mengambil daerah Sanrobone dan menjadikannya sebagai permukiman. Sebelum tinggal di Sanrobone, ia tinggal di Manjapai* (*Manjapai adalah nama sebuah daerah yang terletak di sebelah utara Sanrobone, sekarang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa).

Pada awalnya, kerajaan Sanrobone adalah sebuah kerajaan yang berdiri sendiri, namun dalam perjalanannya kerajaan ini menjadi Kerajaan Palili dari Kerajaan Gowa (*Kerajaan Palili adalah kerajaan yang berdiri sendiri namun menjadi pengikut dari Kerajaan Gowa).

BENTENG SANROBONE

Benteng Sanrobone, itulah namanya. Ia lahir pada abad XV dari buah tangan Raja Sanrobone I, Karaeng Dampang Panca Belong. Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1515 atas perintah Raja Gowa Tumapa'risi Kallonna dan rampung pada tahun 1520. Terletak di Desa Sanrobone, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar Sulsel, sekitar 80 kilometer dari Makassar.

Benteng ini dulunya seluas 25.54 Ha dengan ukuran sisi barat sepanjang 573 m, sisi selatan 529 m, sisi timur 748 m dan sisi utara 332 m. Benteng ini terbuat dari batu bata dan berbentuk perahu dengan panjang sekitar 3,7 km dan mempunyai 7 pintu yaitu 4 pintu besar searah dengan mata angin dan 3 pintu kecil dengan ketebalan dinding tembok selebar empat meter. Konon benteng ini dahulu mempunyai tinggi enam meter, namun reruntuhan yang tampak saat ini hanya tersisa sekitar dua meter saja dari permukaan tanah. Tidak diketahui secara pasti kapan benteng ini di bangun, namun penulis memprediksi kemungkinan besar benteng ini di bangun (dengan batu bata) bersamaan dengan pembangunan benteng-benteng pertahanan Kerajaan Gowa Tallo dimasa pemerintahan Raja/ Karaeng Sanrobone VII, Tumenanga ri Batana.

Sisa-sisa benteng yang ada pun hanya sekilas tampak seperti tembok lebar berbatu bata merah biasa dengan hiasan dua meriam panjang seberat 150 kg yang kini berkarat tak terpelihara. Selebihnya hanya tanah lapang luas dengan papan bertuliskan "Kawasan Ini Dilindungi Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala".

Benteng ini runtuh bersama dengan benteng somba opu dan beberapa benteng lain yang diratakan dengan tanah oleh Cornelis Speelman, Jenderal pasukan VOC pada perang Makassar (Oktober 1666-12 Juni 1669). Total di wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa-Tallo ada 14 benteng. Kini hanya tersisa satu benteng yang masih utuh yakni Benteng Pannyua atau Fort Rotterdam.

Kompleks Benteng Sanrobone semakin hancur pada masa pemberontakan DI/TII. Istana kerajaan dibakar pada tahun 1956 oleh pemberontak lantaran Raja Sanrobone ke 23 (raja terakhir 1950-1956), Mallombasi Daeng Kilo, memihak ke negara kesatuan Republik Indonesia.

Akibatnya, semua catatan sejarah tentang Sanrobone dan barang kerajaan ludes tak bersisa. Yang tersisa hanya tungku besar terbuat dari batu bata merah untuk membuat roti dan tiang pemancang yang digunakan sebagai penanda upacara pengangkatan Raja Sanrobone. Hanya itu.

Dalam lokasi benteng, terdapat beberapa situs bersejarah seperti makam dari Karaeng Sanrobone pertama dalam hal ini adalah makam dari Karampang Cambelong atau yang lebih populer dengan sebutan Karaeng Panca Belong, terdapat pula Ga’donga (Kompleks Makam Kuno), Mesjid Tua Sanrobone, Rumah Adat Sanrobone, Kompleks Makam Raja-Raja Sanrobone juga situs Pocci Buttaya ri Sanrobone* (*Pocci Butta ri Sanrobone sama dengan Pusat Tanah Sanrobone). Di sudut benteng, tepatnya di sebelah barat benteng terdapat petilasan dari Karaeng Lolo Bayo dan Karaeng Balaspati.

Sumber : -Liputan6.com & Makassar punya cerita