Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un

Bacaan istirja dalam agama Islam, diucapkan saat menerima kabar musibah atau sedang ditimpa musibah
Revisi sejak 14 Juli 2021 02.23 oleh Fikry Arya (bicara | kontrib) (Menertibkan sebab penamaan istirja' dan menambahkan kapan disunnahkan membaca innalillahi beserta referensi dan sumber terjemahan)

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (bahasa Arab: إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ, ʾinnā li-llāhi wa-ʾinna ʾilayhi rājiʿūna) adalah potongan dari ayat Al-Qur'an, dari Surah Al-Baqarah, ayat 156. Isi penuh ayat tersebut adalah:

ٱلَّذِينَ إِذَ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌۭ قَالُوا۟ إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Sebab Penamaan Dengan Istirja'

Bacaan tersebut dikenal dengan sebutan bacaan "istirja" atau "tarji". Istirja merupakan frasa umat Islam apabila seseorang tertimpa musibah dan biasanya diucapkan apabila menerima kabar dukacita seseorang. Umat Islam meyakini bahwa Allah adalah Esa yang memberikan dan Dia jugalah yang mengambil, Dia menguji umat manusia.

Oleh karenanya, umat Islam menyerahkan diri kepada Tuhan dan bersyukur kepada Tuhan atas segala yang mereka terima. Pada masa yang sama, mereka bersabar dan menyebut ungkapan ini saat menerima cobaan atau musibah. Kemudian dalam syariat Islam, jika seorang Muslim ditimpa musibah, ia bersabar dan mengucapkan kalimat istirja maka Allah akan memberikan pahala.[1]

Kapan Disunnahkan Membacanya

  1. Istirja’ Innaalillaahiwainnaailaihirooji’uun diucapkan saat terjadinya musibah tersebut atau saat mendengar tentang musibah tersebut.
  2. Bahkan disyariatkan untuk mengucapkan doa tersebut ketika mengingat sebuah musibah meskipun sudah berlalu dalam waktu lama.[2]
  3. Tak hanya berupa musibah dunia saja atau musibah yang besar saja. Namun musibah ringan seperti tertusuk duri atau bahkan musibah agama yang sebenarnya justru merupakan musibah yang lebih besar dari musibah dunia.
  4. Seorang Muslim tetap disunnahkan untuk mengucapkan doa istirja’ saat tertimpa musibah dunia atau agama, besar atau pun kecil. Contoh musibah agama misalnya melupakan al-Quran, lemah dalam menjalankan sunnah Nabi ﷺ.[3] sumber terjemahan artikel[4]

Referensi

  1. ^ Diriwayatkan dari ‘Ali bin Al Husain, dari kakeknya rasulullah ﷺ, ia bersabda, ما من مسلم يصاب بمصيبة فيتذكرها وإن تقادم عهدها فيحدث لها استرجاعا إلا أعطاه الله من الأجر مثل يوم أصيب بها "Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah, lalu ia mengenangnya dan mengucapkan kalimat istirja (inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un) melainkan Allah akan memberinya pahala semisal hari ia tertimpa musibah" (Hadis riwayat oleh Ahmad dan Ibnu Majah. Kitab Al Bidayah wan Nihayah, 8:221 oleh Ibnu Katsir).
  2. ^ "ماهية المصيبة وما يشرع قوله عند وقوعها - إسلام ويب - مركز الفتوى". www.islamweb.net (dalam bahasa Arab). Diakses tanggal 2021-07-14. 
  3. ^ "الاسترجاع عند حلول المصيبة الدينية - إسلام ويب - مركز الفتوى". www.islamweb.net (dalam bahasa Arab). Diakses tanggal 2021-07-14. 
  4. ^ "Arti InnaalillaahiWaInnaailaihirojiun Tulisan Arab Yang Benar & Terjemah". Pabrik Jam Masjid (dalam bahasa Inggris). 2021-07-09. Diakses tanggal 2021-07-14. 

Pranala luar