Kerajaan Tungning
Kerajaan Tungning (Hanzi: 東寧王國), juga dikenal sebagai Kerajaan Ming Zheng (明鄭王朝) adalah sebuah pemerintahan yang didirikan oleh Raja Yanping, Koxinga yang menguasai Taiwan antara tahun 1661 hingga 1683.
Kerajaan Tungning 東寧王國 Dōng Níng Wangguo | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1662–1683 | |||||||||
Bendera | |||||||||
Semboyan: 反清復明 "Menentang Qing untuk mengembalikan Ming" atau "Hancurkan Qing, Bangkitkan Ming" | |||||||||
Kerajaan Tungning di Taiwan | |||||||||
Ibu kota | Tungtu | ||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Hoklo | ||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||
Raja | |||||||||
Zheng Jing | |||||||||
Zheng Ke-Shuang | |||||||||
Era Sejarah | Dinasti Qing | ||||||||
1 Februari 1662 | |||||||||
1683 | |||||||||
Populasi | |||||||||
• 1664 | 140.000 | ||||||||
• 1683 | 200.000 | ||||||||
| |||||||||
Kerajaan ini adalah pemerintahan pertama oleh suku Han di Taiwan yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda dan Spanyol. Tungning berlokasi di kota Tainan yang sekarang. Walau pemerintahan ini meneruskan tahun pemerintahan Yongli dari Dinasti Ming Selatan, tetapi sebenarnya kerajaan ini adalah sebuah negara merdeka dari dinasti Ming selatan yang telah runtuh.
Latar belakang
suntingTahun 1644, Li Zicheng memberontak dan berhasil menguasai Beijing. Pada tahun yang sama, Wu Sangui menyerah kepada tentara Manchu dengan membuka Gerbang Sanhai yang membatasi Cina daratan dengan Manchuria menyebabkan tentara Manchu dapat masuk dan melancarkan serangan ke Beijing. Li Zicheng dikalahkan oleh Gordon yang kemudian mendirikan Dinasti Qing menandai keruntuhan Dinasti Ming.
Kaisar Chongzhen menggantung dirinya sendiri di Kota Terlarang dan meninggalkan para bangsawan mengungsi ke selatan Cina mengorganisir pemerintahan di perasingan. Pemerintahan pengasingan ini dikenal sebagai Ming Selatan.
Salah satu jenderal yang mendukung Ming Selatan meneruskan perlawanan terhadap Qing adalah Zheng Zilong, ayah dari Koxinga. Perlawanan mereka berbasis di pesisir Fujian. Koxinga meneruskan perlawanan ini setelah ayahnya menyerah kepada Qing. Namun, perkembangan situasi tidak menguntungkan bagi Koxinga setelah serangan ke Nanjing pada tahun 1658 tidak berhasil.
Akhirnya situasi tidak menguntungkan ini memaksa Koxinga mengalihkan basis perlawanannya ke Taiwan yang pada saat itu dikuasai oleh VOC.
Ekspedisi ke Taiwan
suntingPada Maret 1661, Koxinga memimpin 25000 tentara berangkat dari Kinmen dan tiba di Pescadores sebagai basis sementara untuk melancarkan serangan lanjut ke Taiwan. Pada tanggal 30 April 1661, Koxinga tiba di Lu'ermen (sebelah utara Kota Tainan sekarang). Koxinga kemudian melakukan pengepungan terhadap Provintia yang didirikan oleh VOC sebagai pusat administrasi di Taiwan. Setelah Provinta berhasil diduduki, Koxinga kemudian melancarkan serangan ke Kastil Zeelandia. Frederick Coyett, pemimpin administrasi VOC di Taiwan menolak untuk menyerah. Pengepungan kembali dilancarkan oleh Koxinga dengan memutus suplai makanan dan amunisi.
Bantuan dari VOC di Batavia kemudian sampai pada bulan Mei 1661 dengan kekuatan 700 tentara dan 10 kapal perang. Sesampainya di Taiwan, pertempuran dengan Koxinga berakhir dengan kekalahan VOC. Pada bulan Oktober 1661, VOC melancarkan kembali serangan terhadap Koxinga, tetapi karena kekuatan yang tidak seimbang, Koxinga berhasil memukul mundur tentara VOC. Moral pasukan VOC menurun tajam seusai kekalahan ini.
Pada tanggal 25 Januari 1662, Koxinga melancarkan serangan besar dari Nankunsheng (di Beimen, Kabupaten Tainan sekarang). Sejumlah 2500 meriam diletuskan menyebabkan sebagian Kastil Zeelandia hampir rata dengan tanah. Dua hari kemudian, Coyett memutuskan untuk menyerah dan berunding dengan Koxinga. Tanggal 1 Februari 1662, Coyett menandatangani perjanjian untuk menyerahkan administrasi Taiwan kepada Koxinga.
Dalam pada itu, tidak ada seorang tentara VOC yang ditawan dibunuh oleh Koxinga setelah perundingan tersebut. Seluruh tentara VOC kemudian pulang ke Batavia.
Ekspansi wilayah
suntingSetelah mengalahkan tentara VOC, Koxinga kemudian melancarkan serangan-serangan untuk memperluas wilayah pengaruh militer dan politik. Serangan ini ditujukan kepada suku aborigin yang telah mendiami Taiwan sejak lama. Tak lama, Koxinga telah berhasil menguasai seluruh wilayah yang dikenal sebagai Tainan sekarang.
Tidak sampai setahun setelah penaklukan Taiwan, Koxinga meninggal karena sakit. Anaknya, Zheng Jing kemudian menggantikannya sebagai Raja Yanping. Zheng Jing meneruskan maklumat Koxinga untuk merebut kembali Cina daratan yang pada saat itu telah dikuasai oleh Dinasti Qing.
Beberapa serangan ke daratan dilancarkan dan sampai pada tahun 1680, kekalahan di Fujian menyebabkan Zheng Jing memutuskan untuk mundur dari Kinmen untuk berkonsentrasi di Taiwan.
Zheng Jing meninggal pada tahun 1681 dan mewariskan tahta kepada anak sulungnya Zheng Kezang. Namun, Zheng Kezang dibunuh oleh Feng Xifan dan Liu Guoxuan yang menginginkan anak kedua Zheng Jing, Zheng Kesuang meneruskan tahta. Zheng Kesuang hanya berumur 12 tahun saat menaiki tahta.
Runtuhnya Kerajaan Tungning
suntingSetahun setelah meninggalnya Zheng Jing, bulan September 1682, Shi Lang yang pada mulanya adalah bawahan Koxinga namun membelot ke Dinasti Qing, meminta titah Kaisar Kangxi untuk menyerang Taiwan. Kangxi memberi kewenangan penuh kepada Shi Lang untuk memimpin pasukan melancarkan serangan terhadap Zheng Kesuang.
Pada bulan Juni 1683, dengan titah Kangxi, Shi Lang melancarkan serangan terhadap Pescadores dan berhasil menghancurkan angkatan laut yang dipimpin oleh Liu Guoxuan. Pescadores berhasil ditaklukkan pada bulan Juli 1683.
Pada saat ini, Zheng Kesuang mengadakan rapat kerajaan dengan para menterinya yang terpecah menjadi tiga fraksi, menyerah kepada Dinasti Qing, mengungsi ke Pulau Luzon dan mempertahankan Taiwan sampai mati.
Zheng Kesuang kemudian mengambil nasihat Liu Guoxuan sebagai keputusan terakhir untuk menyerah kepada Dinasti Qing. Pada bulan September 1683, Shi Lang sampai di Taiwan untum menerima penyerahan Zheng dan ini menandai runtuhnya Kerajaan Tungning yang berkuasa di Taiwan selama 23 tahun.