Pandan merupakan segolongan tumbuhan monokotil[2] dari genus Pandanus. Sebagian besar anggotanya merupakan tumbuh di pantai-pantai daerah tropika. Anggota tumbuhan ini dicirikan dengan daun yang memanjang (seperti daun palem atau rumput), sering kali tepinya bergerigi. Akarnya besar dan memiliki akar tunjang yang menopang tumbuhan ini. Buah pandan tersusun dalam karangan berbentuk membulat, seperti buah durian. Ukuran tumbuhan ini bervariasi, mulai dari 50 cm hingga 5 meter, bahkan di Papua banyak pandan hingga ketinggian 15 meter. Daunnya selalu hijau (hijau abadi, evergreen), sehingga beberapa di antaranya dijadikan tanaman hias.

Pandan (Pandanus)
Pandanus

Pandanus utilis dengan buahnya.
Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmonocots
OrdoPandanales
FamiliPandanaceae
GenusPandanus
Parkinson, 1773
Tipe taksonomiPandanus tectorius
Tata nama
Sinonim takson
  • Keura Forssk.
  • Athrodactylis J.R.Forst. & G.Forst.
  • Pandanus Rumph. ex L.f. 1782 not Parkinson 1773
  • Dorystigma Gaudich.
  • Eydouxia Gaudich.
  • Fisquetia Gaudich.
  • Foullioya Gaudich.
  • Heterostigma Gaudich.
  • Hombronia Gaudich.
  • Jeanneretia Gaudich.
  • Roussinia Gaudich.
  • Souleyetia Gaudich.
  • Sussea Gaudich.
  • Tuckeya Gaudich.
  • Vinsonia Gaudich.
  • Marquartia Hassk.
  • Hasskarlia Walp. 1849 not Meisn. 1840 nor Baill. 1860
  • Barrotia Gaudich.
  • Bryantia Webb ex Gaudich.
  • Doornia de Vriese
  • Rykia de Vriese[1]

Berbagai jenis pandan menyebar dari Afrika Timur, Asia Tenggara, Australia hingga kepulauan Pasifik.

Jenis-jenis pandan

Paling sedikit ada 600 jenis pandan di seluruh dunia, di antaranya adalah

 
Buah merah (Pandanus conoideus) dari Papua.

Pandan bali, yang sering dijadikan tanaman hias, bukanlah anggota Pandanus melainkan Cordyline australis.

Pada ekspedisi tumbuhan bahan pangan alami yang dilakukan LIPI dan Yayasan Kehati bulan September dan Oktober 2006 di Serui, Papua, ditemukan 14 jenis pandan baru yang belum teridentifikasi.

 
Pandan laut

Kegunaan

Beberapa jenis pandan berguna bagi kehidupan manusia:

  • Pandan wangi daunnya digunakan sebagai pewangi dan pewarna makanan, juga komponen dekorasi dan pewangi ruangan.
  • Pandan duri, daunnya yang dikeringkan dipakai sebagai bahan baku anyaman, baik untuk tikar maupun topi pandan.
  • Buah merah, dari Pulau Papua yang buahnya dikenal berkhasiat sebagai obat atau suplemen yang menyehatkan tubuh.









Pandan hias (Pandan Aeris)

Tanaman berjenis pandan-pandanan yang pertama adalah Aeris, tanaman ini memiliki bunga yang indah berwarna kuning.Pandan Aeris dibanderol dengan harga sekitar 15.000 rupiah. tanaman pandan yang satu ini tidak bisa terkena sinar matahari secara langsung.

Pandanus australis adalah simbol terkenal dari Northern Territory. Pelepah mereka seperti penampilan daun yang anggun dan memberi mereka daya tarik tropis, menjadikannya salah satu tanaman Top End yang paling banyak difoto. Mereka sangat berguna dan tanaman penting bagi orang Aborigin, 'toko serba ada' dengan berbagai bagian yang digunakan untuk kerajinan, makanan, dan obat. Banyak hewan juga menggunakan daunnya sebagai rumah.

Pandan termasuk dalam kelompok besar tumbuhan sejenis, dengan 37 spesies (berbeda jenis) ditemukan di Australia. Mereka umumnya terbatas ke wilayah pesisir. Pandanus spiralis adalah yang paling luas dan umum di Top End. Itu terjadi di mana pun ada curah hujan monsun yang andal.

Pandan hias ini tumbuh hingga 10 meter. Mereka terus tumbuh ke atas, menghasilkan daun hijau baru di bagian atas. Daun-daun tua yang mati tetap menempel di batang selama beberapa waktu tampak seperti rumput rendah yang menawarkan perlindungan bagi berbagai makhluk. Spesies burung seperti kutilang ekor panjang dan kutilang merah sering bersarang di lapisan vegetasi pelindung ini, sementara ular pohon berburu katak dan tokek.[1]

Persyaratan tumbuh dan penyebaran

Tumbuhan pandan memiliki sejumlah varietas yang memiliki ciri khas berupa perbedaan wangi daun pada tiap jenisnya. Terdapat 3 varietas tumbuhan pandan yang dikenal, antara lain: Pandanus luzonensis, Pandanus odorus atau Pandanus amaryllifolius, dan Pandanus tectorius. Secara geografis, tumbuhan pandan tumbuh pada 3.300 meter dpl. Umumnya, tumbuhan pandan dapat tumbuh secara liar di habitat pesisir maupun area tropis dan subtropis, salah satunya adalah wilayah Indo-Malaysia dan Polinesia-Mikronesia maupun area Pasifik [3]. Berikut merupakan kriteria kesesuaian lahan untuk tumbuhan Pandan yang dapat dilihat pada tabel di bawah. Adapun sebagian besar tumbuhan pandan dapat berkembang biak secara langsung menggunakan biji, namun kultivasi buatan dapat dilakukan dengan melakukan stek batang tumbuhan pandan yang bertujuan untuk mengembangbiakkan pandan secara vegetatif [4].

Kecepatan tumbuh dan produksi

Dalam pengembangbiakkan tumbuhan pandan, dibutuhkan rentang waktu pertumbuhan yang berbeda untuk tiap perlakuan yang berbeda. Ketika menggunakan biji, maka perlu dilakukan perendaman biji selama 24 jam untuk kemudian ditanam pada tanah. Pengembangbiakkan tumbuhan pandan dengan biji membutuhkan waktu selama 2 hingga 3 bulan untuk bergerminasi. Adapun pengembangbiakkan tumbuhan pandan dengan menggunakan stek batang membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat, yaitu 4 sampai 6 minggu dalam kondisi terang dan tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Oleh karena itu, pengembangbiakkan pandan dengan metode vegetatif (stek batang) cenderung lebih banyak dilakukan daripada dengan melakukan penanaman biji pandan [5]. Hingga saat ini, sejumlah inovasi yang dihasilkan dari tumbuhan pandan adalah pemanfaatan ekstrak daun pandan sebagai komponen utama dalam produk perawatan kulit (seperti Pandan Leaves Scrub oleh Restoration Essence, Singapura) dan bahan baku dalam pembuatan minuman teh (seperti produk minuman teh pandan yang dikeluarkan oleh Bayani Brew, Filipina).

Potensi di Indonesia

Subseksi khusus untuk Provinsi Jawa Barat

Di Indonesia, tumbuhan Pandan merupakan salah satu komoditas unggul yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat (2017)[6], terdapat beberapa daerah yang memiliki lahan khusus untuk budidaya tumbuhan pandan, yaitu antara lain: Bekasi (luas tumbuhan pandan sebesar 4 Ha dan jumlah produksi sebesar 2 ton), Ciamis (luas tumbuhan pandan sebesar 3 Ha), Kuningan (luas tumbuhan pandan sebesar 57 Ha dan jumlah produksi sebesar 4 ton), Pangandaran (luas tumbuhan pandan sebesar 13 Ha dan jumlah produksi sebesar 6 ton), Sukabumi (luas tumbuhan pandan sebesar 20 Ha), serta Tasikmalaya (luas tumbuhan pandan sebesar 423 Ha dan jumlah produksi sebanyak 179 ton). Dari data tersebut, dapat diperoleh 3 area domisili Jawa Barat yang menghasilkan rata-rata produksi tumbuhan pandan terbesar, yaitu Bekasi dengan rata-rata produksi 717 kg/Ha, Kuningan dengan rata-rata produksi 116 kg/Ha, dan Tasikmalaya dengan rata-rata produksi 697 kg/Ha. Adapun lahan budidaya tumbuhan Pandan untuk subseksi Jawa Barat adalah sebesar 520 Ha dan jumlah produksi sebesar 192 ton (rata-rata produksi sebesar 593 kg/Ha).

Produk yang dihasilkan

  • Produk utama: daun pandan yang digunakan sebagai bahan aditif makanan dan komponen anyaman[7]. Penentuan kualitas daun pandan di Indonesia tidak dilakukan secara ketat dikarenakan tidak ada standar khusus dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait kriteria daun pandan yang harus diproduksi.
  • Produk sekunder: Produk sekunder yang telah dikembangkan dari tumbuhan pandan adalah sabun mandi berbahan dasar ekstrak daun pandan yang berperan sebagai zat antioksidan dan pewarna sabun alami. Umumnya, tahapan pembuatan sabun padat meliputi: saponifikasi, ekstraksi gliserol, uji coba sabun, pencetakan, dan pengeringan. Sejumlah faktor yang mempengaruhi pembuatan sabun padat antioksidan adalah jumlah ekstrak daun pandan yang ditambahkan, jenis minyak yang digunakan, dan konsentrasi NaOH yang digunakan. Dari hasil pembuatan sabun padat tersebut, akan dibandingkan dengan standar kualitas sabun yang sudah ada, yaitu SNI 06-3532-1994. Sabun padat yang dapat memenuhi standar tersebut dapat dikatakan sebagai sabun dengan formulasi dan kualitas yang baik.

Kajian metabolomik untuk komoditas pandan

Hingga saat ini, kajian metabolomik yang telah dilakukan adalah menentukan profil metabolit dari daun pandan dengan metode metabolite profiling. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Ghasemzadeh dan Jaafar (2013)[8], daun pandan mengandung 5 komponen flavonoid (rutin, epicatechin, catechin, kaempferol, dan naringin) dan 3 komponen asam fenolik (asam galat, asam sinamat, dan asam ferulik) dengan komposisi metabolit tertinggi adalah catechin, kaempferol, dan asam galat. Dalam penentuan profil metabolit, sampel uji yang digunakan adalah ekstrak Pandanus amaryllifolius Roxb. dari 3 area berbeda (Bachok, Klang, dan Pontian) yang diseparasi dan dianalisis dengan menggunakan reversed-phase HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Metode tersebut dilakukan untuk menentukan komposisi senyawa flavonoid maupun fenolik dalam ekstrak daun pandan. Selanjutnya, kuantifikasi senyawa flavonoid total dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri dan kuantifikasi senyawa fenolik total dilakukan dengan menggunakan metode uji Folin-Ciocalteau.

Peningkatan kualitas daun pandan dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan metabolomik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Somta dkk (2019)[9], dilakukan analisis gen BADH (betaine aldehyde dehydrogenase) atau Os2AP pada Pandanus amaryllifolius Roxb., yaitu gen yang meregulasi ekspresi 2-acetyl-1-pyrroline yang merupakan komponen kimia volatil penghasil wangi khas pandan. Dengan diketahuinya regulasi ekspresi gen tersebut, maka dapat dilakukan rekayasa genetik ataupun rekayasa jalur metabolisme pada berbagai varietas pandan untuk memperoleh sifat sesuai dengan yang diinginkan (dalam hal ini, peningkatan ataupun penurunan produksi senyawa 2-acetyl-1-pyrroline dengan perlakuan mutasi pada gen BADH). Adapun dari hasil mutasi gen tersebut, lebih lanjutnya dapat dilakukan teknik plant breeding secara molekuler untuk menghasilkan produk pertanian lain yang memiliki wangi khas daun pandan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "World Checklist of Selected Plant Families: Royal Botanic Gardens, Kew". Apps.kew.org. Diakses tanggal 18 December 2014. 
  2. ^ Aru Prihardhyanto Keim (2007) "300 Tahun Linnaeus : Pandanaceae, Linnaeus dan Koneksi Swedia" Berita Biologi vol 8 no 4
  3. ^ Stuart Jr, G.U. (2018). Pandan [online]. http://www.stuartxchange.org/Pandan.html, diakses pada Rabu, 3 April 2019 pukul 22.39 WIB.
  4. ^ Hyndman, D.C. (1984). Ethnobotany of Wopkaimin Pandanus significant Papua New Guinea plant resource. Economic Botany, 38(3), 287–303. doi:10.1007/BF02859007
  5. ^ Harrington, J. (2019). How to Plant Pandan [online]. https://homeguides.sfgate.com/plant-pandan-103293.html, diakses pada Rabu, 3 April 2019 pukul 22.54 WIB.
  6. ^ Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. (2017). Pandan [online]. http://disbun.jabarprov.go.id/page/view/71-id-pandan, diakses pada Kamis, 4 April 2019 pukul 20.29 WIB.
  7. ^ Susiarti, Siti, and Mulyati Rahayu. (2010) "Kajian Etnobotani Pandan Samak (Pandanus Tectorius Sol.) Dikabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat." Berita Biologi, vol. 10, no. 1,
  8. ^ Ghasemzadeh, A., & Jaafar, H. Z. (2013). Profiling of phenolic compounds and their antioxidant and anticancer activities in pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) extracts from different locations of Malaysia. BMC Complementary and Alternative Medicine, 13(1). https://doi.org/10.1186/1472-6882-13-341
  9. ^ Somta, P., Kuswanto, K., & Srinives, P. (2019). The Genetics of Pandan-Like Fragrance, 2-Acetyl-1-Pyrroline, in Crops. AGRIVITA Journal of Agricultural Science, 41(1). https://doi.org/10.17503/agrivita.v41i1.2085

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar