Tarja Halonen (lahir 24 Desember 1943) adalah Presiden Finlandia yang kesebelas. Ia mulai menjabat dari 1 Maret 2000. Pada 29 Januari 2006, ia terpilih kembali dalam putaran kedua pemilu presiden, dengan mengalahkan penantangnya, Sauli Niinisto.

Berkas:Tarja Halonen 2004.jpg
Tarja Halonen, 2004

Halonen lulus dari Universitas Helsinki pada 1968 dan mempunyai gelar master dalam ilmu hukum. Ia menikah dengan pasangannya yang telah lama hidup bersamanya, Dr. Pentti Arajärvi, setelah ia terpilih sebagai presiden pada 2000.

Karier politik

  • Anggota Partai Sosial Demokratik Finlandia 1971–2000
  • Sekretaris parlemen Perdana Menteri 1974–1975
  • Anggota Dewan Kota Helsinki 1977–1996
  • Anggota Parlemen 1979–2000
  • Menteri Sosial dan Kesehatan 1987–1990
  • Menteri Kerjasama Negara-negara Eropa Utara 1989–1991
  • Menteri Kehakiman 1990–1991
  • Menteri Luar Negeri 1995–2000
  • Presiden Finlandia 2000–sekarang

Biografi

Tarja Halonen dilahirkan pada 24 Desember 1943 di Helsinki di distrik Kallio, yang secara tradisional merupakan wilayah kelas pekerja. Orangtuanya adalah Vieno Olavi Halonen dan Lyyli Elina Loimola. Ia memperoleh gelar master dalam ilmu hukum dari Universitas Helsinki pada 1968. Halonen menjabat sebagai sekretaris sosial dan sekretaris organisasi dari Persatuan Mahasiswa Nasional di Finlandia pada 1969–1970 dan sebagian karena jabatannya inilah ia memperoleh kedudukannya sebagai pengacara Organisasi Pusat Serikat Buruh Finlandia (SAK) pada tahun 1970–1974. Pada 1971 ia bergabung dengan Partai Sosial Demokratik.

Pada 1974 Perdana Menteri Kalevi Sorsa mengangkat Halonen sebagai sekretaris parlemen, dan ia mulai mengenal lingkaran dalam di dunia politik negaranya. Setelah itu, ia menduduki berbagai posisi yang penting. Pada 1975 ia terpilih menjadi wakil dari Osuusliike Elanto, jabatan yang dipertahankannya hingga ia terpilih sebagai Presiden. Pada saat yang sama, ia duduk di Dewan Kota Helsinki hingga 1996. Pada 1979 ia terpilih menjadi anggota parlemen Finlandia, yang dijabatnya hingga 2000. Di Parlemen, jabatan penting pertamanya adalah sebagai Ketua Komisi Sosial parlemen dari 1984-1987.

Dari posisi ini Halonen terus menanjak hingga menjadi Menteri Sosial dan Menteri Kesehatan pada 1987, yang diikuti oleh jabatannya sebagai Menteri Kerjasama Negara-negara Eropa Utara (1989-1991). Pada 1991 Halonen juga terpilih menjadi ketua pemerintah dari yayasan solidaritas internasional. Halonen juga meninggalkan jabatan ini ketika ia terpilih menjadi presiden. Dari 1990–1991 ia menjadi Menteri Kehakiman dan dari 1995 hingga terpilihnya sebagai presiden, ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.

Jalan menuju kepresidenan

Halonen mengumumkan niatnya bertarung untuk jabatan kepresidenan pada 2000. Setelah itu, Partai Sosial Demokratik memutuskan untuk mengadakan pemilihan pendahuluan untuk menetapkan calon mereka. Dalam pemilu ini ia bersaing dengan Pertti Paasio, anggota Parlemen Eropa, dan Jacob Söderman, Ombudsman Uni Eropa. Martti Ahtisaari, presiden yang menjabat saat itu kemudian mengumumkan bahwa ia tidak akan ikut serta dalam pemilihan seperti itu, dan karenanya ia tidak akan mencalonkan diri untuk masa jabatan yang kedua.

Dalam pemilu sebelumnya Elisabeth Rehn hampir saja menang, dan hal ini mengilhami Halonen dan para pendukungnya bahwakali ini seorang perempuan bisa menang. Halonen, yang saat itu menjadi menteri luar negeri, jauh lebih populer daripada Paavo Lipponen, ketua partainya.

Mula-mula Halonen hanya menduduki tempat keempat dalam jajak pendapat. Ini sebagian disebabkan karena Halonen banyak menghabiskan waktunya di luar negeri sebagai menteri luar negeri. Namun ini pun berarti bahwa ia banyak disoroti media. Dengan dukungan organisasi kampanye yang bersemangat dan berpengalaman, popularitasnya terus menanjak. Keberhasilannya dalam menjalani tugasnya sebagai presiden Uni Eropa mewakili Finlandia pada musim gugur 1999 juga masih segar dalam ingatan rakyat.

Pada putaran pertama, Halonen mendapatkan suara terbanyak, namun gagal mencapai 50% suara yang dibutuhkan untuk menang langsung. Dalam putaran kedua, ia mengalahkan tipis lawannya, bekas Perdana Menteri Esko Aho dari Partai Tengah. Ia menjadi perempuan pertama di Finlandia yang menjadi presiden. Masa jabatannya dimulai pada 11 Maret 2000.

Halonen mengumumkan pencalonannya untuk masa jabatan kedua sebagai Presiden pada Mei 2005. Sebelum kampanye dimulai, Halonen terus mendapatkan dukungan yang tinggi dari masyarakat dalam jajak pendapat.

Kepresidenan

Meskipun cuma menang tipis, Halonen adalah salah satu presiden terpopuler yang pernah dimiliki Finlandia, dengan tingkat popularitasnya antara 94% dan 97%, meskipun peringkat itu agak menurun sedikit pada kampanye 2006. Banyak orang menganggapnya mudah didekati dan sangat realistik. Banyak orang, bahkan juga pihak sayap kanan dari Sosial Demokrat, menghargainya karena ia berhasil mencapai kariernya dari latar belakang yang sederhana, karena kompetensinya sendiri. Hal ini sangat bernilai bagi bangsa Finlandia yang menjunjung tinggi meritokrasi. Halonen dicalonkan sebagai salah satu dari 10 nama teratas dari "Suuret Suomalaiset" (orang Finlandia terhebat), sebuah acara TV khusus pada 2004; dia adalah satu-satunya orang yang masih hidup yang masuk dalam daftar itu.

Gaya hidupnya kadang-kadang membuat orang cemas, namun sikapnya yang independen juga telah membuat orang kagum kepadanya. Pada tahun 1960-an, ia keluar dari Gereja Lutheran Injili Finlandia, yang merupakan gereja kebanyakan rakyat Finlandia, untuk memprotes kebijakannya memajaki anggotanya, dan sikapnya yang menolak pendeta perempuan.

Halonen juga dikritik karena ikut serta dalam perayaan Hari Kemenangan Mei 2005 di Moskwa, dan sikapnya menentang penggunaan ranjau darat di perbatasan Finlandia. Kedua sikap dianggap tidak patriotik, karena Rusia (dan sebelumnya Uni Soviet) secara tradisional dianggap ancaman bagi kemerdekaan Finlandia.

Pemilihan presiden 2006

Pada 20 Mei 2005, Tarja Halonen mengadakan konferensi pers di Mäntyniemi dan mengumumkan kesediaannya untuk mencalonkan diri lagi. Ini adalah jawaban yagn diharapkan oleh delegasi SDP yang mengunjunginya dua hari sebelumnya. Selain dukungan partainya, pemimpin Aliansi Kiri, Suvi-Anne Siimes, memberikan dukungannya bagi kampanye Halonen.

Pada 19 November rapat dewan partai SDP diadakan. Halonen dipuji sebagai “presiden seluruh bangsa”, dan dipilih secara bulat sebagai kandidat presiden. Tak lama kemudian dewan partai Aliansi Kiri memberikan dukungan resmi partainya kepada Halonen.

Dukungan Halonen untuk masa jabatan kedua cukup kuat. Ia mendapatkan 46% suara dalam putaran pertama pemilu. Sauli Niinistö dari (Partai Koalisi Nasional’') di tempat kedua dengan 24% suara. Mereka saling berhadapan dalam putaran kedua pada 29 Januari 2006, yang dimenangkan Halonen dengan 51.8% suara.

Keluarga dan minat

Minat Presiden Halonen antara lain adalah sejarah seni, teater, dan berenang. Ia juga suka menggambar dan melukis, dan ia mempunyai dua ekor kucing, Miska dan Rontti. Selain berbahasa Finlandia, ia juga bisa berbahasa Swedia, Inggris, Jerman dan Prancis.

Pada 26 Agustus 2000, Presiden Halonen menikah dengan pasangannya, Dr Pentti Arajärvi, dalam sebuah upacara sipil di kediaman resminya, Mäntyniemi, setelah hidup bersama lebih dari 15 tahun. Anak perempuan Halonen, Anna, dan anak laki-laki Arajarvi, Esko, keduanya sudah dewasa, menjadi saksi mereka. Kedua anak itu mereka peroleh dari hubungan mereka masing-masing sebelumnya. Meskipun di Finlandia hubungan mereka bukan menjadi masalah, pernikahan ini memperjelas posisi Dr. Arajärvi di luar negeri.

Anna Halonen adalah anak Presiden Halonen dan bekas pasangannya, Kari Pekkonen. Saat ini ia belajar politik internasional di Universitas Kent di Canterbury, Britania Raya

Masalah homoseksual

Pada 1980-1981 Tarja Halonen menjabat sebagai ketua SETA (Seksuaalinen Tasavertaisuus RY, Kesetaraan Seksual), organisasi hak-hak asasi utama kaum gay dan lesbian di Finlandia. Ketika ia menjadi menteri kehakiman pada 1990, banyak harapan di antara para anggota SETA bahwa Halonen akan membela hak-hak kaum homoseksual, namun banyak kecewa ketika Halonen tampaknya tidak berbuat apa-apa untuk membela perjuangan mereka. [1]

Pada tahun 2003, sebuah insiden yang disiarkan luas terjadi ketika seorang anggota parlemen Tony Halme keliru karena menyebut Tarja Halonen seorang lesbian. Dalam sebuah wawancara radio, Halme menyebutkan latar belakangnya sebagai "anak jalanan", dan katanya: "Kita punya seorang lesbian sebagai presiden, dan saya sebagai anggota parlemen. Segala-galanya tampaknya mungkin.” [2] Meskipun Halme bermaksud menggambarkan mobilitas social lewat komentarnya, hal itu sering ditafsirkan sebagai penghinaan, baik oleh media maupun oleh kantor Halonen, yang mempertimbangkan tindakan hukum terhadap Halme. Belakangan Halme meminta maaf atas komentarnya karena keliru ditanggapi. [3]

Menurut biografi resminya yang terbit pada 2005, Halonen bersikap kritis terhadap beberapa sejumlah pegawai negeri Finlandia yang tidak disebut namanya, karena mereka gay atau lesbian namun tidak mau berterus-terang, dan berkampanye menuntut kesetaraan seksual. Ia menuduh kaum homoseksual yang bersembunyi ini memetik keuntungan dari jerih payah orang lain yang mengusahakan kesetaraan seksual, sementara mereka sendiri mau ikut berjuang.

Pranala luar


Didahului oleh:
Martti Ahtisaari
Presiden Finlandia
2000-
Diteruskan oleh:
masih menjabat