Jalan Raya Pos
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh AnsyahF (Kontrib • Log) 1244 hari 643 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Jalan Raya Pos (bahasa Belanda: De Grote Postweg atau De Groote Postweg, bahasa Prancis: La Grande Route) adalah jalan raya sepanjang 1.000 kilometer yang membentang di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, menghubungkan Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur. Jalan ini dibangun pada masa pemerintahan Gubernur-Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811).
Latar belakang
Pada 28 Januari 1807, Daendels diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda oleh Louis Bonaparte, adik Napoleon Bonaparte yang menjadi raja di Belanda saat terjadinya Peperangan Napoleon di Eropa. Salah satu instruksi Louis pada Daendels ketika menjadi Gubernur Jenderal adalah ia wajib memperhatikan sarana yang dapat memperbaiki nasib pribumi Hindia Belanda dan sesuai dengan kesepakatan para bupati pribumi. Maka, Daendels memutuskan untuk membuat jalan raya sebagai sarana yang cocok untuk itu.[1]
Tidak lama setelah ia mendarat di Anyer pada awal Januari 1808, Daendels segera melaksanakan perintah Louis Bonaparte untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Ia juga menerima perintah untuk memperhatikan sarana yang dapat memperbaiki nasib pribumi Hindia Belanda dan sesuai dengan kesepakatan para bupati pribumi. Maka, Daendels memutuskan untuk membuat jalan raya sebagai sarana yang cocok untuk itu.[1]
Dalam perjalanannya menuju Jawa, Daendels terpaksa harus melalui perjalanan darat ke Afrika melalui Prancis dengan jalan-jalan yang dibuat oleh Napoleon Bonaparte karena adanya ancaman Inggris di lautan. Perjalanannya ini mungkin memengaruhi Daendels untuk membuat jalan raya di Jawa.[2]
Pembangunan
Pada 29 April 1808, agar lebih mengetahui permasalahan di Jawa lebih lanjut, Daendels melakukan perjalanan dari Butenzorg ke Semarang dan ujung timur Jawa. Setibanya di Semarang pada 5 Mei 1808, ia mengeluarkan perintah untuk memperbaiki dan menghubungkan jalan-jalan desa yang telah ada sebelumnya. Karena keterbatasan biaya, Daendels hanya meratakan jalan dari Batavia ke Buitenzorg (kini Bogor) dan membangun petak jalan di Preanger. Sisanya, yaitu jalan dari Cirebon hingga Surabaya dikerjakan oleh para pejabat setempat.
Tahap pertama
Tahap pertama pembangunan jalan dimulai dari Buitenzorg ke Karangsambung (kini Kecamatan Tomo di Sumedang) melalui Cisarua, Cianjur, Rajamandala, Bandung, Parakan Muncang, dan Sumedang. Daendels menginstruksikan pada komisaris yang menangani urusan pribumi Hindia Belanda bahwa jalan harus dibuat selebar 2 Rijnlandse roede (~7.5 meter) dan dibangunkan tiang pada setiap 400 Rijnlandse roede (~1.5 kilometer) untuk menunjukkan jarak dan tujuan pemeliharaan jalan di antara distrik-distrik. Proyek ini diawasi oleh seorang kolonel zeni yang bernama Balthazar Friedrich Wilhelm van Lützow dengan bantuan dari Komisi Negara dan dua insinyur militer. Van Lützow kemudian menyerahkan sebagian pengerjaan, yaitu jalan Cisarua-Cianjur dan Parakan Muncang-Karangsambung, kepada dua insinyurnya. Masing-masing insinyur dibantu oleh dua bintara.[3][4]
Jumlah pekerja dan upah yang disediakan Daendels untuk membangun jalan ini dirinci sebagai berikut:[3]
Dari | Ke | Jumlah pekerja | Upah
(ringgit perak) |
---|---|---|---|
Cisarua | Cianjur | 400 orang | 10 per orang/bulan |
Cianjur | Rajamandala | 150 orang | 4 per orang/bulan |
Rajamandala | Bandung | 200 orang | 6 per orang/bulan |
Bandung | Parakan Muncang | 50 orang | 1 per orang/bulan |
Parakan Muncang | Sumedang | 150 orang | 5 per orang/bulan |
Sumedang | Karangsambung | 150 orang | 4 per orang/bulan |
Pada 28 Maret 1809, para pekerja dari Batavia dan Preanger yang membangun jalan antara Cianjur-Sumedang diberi bantuan berupa 1.5 pon beras setiap hari dan 5 pon garam garam setiap bulan hingga jalan selesai dibangun. Sehari kemudian, para pekerja juga diberi kapak dan peralatan lainnya. Kemudian, para pekerja dari Cirebon dan daerah vorstenlanden yang membangun jalan di Sumedang akan diberi upah dua ringgit perak setiap bulan ditambah tiga gantang beras. Sementara para mandor akan diberi upah tiga ringgit perak setiap bulan.[5]
Fungsi
Jalan Raya Pos adalah jalan militer yang dimaksudkan untuk memudahkan pengerahan tentara dan pasokan secara aman dalam rangka mempertahankan Jawa. Sebelum jalan ini dibangun, sekitar 1750 sudah ada jalan yang menghubungkan Batavia ke Semarang dan seterusnya ke Surabaya. Terlebih lagi, jalan yang menghubungkan Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta juga sudah ada pada waktu itu. Akan tetapi, hujan tropis yang deras seringkali menghancurkan jalannya.[2]
Selain untuk kepentingan militer, Jalan Raya Pos juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Jalan-jalan yang awalnya rusak membuat penduduk setempat harus membayar ongkos pengangkutan hasil buminya lebih mahal. Fungsi lainnya dari jalan ini adalah sebagai pos komunikasi yang saat itu dianggap berguna karena sulitnya komunikasi antara pemerintahan Daendels yang berkedudukan Batavia dengan daerah lainnya.[6]
Kota yang dilalui
Jalan Raya Pos menghubungkan beberapa kota besar di Jawa, yang meliputi Anyer, Serang, Tangerang, Batavia, Meester Cornelis (kini Jatinegara), Buitenzorg, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Rembang, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan Panarukan.
Film
Pada 1996, seorang produser asal Belanda, Pieter van Huystee, memproduksi film dokumenter De Groote Postweg (Jalan Raya Pos) dengan Bernie Ijdis sebagai sutradara dan penulisnya.[7] Film ini diputar di beberapa gedung bioskop di Belanda, Italia dan Prancis. Pramoedya Ananta Toer mengisi narasi untuk film ini.[8]
Lihat pula
- Jalur Pantura
- Jalan Raya Pos, Jalan Daendels, buku karya Pramoedya Ananta Toer
- Jalan Raya Pos di IMDb (dalam bahasa Inggris)
Referensi
- Catatan kaki
- ^ a b Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan 2008, hlm. 16-18.
- ^ a b Nas & Pratiwo 2002, hlm. 709.
- ^ a b Chijs 1895, hlm. 700-701.
- ^ Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan 2008, hlm. 5-7.
- ^ Chijs 1895, hlm. 702.
- ^ Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan 2008, hlm. 18.
- ^ "Jalan Raya Pos/De Groote Postweg". Nederlands Film Festival (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-16.
- ^ Ijdis, Bernie. "The Great Post Road". Peter van Huystee Films. Diakses tanggal 2021-07-16 – via YouTube.
- Bibliografi
- Chijs, Jacobus Anne van der (1895). Nederlandsch-Indisch plakaatboek, 1602-1811, vertiende deel 1804-1808. Den Haag: Martinus Nijhoff.
- Nas, Peter J. M.; Pratiwo (2002). "Java and De Groote Postweg, La Grande Route, the Great Mail Road, Jalan Raya Pos". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. 158 (4): 707–725. ISSN 0006-2294.
- Tim Ekspedisi Kompas 200 Taoen Anjer Panaroekan (2008). Ekspedisi Anjer-Panaroekan: Laporan Jurnalistik Kompas (200 tahun Anjer-Panaroekan, jalan untuk perubahan). Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-391-4.