Pembicaraan:Suku Karo


Komentar terbaru: 3 tahun yang lalu oleh HaidirAndiNovianto pada topik Batak?

Batak?

Artikel ini cukup bagus. Tetapi mengapa tidak membicarakan bahwa Suku Karo adalah salah satu suku Batak? Bahkan aksara Karo adalah salah satu varian Surat Batak. Meursault2004 10:36, 7 Januari 2006 (UTC)

Ada banyak versi yang memang mengatakan kalau Suku Karo itu berasal dari Suku Batak. Tapi banyak juga versi yang mengatakan bahwa tidaklah demikian, terutama bersumber dari penuturan orang tua-tua dulu. Seperti misalnya ada buku mengatakan bahwa Suku Karo itu berasal dari sekelompok orang (pasukan) yang dipimpin oleh seorang panglima dari Kerajaan India yang bertugas merebut daerah daerah baru, yang menimbang tanah di daerah asalnya dan hanya berhenti apabila tanah baru yang mereka taklukkan nanti memiliki kesamaan berat dan unsur seperti tanah asalnya. Atau juga ada tulisan yang menyatakan bahwa marga Sembiring merupakan orang pendatang asli dari India, berwarna gelap sehingga disebut Si Mbiring (Si Hitam) dan akhirnya bersatu dan menjadi satu marga dan masuk ke dalam klan suku karo. Itulah sebabnya mereka tetap memakai nama daerah asalnya sebagai marga, mis: Sembiring Brahmana, Depari, Colia, Meliala dsb. Thus, tanah Karo atau lebih tepatnya desa seberaya yang adalah kampung orang Sembiring dulu pernah menjadi pusat kebudayaan Hindu terbesar di Sumatera, tapi apakah benar benar demikian? Hendrasembiring
Terima kasih atas masukannya, namun ini merupakan legenda. Menurut literatur ilmiah tetap saja suku Karo merupakan bagian dari sukubangsa Batak. Meursault2004 09:25, 15 April 2006 (UTC).

+ menambah info" seputar suku BATAK ialah suku atau klan yg bermukim di sekitar wilayah danau TOBA.seperti simalungun,Pakpak,Tapanuli,Mandailing dan Toba. sedangkan Karo mendiami wilayah pegunungan2.dari segi bahasa Tapanuli,Toba,simalungun,Mandailing dan pakpak lebih mirip 1 dengan lainnya.bandingkan dengan bahasa Karo yg begitu banyak perbedaannya dengan klan2 yg disebut diatas.pengaruh Karo juga sampai ke ACEH bag selatan tanah gayo,terlihat dari nama kota dan tempat yg terdapat dan msh di pakai sampai hari ini seperti Blang kejeren,kuta cane,blang pidie.itu membuktikan pengaruh klan karo yg begitu luas hingga keluar asalnya.

begitu juga dengan kebudayaannya seperti alat musik,kain,warna yg begitu berbeda dengan klan yg disebut diatas.alat musik karo lebih kecil dibanding dengan alat2 musik tradisiona klan-klan diatas,seperti gendang karo yg kecil dan hanya 2 buah,sedangkan klan2 Toba memiliki gondang 9.lklan-klan diatas dominan dengan warna hitam baik itu di kain dan rumah adatnya yg dipengaruhi warna tanah humus daerah danau Toba.sedangkan Karo dominan dengan warna merah dan kuning emas seperti warna tanah leluhurnya.walau pun msh ada beberapa persamaan seperti kepala kerbau di atas rumah adat,gambar CICAK didinding rumah adatnya.ini karena dipengaruhi hewan2 yg ada didaerah sumatera utara. nah jika Karo sama dengan Batak seharusnya juga memiliki fisik yg nyaris sama,tetapi kenyataanya berbeda.dan nada kata2nya juga berbeda.jika klan2 seputar danau Toba memiliki fisik,dan tekanan nada suara yg sama wajar jika diklompokkan dalam klan BATAK.jika ada berbicara menggunakan litelatur atau bahan dr buku n karya orang lain itu bukan lah hal yg falit.tetapi hanya pandangan penulisnya.contoh| dahulu dikatakan bahwa nenek moyang bangsa indonesia berasal dr hindia belakang.dan pendapat itu masuk kepelajaran sekolah.kenyataannya nenek moyang kita sudah mengembara sejak 10000 tahun yg lalu. jd buku bukanlah hal yg falit.boleh jika sebagai bahan referensi,tetapi gunakan akal kita u mencernanya nya.tetapi jgnlah itu membuat kita jd terpecah,kita 1 nusa dan sebangsa.perbedaan pasti ada ditiap2 manusia..semoga perbedaan itu menjadikan kita indah dimata dunia.Queen Samura 2014

suku karo bukan bagian dari suku batak anda jangan mengada-ngada tidak mungkin anda lebih tau, daripada kami orang karo, nenek moyangkami yang berkata kepada kami, tentang sejarah asal usul orang karo. Bobi Ginting, 30 September 2012
Suku Karo memang benar bukan bagian dari Batak, dan secara ilmiah suku Batak tersebut tidak dapat dibuktikan Meruntuhkan Batak. Orang Karo lahir lebih dulu daripada si Raja Batak Fosil

Saya adalah pengguna yang berketurunan Suku Karo. Saya juga telah melakukan riset dengan orang Karo itu sendiri dengan langsung berinteraksi terhadap masyarakat Karo itu sendiri bahwa Karo bukan Batak dan mereka sangat mempertentangkan hal itu. Saya sangat memahami bahwa di Wikipedia sendiri mempunyai Kebijakan bahwa semua artikel haruslah ditulis dari sebuah sudut pandang yang netral. Dengan menambahkan referensi terpercaya bahwasannya Karo Bukan Batak maka hal itu tidak melanggar Kebijakan Wikipedia itu sendiri. Mohon kepada Pengguna:27christian11 untuk tidak melakukan pengembalian suntingan dengan melabeli Suku Karo dengan embel-embel Batak. Jika anda menghargai sesuatu pendapat, alangkah baiknya untuk langsung melakukan riset lebih jauh tentang Suku Karo dengan berinteraksi langsung kepada mereka, bukan dengan hanya ego dari pendapat sendiri. Salam. HaidirAndiNovianto (bicara) 28 Juli 2021 11.20 (UTC)Balas

Orang Karo

Artikel diatas sangat berguna untuk mengetahui lebih dalam tentang suku Karo. Daerah orang Karo itu memang lebih luas dari batas batas kabupaten yang digariskan oleh pemerintah di jaman Belanda dan pemerintah Indonesia sekarang. Batas batas yang diciptakan oleh pemerintah pemerintah itu hanya berlatar-belakangkan pertimbangan administrasi, politik, keamananan serta ekonomi belaka. Fakta menunjukkan bahwa banyak orang Karo yang hidup dan tinggal didaerah daerah Kabupaten Dairi, Simalungun, Deli Serdang, Langkat, dan kabupaten kabupaten lainnya disekitar kota Medan sejak dahulu kala. Orang Karo yang tinggal di kabupaten kabupaten sekitar kota Medan oleh orang Karo dikenal sebagai orang Karojahe.

Istilah Karojahe mempunyai makna yang tersendiri. Orang orang Karojahe tinggal diluar daerah Kabupaten Karo sekarang. Pada umumnya mereka tinggal didaerah daerah kabupaten sekitar kota Medan. Tapi yang membuat mereka disebut Karojahe adalah karena seringkali mereka mereka ini telah dipengaruhi oleh kehidupan dan kebudayaan non-Karo. Mereka tidak bisa berbahasa Karo dengan baik. Mereka tidak menggunakan adat Karo yang semestinya dalam bertutur kata dan bergaul sesama orang Karo. Pada umumnya orang Karojahe tidak banyak menerapkan adat istiadat Karo. Mereka ini tidak dapat dipersalahkan. Keadaan ini terjadi karena mereka terdesak oleh pengaruh kebudayaan kebudayaan baru yang dibawa oleh para pendatang kedaerah mereka.

Penulis pernah bekerja menggali pasir di daerah Patumbak (1980), kira kira 15 km dari kota Medan yang termasuk Kabupaten Deli Serdang. Kami diantara pekerja sering bercakap cakap tentang banyak hal. Dari percakapan percakapan penulis dengan beberapa warga setempat penulis sempat tercengang mendengar keterangan mereka. Mengetahui penulis berasal dari orang Karo, mereka mengatakan bahwa sebenarnya mereka juga keturunan orang Karo. Ketika penulis menanyakan marga, seorang diantaranya berkata: " Kalau tidak salah, Barus " jawabnya. Alangkah ironisnya. Begitu dahsyatnya pengaruh kebudayaan luar itu sampai sampai marga sendiripun bisa lupa. Karena tinggal disekitar orang orang pendatang yang berbahasa lain, lambat laun mereka melupakan marga dan bahasa daerah asli mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka bukan pendatang didaerah tersebut. Mereka juga mengakui bahwa begitu banyak orang orang pendatang yang berdatangan kedaerah mereka untuk tingal dan menetap disitu.

Sewaktu penulis masih duduk dibangku sekolah di Sidikalang dan Kabanjahe, penulis mengetahui bahwa banyak anggota Kodim Sidikalang dan Kodim Tanah Karo mempunyai marga Karo tapi jarang malah tidak bisa berbahasa Karo samasekali. Banyak pula mereka itu berasal dari Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Binjai dan sekitarnya. Seorang bekas petinggi militer di Sidikalang yang bermarga Ginting hanya bisa berbahasa Karo sepenggal sepenggal. Anak seorang anggota CPM Kodim Sidikalang yang kebetulan teman sekolah penulis di Sidikalang tidak bisa berbahasa Karo samasekali. Kedua orang tua teman saya itu adalah orang Karo. Mereka berasal dari Kabupaten Deli Serdang. Karena masih kecil, penulis tidak bisa mengerti mengapa dia tidak bisa samasekali. Penulis juga berbahasa Melayu kalau diluar rumah, tapi saya banyak mendengar bahasa Karo dirumah dan mampu bekomunikasi seadanya dalam bahasa Karo. Tapi sekarang saya bisa mengerti bahwa banyak orang orang Karojahe itu yang tidak bisa berbahasa Karo sama sekali.

Menanggapi tulisan Sdr. Hendra Sembiring, penulis ingin menyampaikan sedikit pendapat bahwa orang Karo adalah penduduk asli daerah sepanjang Bukit Barisan Pulau Sumatera dan daerah daerah sekitar pegunungan Sumatera Utara dan Aceh. Keberadaan suku Karo terlepas dari adanya orang orang Karo yang bermarga Sembiring dengan submarga bernuansa India. Sebaliknya, keberadaan orang Karo bermarga Sembiring dengan latar belakang unsur unsur dari India (bila terbukti dan diterima secara umum), membuktikan bahwa adat istiadat Karo itu telah begitu tua dan berakar kuat dimasyarakat Karo sejak dahulu kala sehingga orang orang pendatang baru, dengan catatan berteknologi lebih tinggi karena mampu mengharungi lautan luas, harus dengan rela mengakui dan mengadaptasi adat dan tradisi itu demi suatu kehidupan yang harmonis dengan orang orang asli setempat.

Saya sependapat dengan tulisan tulisan yang dibaca oleh saudara Hendra Sembiring yang diantaranya bahwa banyak orang Karo bermarga Sembiring memiliki ciri tubuh yang sama dengan orang orang India. Ini mungkin terjadi karena memang mereka merupakan keturunan imigran dari India yang tinggal didaerah tersebut diatas. Oleh karena tuntutan adat-istiadat dan tradisi, mereka dinaturalisasi menjadi masyarakat Karo dengan marga Sembiring dan nama nama daerah asal mereka di India diambil sebagai submarga.

Bila dikemudian hari kelak kita dapat membuktikan bahwa ada orang Karo bermarga Sembiring yang leluhurnya berasal dari India, tidak berarti bahwa orang orang Karo lainnya juga berasal dari India. Orang Karo lainnya tetap merupakan orang Karo sebagai penduduk asli (indegenous)pegunungan pegunungan Sumatera Utara dan Aceh sekarang. Orang Karo asli akan masih mengakui marga Sembiring sebagai bagian dari orang Karo seperti yang telah mereka lakukan turun temurun. Marga Sembiring adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Karo. Karena sudah dapat dipastikan para imigran dari India itu banyak memiliki keturunan yang dilahirkan oleh wanita wanita Karo setempat. Keturunan mereka itu adalah orang Karo juga adanya.

Suatu bangsa tidak bisa menjadi besar bila masih terdapat perbedaan pendapat, kesalah-pahaman, dan perseteruan diantara penduduk bangsa tersebut. Orang Indian di Amerika tidak mampu bertahan dan hidup sebagai bangsa yang bersatu karena perang suku yang berkelanjutan. Contoh lainnya, sebelum menjadi bangsa yang paling berjaya di permukaan bumi ini, bangsa Amerika harus mengalami perang saudara (civil war) yang begitu memilukan dimana ratusan ribu orang Amerika tewas dalam peperangan ini. Orang orang Amerika dari Utara dan Selatan saling melenyapkan karena perbedaan pendapat tentang perbudakan orang orang hitam di bagian Selatan benua Amerika.

Penulis tidak hendak menyamakan kenyataan diatas dengan perbedaan marga Sembiring dan marga Karo lainnya dimana peperangan merupakan salah satu penyelesaiannya. Tidak samasekali. Tapi untuk menjadi besar dan bersatu perbedaan pendapat diantara orang Karo itu harus dihilangkan. Penulis berpendapat bahwa dalam kasus merga Sembiring ini, tugas dan tanggung jawab moral terbesar bertumpu pada orang orang marga Sembiring untuk menyelidiki kebenaran yang mengatakan bahwa marga Sembiring itu berasal dari India. Mereka harus mampu mengajukan suatu pernyataan dimana mereka dapat menjelaskan siapa mereka sebenarnya. Mereka harus bisa mengambil suatu keputusan: apakah mereka masih rela menjadi orang Karo bila ternyata memang leluhur mereka berasal dari India. Suatu tantangan yang berat bagi orang orang marga Sembiring. Penulis yakin bahwa banyak orang marga Sembiring yang mampu menjawab tantangan diatas secara jujur dan bertanggung jawab.

Sekedar masukan bagi marga Sembiring, saudara Hendra Sembiring memperoleh informasi bahwa kampung Seberaya, kecamatan Tigapanah dahulu kala pernah menjadi pusat kebudayaan Hindu. Kalau kita menilik lebih jauh pengaruh sebuah idiologi, agama, atau kebudayaan yang disebarkan diluar daerah dimana idiologi, agama dan kebudayaan itu dilahirkan maka kita bisa melihat suatu kecenderungan bagi daerah yang terkena pengaruh itu untuk memakai simbol simbol, atribut, istilah atau nama nama yang berlatar-belakangkan asal usul tradisi dan kebudayaan baru itu.

Ambil contoh nama seseorang di Philipina, Fernandez, sebuah nama yang populer di Spanyol. Dia bukan keturunan Spanyol samasekali. Tapi karena pengaruh kebudayaan Spanyol di Philipina sangat kuat, maka jadilah dia bernama Fernandez. Amir, yang berarti Pemimpin Masyarakat di Timur Tengah menjadi nama seorang tetangga saya di Medan karena pengaruh kebudayaan Timur Tengah begitu kuat di keluarga tetangga saya ini.

Mungkinkah penomena diatas melanda marga Sembiring di Seberaya dijaman kerajaan Hindu ketika itu ? Karena mereka bagitu mengagungkan kebudayaan Hindu maka sebagian dari mereka memakai nama nama daerah India dibelakang merga Sembiring mereka. Karena begitu besarnya pengaruh kebudayaan Hindu itu dikalangan orang orang marga Sembiring dijaman itu maka merekapun mengkultuskan nama nama daerah India sebagai submarga. Janganlah heran kalau hal itu dilakukan oleh marga Sembiring karena pada umumnya orang Karo mempunyai kebiasaan kebiasaan seperti itu dalam hal pemberian nama. Coba simak nama nama ini: Motor Tarigan, Senjata Karo Karo, Nasib Ginting, Mangsi Ginting, Buku Kaban dst..dst.

Sebuah kebudayaan baru harus diajarkan kepada penerimanya oleh guru guru yang ahli dibidangnya. Kebudayaan Hindu diajarkan di Seberaya oleh sebagian guru guru yang berasal dari India tentunya. Karena lama tinggal di Seberaya, mereka menikahi wanita wanita setempat. Oleh karena pengaruh guru guru ini, sebagian orang marga Sembiring menambahkan nama nama daerah India dibelakang nama marga mereka tapi mereka bukan keturunan India. Sebagian memang mungkin keturunan guru guru ahli kebudayaan Hindu itu.

Penulis berpendapat bahwa hypotesis diatas mengandung kebenaran dengan alasan alasan diantaranya bahwa tidak semua orang marga Sembiring berciri tubuh orang India. Seorang kawan sekolah penulis di Berastagi, Bantu Sembiring Pandia yang berasal dari Seberaya berpostur lebih mirip orang Vietnam ketimbang orang India. Lihatlah disekitar anda apakah semua marga Sembiring bertampang bintang film Bollywood, India ? Tidak bukan ?. Jadi tidak logislah adanya kalau kita memperkirakan bahwa semua marga Sembiring dengan submarga India mempunyai pertalian darah dengan orang orang India.

Adanya keturunan ahli ahli kebudayaan Hindu dari India di Indonesia pada umumnya dan di masyarakat Karo khususnya bukan merupakan suatu kejutan. Banyak orang Bali perpostur tubuh lebih mirip dengan orang India ketimbang orang Melayu yang cenderung berhidung pesek, klimis tak bercambang dan tak berkumis lebat seperti banyak orang Bali. Mereka memang keturunan ahli ahli kebudayaan Hindu yang bekerja di kerajaan kerajaan Jawa Hindu. Leluhur mereka melarikan diri kepulau Bali karena terdesak oleh kerajaan kerajaan Jawa lainnya. Di Bali mereka menetap dan mempunyai banyak keturunan dari wanita wanita setempat. Jumlah keturunan guru guru kebudayaan Hindu di daerah Karo tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan jumlah keturunan guru guru kebudayaan Hindu di Bali karena pulau Bali memang merupakan pusat agama Hindu di Indonesia. Sudah barang tentu jumlah mereka cukup besar disana. Jadi masuk akalah kiranya kalau sebagian orang marga Sembiring mempunyai leluhur yang berasal dari India.

Suatu hal lagi yang ingin penulis sampaikan kepada orang Karo, ahli ahli antrophology, para peneliti kebudayaan dan sejarahwan dimanapun anda berada: Berhentilah berpolemik, berdebat dan bersilang pendapat tentang asal usul orang Karo itu. Mencari asal usul orang Karo sama dengan mencari yang tidak ada; ndarami silalit kata orang Karo. Sampai kapanpun tidak akan ditemui. Mencari asal usul orang Karo sama saja dengan mencari asal usul orang Jawa, Afrika, Cina, Eropah, Arab dlsb yang telah tinggal didaerahnya masing masing sepanjang zaman seiring dengan perubahan dan pergolakan yang dialami oleh bumi ini. Paling tidak, mari kita sepakat mengatakan bahwa orang Karo adalah penduduk asli daerah daerah tersebut diatas sampai pembuktian yang dapat membuktikan sebaliknya dapat dipertunjukkan.

Terimakasih dan maaf bila ada hal hal yang tidak berkenan dihati anda tentang tulisan ini.

Oleh: Mangsi Gintings

Tanggapan: mgint0@uky.edu.com (– komentar tanpa tanda tangan oleh 128.163.103.49 (bk).)

Berbagai klaim tentang asal-usul suku2 Tapanuli ini sangat menarik sebagai bahan kajian antropologi molekular. Teknik-teknik biologi molekular dapat digunakan untuk membantu memperjelas situasi persebaran warga di wilayah Aceh dan Sumatera Utara serta asal-usulnya. Tinggal apakah kita serius untuk menjawab pertanyaan2 tadi karena berarti harus ada sponsor untuk pendanaan penelitian tersebut dan orang yang mampu menelitinya. Salam untuk semua kontributor. Saya sangat senang dengan informasi2 yg diberikan. Kembangraps 13:57, 23 Januari 2007 (UTC)

Batak Karo

Saya pindahkan halaman ke Suku Batak Karo karena Suku Karo adalah salah satu sub-suku batak. tolong jangan diganti kembali.. 27christian11 (talk) 01:43, 30 March 2011 (UTC)

Dear Bung Christian,
Ada dualisme dalam pemakaian istilah Batak oleh bung Christian. Jika memang konsisten dengan kata Batak, maka semua hal yang berhubungan dengan Batak haruslah seragam ATAU terdapat penjelasan tentang masing-masing subsuku tersebut. Tetapi yang saya lihat, ada banyak halaman yang memakai kata Batak tetapi konteksnya campur baur dan CENDERUNG ke Toba/Humbang/Silindung/Samosir. Bagaimana dengan suku yang lain? Jika memang bung Christian konsisten, suntinglah semua halaman yang ada pembahasan tentang Bataknya dan buatlah isinya dari masing-masing sub Batak tersebut walaupun saya pribadi sebagai orang karo jelas lebih suka disebut dengan orang karo saja, tanpa embel-embel batak. Tetapi jika kecenderungan pada wikipedia tersebut akhirnya membuat kebingungan dan salah persepsi orang Indonesia tentang suku-suku di Sumatera Utara seperti mengatakan "horas" kepada "mejuah-juah" kami suku karo, mengatakan "ulos" kepada "uis" kami, mengatakan "lae" kepada "silih" kami, mengatakan "pariban" kepada "impal" kami, mengatakan "lapo" kepada "kedai" kami, mengatakan "tulang" kepada "mama" kami, dan masih banyak lagi, maka ada baiknya bung Christian mengedukasi publik dengan membuat pembahasan yang sejelas-jelasnya dalam sebuah halaman dan tidak cenderung mengacu ke Toba/Humbang/Silindung/Samosir. Demikian masukan dari saya bung Christian, mohon maaf jika ada kata yang salah. Bung Christian dapat menghubungi saya via email keanggotaan saya jika bung Christian butuh bantuan untuk penjelasan tentang suku karo di halaman-halaman yang rancu dan campur baur tersebut.
Terima Kasih
Andry Bangun 27 September 2011
orang karo itu bukan bagian/sub dari batak
memang banyak yang berkata seperti anda, tapi kalau dilihat dari bahasa, logat, adat istiadat, dan semuanya berbeda
hanya saja ada sedikit kesamaan, dan karena daerahnya juga berdekatan, maka kebanyakan orang menganaggap suku batak toba dengan suku karo itu, sama
nama saya Bobi merga saya Ginting, saya sangat tidak setuju kalau saya dikatakan orng batak,
kalau disama-samain, memang bisa sama orang batak toba dengan suku karo, karna kalau di sama2in binatang dan tumbuhan juga sama, sama2 makan, tapi kalau kita menyebut sebatang anjing, sungguh sangat janggal ngedengarnya, gitu juga dengan batak karo – komentar tanpa tanda tangan oleh Bobi ginting (bk). 2 September 2012

Judul artikel

Untuk menghindari perang pengalihan, saya telah mengembalikan ke versi paling awal halaman ini, yaitu dengan judul "Suku Karo". Mohon jangan ada yang mengalihkan halaman ini hingga dibicarakan dan ditemukan kesepakan tentang penamaan judul artikel ini. Pihak yang berpikir judulnya seharusnya tetap "Suku Karo" silakan meninggalkan komentar, sementara yang berpikir judulnya seharusnya diganti menjadi "Suku Batak Karo" juga dipersilakan menyampaikan pendapatnya, dengan disertai referensi masing-masing. Halaman tidak akan dilindungi dari pengalihan, tetapi apabila ada yang mengalihkan tanpa ada kesepakatan terlebih dahulu, maka halaman ini selanjutnya akan dilindungi supaya tidak bisa dialihkan. Bagi yang berdiskusi, silakan membahas subjek yang bersangkutan, to the point, dan harap jangan melenceng jauh dari pokok diskusi. Komentar yang panjang dan bertele-tele akan disunting oleh saya sebagai moderator. Karena saat ini judulnya sudah "Suku Karo", mohon yang pro dengan judul ini tidak perlu berkomentar dulu, sementara yang tidak setuju, silakan memulai diskusi di bawah ini. ‑Bennylin bicara 19.46, 18 April 2013 (WIB)

gondang 9

gondang 9 bukan termasuk budaya klan toba atau batak akan tetapi budaya dari tano mandailing godang. mandailing bukan bagian dari toba atau "batak" Amri nasution (bicara) 5 Februari 2016 11.53 (UTC)Balas

Perubahan artikel

Saya menemukan bahwa telah terjadi beberapa kali pembatalan revisi (revert) dalam artikel ini dan mungkin perlu dilihat dan diperiksa oleh pengguna yang lebih memahami konteks artikel ini. @Syahh Ar meminta saya untuk menandai terperiksa, tetapi saya belum dapat melakukannya saat ini karena keterbatasan pengetahuan saya. Mohon maaf.

Saya pikir barangkali @27christian11 bisa membantu dan menjelaskan alasan suntingannya tidak diterima untuk dapat diperbaiki/disempurnakan. Trims, ··· 🌸 Rachmat04 · 8 Juli 2021 02.21 (UTC)Balas

Terima kasih Saudara Rachmat04 atas waktu dan kesempatannya.
Sebelumnya saya mohon maaf atas kesibukan di dunia nyata, sehingga saya baru bisa menyampaikan penjelasan saya perihal pembatalan revisi artikel ini.
Langsung saja saya terjun membahas Elephant in the room perihal polemik penggunaan kata "Batak" diantara suku-suku di Sumatra Utara, tidak terlepas Suku Karo. Pro dan Kontra atas penyematan kata "Batak" pada Suku Karo (dan juga suku-suku lainnya) dewasa ini kian alot, baik di dunia nyata maupun maya. Wikipedia tidak terluput menjadi platform perdebatan tersebut, terlihat jelas pada halaman pembicaraan artikel ini perbedaan pendapat tersebut juga nyata adanya.
Pada penjelasan ini, saya tidak akan mencoba menguraikan tentang persamaan maupun perbedaan antara "Karo" dan "Batak", Sebab hal tersebut hanya akan menciptakan panggung debat diantara ribuan lainnya yang telah ada. Persamaan yang dimiliki "Karo" dan "Batak" sungguh sangat banyak, oleh karenanya mereka disandingkan bersama. Perbedaan yang dimiliki "Karo" dan "Batak" juga tidak kalah banyaknya, sehingga tidak sedikit yang menolak.
Pesan yang ingin saya pertegas dan yang terutama pada penjelasan ini adalah: Wikipedia harus tetap menjunjung netralitas pada konten artikelnya. Maka bila diaplikasikan pada artikel ini, harus mewakili argumen dari pihak yang Pro-"Batak" dan juga yang Kontra-"Batak". Tidak boleh berisikan nilai-nilai yang bias terhadap sudut pandangan tertentu sehingga mengakibatkan mutu dari artikel yang berat sebelah.
Perihal polemik kata "Batak" yang disematkan diantara suku-suku di Sumatra Utara memang alot keberadaannya, Sehingga bila ada yang ingin memperdalam topik tersebut saya terbuka untuk kolaborasi. Saya telah lama berencana membuat artikel mengenai hal tersebut namun oleh karena keterbatasan waktu dan sumber yang kredibel maka hal tersebut belum dapat direalisasikan.
Seperti Saudara ketahui, Saya telah bertahun aktif mengunjungi berbagai daerah di Provinsi Sumut (bukti dan dokumentasi ada pada halaman Commons saya), daerah dimana orang dari suku-suku yang terlibat dalam polemik penyematan kata "Batak" ini tinggal. Saya telah berinteraksi langsung dan berdiskusi mengenai topik yang sangat "hangat" ini. Berangkat dari pengalaman saya tersebut dapat saya sampaikan Pro dan Kontra ini sungguh nyata adanya. Terakhir, telah lebih dari sepuluh tahun saya berkontribusi di WBI dan artikel-artikel seputar topik ini juga telah lama masuk dalam daftar pantauan saya. Dalam setiap suntingan saya selalu berusaha agar konten yang saya muat bersifat netral. Bila ada yang kurang berkenan, saya terbuka untuk berdiskusi.
Sekian penjelasan saya perihal asalan saya melakukan pembatalan revisi yang berulang, ada beberapa alasan lain yang juga ingin saya sampaikan, namun saya urungkan agar penjelasan ini tidak terlalu panjang dan bertele-tele. Bila argumentasi ini ingin diperdalam maka saya berkenan untuk menyampaikannya.
Terima kasih sekali lagi. Salam hangat..... 27christian11 (bicara) 19 Juli 2021 18.26 (UTC)Balas
Terima kasih, @27christian11, atas penjelasannya. Saya cukup mengerti tentang keadaan ini, tetapi saya–jika tidak keberatan–ingin juga mendengar penjelasan dari sisi @Syahh Ar. Barangkali ada pendapatnya yang menjelaskan perubahan yang dilakukan. Salam, ··· 🌸 Rachmat04 · 21 Juli 2021 03.54 (UTC)Balas
Saudara Rachmat04, mungkin sudah diketahui bahwa @Syahh Ar (dan 3 akun lain) telah diblokir atas Investigasi pengguna siluman/Hdryn. Beberapa jam yang lalu, @Erlangga Aditya menghubungi saya melalui laman pembicaraan saya guna menyelesaikan perselisihan perihal perang suntingan yang saat ini terjadi, namun kami tidak menemukan titik temu dikarenakan perbedaan pendapat.
Asumsi saya @Erlangga Aditya adalah orang yang sama dengan @Syahh Ar maupun 3 akun lain yang telah diblokir berdasarkan pola suntingan dan intensi yang sama yaitu ingin menghapus segala hubungan/sangkut-paut antara "Karo" dan "Batak", hal tersebut dapat dibuktikan dari suntingannya di artikel: ini, Suku Batak, Sumatra Utara, Kota Medan, Suku Batak Toba, Suku Angkola, dan lainnya.
Berikut saya lampirkan hasil dari percakapan antara saya dan @Erlangga Aditya yang barangkali bisa diterima sebagai penjelasan dari ybs:


Karo

Akhir2 ini banyak terjadi perang suntingan, dikarenakan pelabelan Batak pada suku Karo. Saya melihat banyak user anonim yang mengubahnya terus menerus. Maka ini tak bisa dibiarkan saja, jika seperti itu akan terus terjadi. Agar tak seperti itu, maka hentikan suntingan anda yang berat sebelah. Kita harus netral agar tidak ada kesalahpahaman. Artikel suku Karo pun awalnya tidak dilabeli label Batak. Sekian, salam Erlangga Aditya (bicara) 22 Juli 2021 15.13 (UTC)

Saya telah menyunting di Wikipedia selama lebih dari sepuluh tahun dan sudah lama memantau artikel Suku Karo. Anda sebaiknya telusuri fakta sebelum mengatakan artikel Suku Karo tidak pernah dilabeli label Batak, sejak dahulu label "Batak" telah ada dan tiada pada halaman tersebut dikarenakan perbedaan pendapat yang pro dan kontra para penyunting. Untuk saat ini seluruh penyebutan bagi orang Karo pada artikel tersebut tidak memakai label "Batak" guna mengurangi perang suntingan.
Perang suntingan yang saat ini terjadi dikarenakan satu kata yang menyebut "Batak Karo", dan yang merupakan kata sandingan untuk judul artikel. Lantas bagaimana mungkin dari satu kata tersebut menyebabkan seluruh konten artikel menjadi berat sebelah?
Anda mungkin adalah seorang yang kontra terhadap pelabelan "Batak" pada Suku Karo sama seperti banyak orang lainnya, saya tidak memiliki masalah dengan itu, semua orang bebas berpendapat. Namun anda perlu ketahui bahwa banyak juga yang pro terhadap pelabelan "Batak" pada Suku Karo. Sangat banyak publikasi resmi dari pemerintah yang memberi label "Batak" pada Suku Karo, dari segi linguistik juga Bahasa Karo dikategorikan sebagai Rumpun Bahasa Batak. "Ke-Batak-an" tersebut juga dinyatakan masyarakat Karo sendiri, terbukti pada nama Gereja terbesar bagi Suku Karo, yaitu Gereja Batak Karo Protestan dimana kurang-lebih 1/3 dari penduduk Suku Karo merupakan umat gereja tersebut.
Sungguh sangat banyak sumber yang saya bisa sajikan kepada anda yang menyatakan korelasi yang dimiliki antara "Karo" dan "Batak" , salah satu nya adalah berita ini[a] dan begitu juga dengan anda mungkin dapat menyajikan hal-hal yang berhungungan dengan penolakan label "Batak" pada Suku Karo. Saya tidak mau terlibat dengan hal tersebut, sudah terlalu banyak debat dan argumen yang saya saksikan perihal polemik yang sukar ini, dan saya tidak ingin halaman pembicaraan ini menjadi platform bagi saya dan anda untuk berdebat.
Fakta yang tidak bisa disembunyikan bahwasanya label "Batak" telah lama diasosiasikan pada Suku Karo dan telah menyebabkan perbedaan pendapat dimana kedua sisi saling memiliki argumen yang kuat. WBI sebagai ensiklopedia yang menjunjung kebijakan sudut pandang netral harus mampu menghasilkan artikel perihal "Suku Karo" yang mengakomodir pandangan dari Pro-Batak dan Kontra-Batak. Maka melangkah dari kebijakan tersebut, dalam judul artikel kata "Karo" disandingkan dengan "Batak Karo". Jika anda baca artikel secara keseluruhan, kata "Batak Karo" nihil tertulis kecuali pada judul tersebut, oleh sebab itu saya sangat bingung terhadap statement anda yang menyatakan satu-satunya kata "Batak Karo" membuat artikel secara keseluruhan berat sebelah.
Saya harap anda memahami sepenuhnya apa yang saya sampaikan pada pesan ini agar perang suntingan pada artikel Suku Karo dan artikel-artikel lainnya dapat berakhir. Salam 27christian11 (bicara) 22 Juli 2021 16.37 (UTC)
  1. ^ Berita ini dipublikasikan oleh Diskominfo Provinsi Sumut tentang Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengapresiasi deklarasi Kerukunan Puak Batak (termasuk Suku Karo) pada tahun 2019
Artikel awal suku Karo tidak pernah dilabeli Batak, sebelum kata Batak disematkan pada etnis Karo tidak ada pertengkaran dan perang suntingan seperti ini, saya melihat riwayat suntingan suku Karo juga tidak ada yang pernah melabeli Batak, saudara suku Batak saja tidak ada yang melabeli Batak, hanya anda saja. Pada saat artikel itu dilengkapi oleh seseorang dan ditinjau oleh pengurus datanglah anda menyematkan label batak. Semenjak itulah perang suntingan terjadi, saya harap agar tidak terus terjadi maka berhentilah. Tindakan anda dapat membuat konflik ini tak berakhir, bahkan bisa lebih parah. Saya harap anda mengerti dengan apa yang saya sampaikan, terimakasih. Erlangga Aditya (bicara) 22 Juli 2021 16.57 (UTC)
Bukankah "suku Karo" saja sudah termasuk sudut pandang netral? Saya rasa itu benar, karena orang pun sudah tau, bahwa artikel seperti tentang suku Melayu, suku Sunda atau suku yang lain pun terkadang suatu subsukunya tidak ditulis label suku pokoknya. Menurut saya tidak masalah akan hal itu, itulah sudut pandang yang netral sebenarnya Erlangga Aditya (bicara) 22 Juli 2021 17.01 (UTC)
Saya tidak ingin berdebat kusir dengan anda. Menurut saya anda belum sepenuhnya memahami perihal netralitas dan sudut pandang netral. Ada baiknya sekali lagi saya tekankan netralitas dalam artikel tersebut adalah yang mengakomodir pandangan dari Pro-Batak dan Kontra-Batak.
Guna menghemat perselisihan pendapat, silakan merujuk pada Riwayat Revisi Artikel Suku Karo untuk tiap perubahan label "Batak" pada artikel tersebut.
Sedikit argumen tambahan, pada Mesin pencari web Google saya mencari kata kunci "Batak Karo" (dengan tanda kutip) dan menemukan sekitar 462.000 hasil, kemudan saya mencari kata kunci "Suku Karo" (dengan tanda kutip) dan menemukan 101.000 hasil. Ini juga merupakan salah satu alasan mengapa pada judul artikel kata "Suku Karo" disandingkan dengan "Batak Karo" guna memberikan penjelasan bahwa kedua subjek adalah sama.
Sekian, salam. 27christian11 (bicara) 22 Juli 2021 17.45 (UTC)

Saya sama sekali tidak mengajak berdebat dengan Anda, tetapi saya hanya menekankan itu saja. Kasus Karo ini sama seperti suku Kangean dan Madura, Kangean bagian dari suku Madura, mereka awalnya suku Madura tapi sudah berasimilasi dengan suku lain.. tetapi mereka tetap Madura dan di banyak artikel juga menjelaskan bahwa mereka Madura, tapi sayangnya tidak sedikit orang Kangean yang menolak secara tegas bahwa Kangean adalah Madura, Kangean ya Kangean (ujarnya). Saya kemarin sempat melihat pertengkaran dan perang suntingan di artikel Kangean karena melabeli semua suku Kangean dengan label Madura. Anda bisa melihat artikel tsb dan riwayatnya. Terlepas dari benar atau tidaknya mereka bahwa mereka adalah Madura, tetapi kita harus menghormati sebagian besar orang yang kontra. Kasus ini sama seperti suku Karo, Kangean dengan Madura sangat serupa tetapi Karo dengan Batak saya lihat tidak ada yang signifikan kemiripan mereka. Kita harus menghargai yang kontra juga, karena tidak sedikit yang kontra, sebagian besar orang khususnya dari suku Karo itu sendiri sekarang kontra akan hal ini, sekian. Terimakasih, salam Erlangga Aditya (bicara) 22 Juli 2021 18.19 (UTC)


Pada titik ini saya mengasumsi perang suntingan masih akan terus belanjut hingga ada intervensi dari para pengurus yang memiliki wewenang untuk memediasi maupun mengambil suatu kebijakan perihal perkara ini. With all due respect, saya mematuhi segala kebijakan yang ada dalam Wikipedia, dan saya juga memahami perang suntingan ini dapat berimplikasi yang kurang baik kepada rekam jejak saya disini-yang tidak saya inginkan untuk terjadi. Maka dari itu, saya memohon agar menilik perkara ini. Justifikasi dari tindakan saya telah saya uraikan pada laman pembicaraan ini juga pada diskusi saya dengan @Erlangga Aditya yang saya lampirkan. Rekam jejak saya di WBI juga dapat ditelusuri bahwa salah satu concern saya adalah pengembangan artikel seputaran topik ini. Bilamana ada kesalahan saya mohon petunjuk agar saya bisa berbenah. Perkara ini sudah terjadi sekitar satu bulan lamanya dan kian runyam bila tidak segera diselesaikan. Terlebih bagi saya pribadi cukup merasa jenuh menghadapinya setiap hari.
Sekian dari saya, Terima kasih. Salam 27christian11 (bicara) 22 Juli 2021 21.04 (UTC)Balas

Etnis Karo

Pelabelan Batak merupakan pengaburan identitas bagi etnis Karo, kita harus menghormati orang yang sebagian besar kontra akan hal ini. Menurut saya artikel ini cukup ditulis Karo saja, bukan Batak Karo. Salam Hegi sqd (bicara) 26 Juli 2021 06.53 (UTC)Balas

Saya menghormati pandangan anda sebagaimana setiap orang berhak untuk bebas berpendapat. Wikipedia adalah ensiklopedia yang menerapkan netralitas pada tiap artikelnya. Searah dengan argumen anda, kita juga harus menghormati "orang yang sebagian besar pro akan hal ini". Maka dari itu, kata "Batak" disandingkan hanya pada judul artikel, sedang pada isi artikel tidak disematkan guna meminimalisir pro-kontra akan polemik ini. Silakan juga merujuk pada pembicaraan diatas (sebelum topik ini) perihal pembahasan yang lebih lanjut. Terima kasih. 27christian11 (bicara) 26 Juli 2021 16.43 (UTC)Balas
Kembali ke halaman "Suku Karo".