Bias implisit
Bias implisit merupakan tindakan, pemikiran, dan penilaian seseorang terhadap suatu kelompok tertentu berdasarkan ras, agama, kelas sosial, jenis kelamin dan yang lainnya bukan perdasarkan kemampuan dan kepribadianya.[1] Bias adalah penilaian pribadi yang tidak berdasar atau penyimpangan pemikiran dan prasangka.[2] Sementara itu, implisit didefinisikan sebagai serangkaian proses tindakan atau yang tidak bisa disimpulkan secara langsung melalui kesadaran mawas diri.[3] Bias implisit juga bisa diartikan sebagai kecenderungan untuk menilai seseorang atau kelompok sosial tertentu tanpa alasan yang jelas atau hanya berdasar pada stereotip. Oleh karena itu, bias implisit disebut juga dengan implisit stereotipe.
Bias implisit juga disebut dengan bias tidak sadar karena merupakan tindakan stereotip sosial terhadap kelompok orang tertentu yang dibentuk olehindividu di luar kesadaran mereka sendiri. Individu ersebut memegang keyakinan bawah sadar tentang berbagai kelompok sosial dan identitas, dan bias ini berasal dari kecenderungan seseorang untuk mengatur dunia sosial dengan mengkategorikan berdasar hal-hal tertentu.[4]
Bias implisit dapat mempengaruhi perilaku sekelompok orang dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan mengenai bias implisit menjadi ranah pembahasan bagi berbagai disiplin ilmu termasuk neurosains dan psikologi. Memori seseorang yang melibatkan saraf otak mendorong untuk melakukan suatu tindakan. Berdasarkan pandangan ilmu psikologi, bias implisit dilakukan oleh seseorang tanpa disengaja atau di luar kesadaran atas perbedaan prasangka yang mengakibatkan perilaku dan penilaian sosial.[3]
Epistimologi
Epistimologi bias implisit erat kaitannya dengan tiga hal yaitu: pengetahuan diri, skeptisisme, dan dilema etis.
Pengetahuan diri
Bias implisit dilakukan di luar kesadaran pemikiran seseorang hal ini terjadi atas beberapa sebab antara lain keadaan mental, ketidakpahaman seseorang akan suatu hal, dan ketidaksadaran bahwa bias implisit tersebut memiliki dampak bagi seseorang untuk berperilaku. Namun sebenarnya, seseorang sadar akan suatu penilaian terhadap objek namun belum percaya sepenuhnya jika belum terbukti keabsahan atas penilaian tersebut. Kesadaran seseorang akan suatu bias implisit bisa dilakukan dengan cara introspeksi diri atau mencari bukti dari berbagai sumber lain yang relevan.[5]
Skeptisisme
Bias implisit memiliki efek kekhawatiran skeptis pada suatu persepsi. Contoh dari bias implisit yang melibatkan skeptisisme adalah hubungan "pria kulit hitam" dan "senjata". Persepsi bahwa pria kulit hitam yang cenderung lebih mudah memiliki senjata dari pada pria kulit putih mengakibatkan perilaku seseorang yang akan menilai objek ambigu yang dipegang oleh pria berkulit hitam adalah senjata api. Kasus bias implisit ini pernah terjadi seperti pada kasus penembakan polisi terhadap pria kulit hitam tanpa senjata yaitu Oscar Grant dan Amadou Diallo.[5] Oscar Grant ditembak dari arah belakang di sebuah peron kereta api saat terjadinya perkelahian. Penjelasan dari kejadian fatal tersebut memancing emosi publik sebab otoritas mengatakan kejadian tersebut tidak sengaja dilakukan, petugas awalnya ingin mengeluarkan senjata kejut listrik namun malah pistol yang terambil.[6] Sementara itu, Amadou Diallo meninggal setelah ditembaki beberapa kali oleh polisi. Polisi meyakini Amandou Dialo merupakan tersangka pemerkosaan dan membawa senjata namun ternyata di sakunya hanya terdapat dompet.[7] Kedua peristiwa tersebut merupakan buah dari bias implisit yang berakibat fatal, persepsi yang salah terhadap seseorang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan yang ternyata keliru.
Dilema etis
Bias implisit menciptakan konflik antara tujuan etis. Dilema seputar bias implisit berasal dari stereotip yang tidak dapat dihindari hingga cara kategorisasi sosial menjadi dasar kapasitas kognitif kita. Seseorang yang mengingkari stereotip sosial umumnya karena alasan etis, hal demikian menciptakan konflik antara hal yang kita ketahui dan hargai. Pengetahuan sosial yang dimiliki seseorang akan mengurangi dilema etis dari suatu bias implisit.[5]
Contoh kasus
Bias implisit mengacu pada sikap, reaksi, stereotip, dan kategori bawah sadar yang memengaruhi perilaku dan pemahaman. Kasus bias implisit terjadi di berbagai lingkup seperti kesehatan, pendidikan, dan sosial masyarakat.
Kesehatan
Dalam dunia kesehatan, bias implisit terjadi antara dokter, perawat, dan pasiennya. Tenaga medis memanifestasikan bias implisit ke tingkat yang sama seperti populasi umum. Karakteristik berikut yang dipermasalahkan adalah ras/etnis, jenis kelamin, status sosial ekonomi, usia, penyakit mental, berat badan, pengidap AIDS, pasien cedera otak yang dianggap berkontribusi terhadap cedera mereka, pengguna narkoba suntik, disabilitas, dan keadaan sosial. Karakteristik sosio-demografis dokter dan perawat misalnya jenis kelamin, ras, jenis pengaturan perawatan kesehatan, pengalaman bertahun-tahun, negara tempat pelatihan medis diterima memiliki korelasi dengan tingkat bias seseorang dalam dunia kesehatan.[8] Bias implisit mengacu pada sikap tidak sadar dan stereotip yang dipegang terhadap orang lain. Dalam pengaturan perawatan kesehatan, ketika ide-ide tentang pasien dibuat karena asosiasi bawah sadar daripada individualitas orang itu, itu dapat menyebabkan perawatan yang buruk.[9]Berikut adalah contoh bias implisit dalam dunia kesehatan[10]:
- Pasien non-kulit putih menerima lebih sedikit intervensi kardiovaskular dan lebih sedikit transplantasi ginjal.
- Wanita kulit hitam memiliki kemugkinan meninggal yang lebih besar setelah didiagnosis menderita kanker payudara.
- Pasien non-kulit putih lebih kecil kemungkinannya untuk diberi resep obat nyeri (non-narkotika dan narkotika).
- Laki-laki kulit hitam cenderung tidak menerima kemoterapi dan terapi radiasi untuk kanker prostat dan lebih mungkin untuk pengangkatan testis.
- Pasien dengan kulit berwarna cenderung disalahkan karena terlalu pasif tentang perawatan kesehatan mereka.
Bias implisit pada lingkup kesehatan juga terjadi selama pandemi Covid-19 di Amerika. Dampak pandemi Covid-19 tidak proposional pada orang-orang dengan kulit selain putih melibatkan bias implisit yang berkontribusi dalam kesenjangan sosial. Pada awal Januari 2021, 1 dari 595 penduduk asli Amerika, 1 dari 735 orang kulit hitam Amerika, dan 1 dari 1.000 orang Amerika Latin meninggal karena COVID-19, dibandingkan dengan 1 dari 1.030 orang kulit putih Amerika. Keadaan struktural di komunitas Kulit Hitam dan Latin – seperti ketidaksetaraan perumahan, akses ke perawatan kesehatan, kesempatan kerja yang terbatas, dan kemiskinan – dapat menjelaskan kematian di luar rumah sakit yang jauh lebih tinggi karena COVID-19 di antara komunitas-komunitas ini. Data tersebut mengharuskan diadakannya penilitian mengenai bias implisit dalam pemberian layanan kesehatan.[9]
Sosial masyarakat
Salah satu kasus bias implisit yang pernah terjadi adalah penangkapan dua orang kulit hitam di salah satu kedai Starbucks yang dianggap telah masuk tanpa ijin dan dicurigai sebagai pelaku kriminal. Seorang pegawai kedai menelepon polisi atas prasangk tersebut. Namun, setelah dilakukan penelusuran ternyata dua orang pria tersebut tidak terbukti bersalah dan hanya menunggu seorang rekan bisnis. Mereka pun akhirnya dibebaskan.[11] Peristiwa tersebut berasal dari prasangka tak sadar yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.
Perilaku-perilaku yang disebabkan oleh bias implisit juga terjadi di lingkungan kerja. Contoh-contoh bias yang tidak sadar yang ada dalam lingkungan kerja yaitu: Seseorang yang dilewatkan untuk promosi berdasarkan usia, ras, agama, orientasi seksual, kecacatan, atau jenis kelamin mereka (bukan karena alasan berdasarkan pekerjaan), tidak mempekerjakan seseorang karena mereka memiliki tato atau tindik badan (meskipun ini tidak akan mempengaruhi peran mereka), hanya berteman dengan orang-orang dari RAS yang sama, memberikan nilai lebih pada rekan yang dekat, serta tidak mengundang seseorang ke acara sosial/pembangunan tim karena kekhawatiran atas ketidakmampuan mereka dalam ambil bagian di kegiatan.[12]
Dalam kehidupan masyarakat, implisit bias berdampak pada pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk mengakses air bersih, pembuangan air, trotoar, penerangan jalan, serta hak-hak beraktivitas di tempat publik seperti taman dan transportasi umum. Kaum minoritas yang tinggal di perbatasan menghadapi masalah kesenjangan hak-hak sosial yang diperoleh.[13]
Pendidikan
Problema bias implisit menjadi perhatian di dunia pendidikan. Kekejaman atas perbedaan RAS dalam pemberian nilai, pengskorsan, dan kelulusan masih menjadi judul berita utama pada halaman media. Pemberian hukuman dan pelabelan buruk bagi seorang siswa memandang warna kulit dna RAS mereka. Jika impisit bias terjadi pada suatu kelas maka akan mempengaruhi perilaku guru di kelas, tendensi untuk memberikan penilaian akhir atau hasil belajar yang berbeda pada siswa dengan kemampuan yang sama, serta proses belajar dan mengajar itu sendiri.[14]
Berikut adalah contoh-contoh implisit bias yang terjadi di sekolah:[15]
- Pendidik berasumsi bahwa peserta didik mengetahui cara bertanya atau meminta bantuan kepada mereka, meskipun begitu peserta didik yang justru menghadapi masalah akademik justru lebih canggung dan sedikit untuk meminta bantuan.
- Pendidik berasumsi bahwa peserta didik yang berasal dari latar belakang dan kelompok sosial tertentu memiliki kemampuan yang berbeda, sebagai contoh pendidik menganggap siswa dari kalangan tertentu puas terhadap pencapaian belajar yang rendah.
- Pendidik beranggapan bahwa peserta didik dengan kemampuan bahasa aksen tertentu memiliki kemampuan yang kurang dalam menulis.
- Peserta didik dengan kemampuan menulis yang rendah dianggap memiliki kemampuan intelektual yang rendah pula.
- Pendidik memperlakukan peserta penyandang cacat fisik seolah-olah mereka juga memiliki cacat mental, dan dengan demikian membutuhkan lebih banyak perhatian.
- Peserta didik yang berafiliasi dengan kelompok identitas tertentu dapat diperlakukan sebagai ahli dalam masalah yang terkait dengan kelompok tersebut.
- Pendidik berasumsi bahwa peserta didik paling baik berhubungan dengan karakter sejarah, kontemporer, atau fiksi yang menyerupai mereka secara demografis.
- Peserta didik dari kelompok tertentu diharapkan memiliki gaya partisipasi tertentu seperti pendiam, argumentatif, dan berorientasi agenda.
Penyebab
Implisit bias dipicu oleh otak secara otomatis yang menghasilkan respon dan penilaian yang cepat. Perilaku implisit bias dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman pribadi, stereotip masyarakat dan konteks budaya. Bukan hanya tentang jenis kelamin, etnis atau karakteristik keragaman lain yang terlihat mendominasi seperti berat badan, nama, dan banyak hal lainnya juga dapat memicu implisit bias.[16] Selain itu, implisit bias terbentuk dari pembawaan karakter individu serta cara pandang dalam menghadapi situasi tertentu.[17]
Implisit bias mendorong seseorang secara tak sadar untuk berperilaku. Terlepas dari seberapa benar keyakinan seseorang terhadap sesuatu, setiap orang memiliki tingkatan bias bawah sadar yang berbeda artinya individu secara otomatis menanggapi orang lain misalnya orang dari kelompok ras atau etnis yang berbeda dengan cara yang positif atau negatif. Asosiasi-asosiasi ini sulit di kesampingkan dan tertanam dalam pikiran individu tersebut[18]
Pengaruh
Bias implisit dapat menimbulkan efek positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Kedua efek tersebut akan memengaruhi seseorang dalam mengambil suatu keputusan. Informasi yang diperoleh dari pikiran alam bawah sadar manusia menjadi dasar seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Oleh karena itu, individu menganggap tindakan yang ia lakukan tidak merugikan orang lain namun tanpa ia sadari, tindakan tersebut melukai hati seseorang.[19]
Bias implisit dalam dunia kesehatan memiliki pengaruh buruk pada pengalaman pasien dengan tenaga medis. Seperti halnya, pasien mengalami diskriminasi berdasarkan warna kulit. Diskriminasi implisit semacam ini mengakibatkan rasa kurang percaya dan enggan berhubungan dengan institusi medis. Selain itu, bias implisit dapat membatasi seberapa baik pasien memahami kesehatannya. Misalnya, tenaga medis membatasi p penjelasan konsep medis secara terperinci karena bias implisit mereka memberi tahu mereka bahwa pasien tidak memiliki literasi kesehatan untuk sepenuhnya terlibat dengan perawatannya. Tenaga medis yang dalam bias implisitnya menganggap pasien tertentu kurang mampu dalam finansial untuk pembayaran perawatan khusus dapat mengurangi kemungkinan pasien mendapatkan kedalaman perawatan medis yang mungkin dia butuhkan.[20]
Bias implisit dapat memengaruhi hubungan dan interaksi antar individu. Salah satu akibat dari bias implisit adalah mikro agresi atau perundungan secara terselubung dalam wujud penghinaan verbal atau nonverbal halus atau pesan yang cenderung merendahkan seseorang. Hal tersebut didasarkan pada aspek-aspek tertentu dari identitas misalnya, seksualitas, agama, atau gender. Individu tersebut bahkan tidak menyadari bahwa hal demikian merupakan suatu penghinaan halus, mereka menganggap hal tersebut wajar. [21] Contoh dari penghinaan verbal secara halus yaitu menanyakan hal berikut:
- Sebenarnya kamu berasal dari mana?
- Kamu memiliki rupa yang menawan untuk orang yang berasal dari sukumu?
- Kamu berbeda dari orang kulit hitam lainnya?
- Kamu bertindak tidak seperti orang-orang dari sukumu?
Tipe
Mengetahui jenis bias implisit yang ada pada diri seseorang dapat menguranngi dampak buruk dari bias itu sendiri. Oleh karena itu, tipe-tipe bias implisit berikut sangat penting untuk diketahui.
Bias afinitas
Bias afinitas yaitu bagian dari bias implisit yang merupakan kecenderungan seseorang melakukan suatu tindakan berdasarkan persamaan tertentu misalnya suku, minat, pengalaman, usia, jenis kelamin, dan latar belakang pendidikan. [22][23]
Bias Konfirmasi
Bias konfirmasi merupakan bias dalam pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan berdasarkan keinginan, keyakinan, dan prasangka pribadi dari pada prestasi individu itusendiri.[23]
Bias Atribusi
Bias atribusi adalah penilaian atau pemahaman tentang perilaku seseorang berdasarkan pengalaman interaksi dan observasi yang telah individu lakukan dengan orang tersebut yang membentuk persepsi.[24]
Bias konformitas
Bias konformitas yaitu kecenderungan untuk melakukan tindakan yang mirip dengan orang-orang yang ada di lingkungan mereka berdasarkan keyakinan dan keistimewaan personal mereka, bias konformitas dikenal juga dengan istilah tekanan teman sebaya.[23]
Pencegahan
Bias implisit akan mengakibatkan respon negatif atau bahkan kekeliruan dalam bertindak oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan yang dilakukan dengan penerapan strategi individu dan kelembagaan.
Strategi individu
Dampak negatif bias implisit dapat dicegah dan diatasi melalui strategi individu, seperti berikut ini[25].
- Meningkatkan kesadaran diri yaitu dengan mengikuti tes bias implisit atau Implicit Association Test (IAT) guna mengetahui tingkatan bias implisit yang ada pada pemikiran individu.
- Memahami sifat alamiah bias merupakan suatu hal yang penting. Strategi kategorisasi yang memunculkan bias implisit adalah aspek kognitif normal manusia. Memahami konsep penting ini dapat membantu individu memahami bias individu itu sendiri dengan cara yang lebih terinformasi dan terbuka.
- Menyempatkan untuk berdiskusi, khususnya dengan orang-orang yang berasal dari latar belakang berbeda. Berbagi masalah mengenai bias yang kita pikirkan dapat membantu orang lain untuk merasa lebih aman dalam memahami bias mereka sendiri secara lebih luas. Namun diskusi tersebut perlu dilakukan di tempat yang aman. Individu juga harus terbuka terhadap perspektif dan sudut pandang alternatif.
- Meminimalkan bias implisit dengan melakukan diskusi dan sesi pelatihan yang mempromosikan literasi bias dengan menggunakan konsep dan teknik yang tersusun dengan tepat.
Selain itu implisit bias yang negataif dapat dicegah melalui hal-hal berikut.[26]
- Fokus dalam mengatur emosi, mengenali pengalaman pribadi yang dapat membentuk perspektif, menyimpulkan sesuatu berdasarkan fakta bukan asumsi, serta mengubah frustrasi menjadi rasa keingintahuan.
- Mempelajari individu lainnya dengan cara memahami pengalaman mereka yang membentuk suatu perspektif, mempertimbangkan cara mereka melihat suatu situasi dan hal apa yang mereka anggap penting, menimbang dampak bagi mereka sebelum kita melakukan suatu tindakan tindakan.
- Melakukan dialog mendalam dengan cara mengajukan pertanyaan terbuka, dengarkan pendapat mereka dan hindari perdebatan, mengutarakan pandangan kita terhadap sesuatu tanpa niat melakukan pembelaan ataupun memulai perselisihan, menguraikan dampak dari niat, serta hindari menyalahkan individu dan pikirkan tentang kontribusi.
- Bentangkan pilihan untuk mencari solusi alternatif, fleksibel terhadap perbedaan cara pandang untuk mencapai tujuan umum, cari beragam perspektif, serta jangan ragu untuk bereksperimen sosial dan mengevaluasinya.
Strategi kelembagaan
Masalah bias implisit tidak hanya melibatkan individu saja namun juga komunitas bahkan kelembagaan oleh karena itu perlu pencegahan yang dilakukan secara legal oleh kelembagaan. Berikut adalah penerapan strategi kelembagaan dalam pencegahan implisit bias[25]:
- Melakukan pengembangan indikator & hasil yang konkret dan objektif untuk perekrutan, evaluasi, dan promosi untuk mengurangi standar stereotip.
- Mengembangkan kriteria standar untuk menilai dampak kontribusi individu dalam evaluasi kinerja.
- Mengembangkan dan memanfaatkan wawancara terstruktur.
- Mengembangkan kriteria evaluasi secara objektif.
- Memfasilitasi lokakarya pelatihan bias implisit untuk semua konstituen.
- ^ Brownstein, Michael S.; Saul, Jennifer Mather (2016). Implicit Bias and Philosophy: Metaphysics and epistemology (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 24. ISBN 978-0-19-871324-1.
- ^ "Definition of BIAS". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-09.
- ^ a b Khan, Jonathan (2017). Race on the Brain. New York: Coloumbia University Press. ISBN 9780231184243.
- ^ "Unconscious Bias | diversity.ucsf.edu". diversity.ucsf.edu. Diakses tanggal 2021-07-10.
- ^ a b c Michael, Brownstein,. "Implicit Bias". plato.stanford.edu. Diakses tanggal 2021-07-09.
- ^ "Before Daunte Wright's death, a gun-Taser mix-up was blamed for another police killing: Oscar Grant at Fruitvale Station". Washington Post (dalam bahasa Inggris). ISSN 0190-8286. Diakses tanggal 2021-07-09.
- ^ "Police fired 41 shots when they killed Amadou Diallo. His mom hopes today's protests will bring change". www.cbsnews.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-09.
- ^ FitzGerald, Chloë; Hurst, Samia (2017-03-01). "Implicit bias in healthcare professionals: a systematic review". BMC Medical Ethics. 18. doi:10.1186/s12910-017-0179-8. ISSN 1472-6939. PMC 5333436 . PMID 28249596.
- ^ a b Williams, Zinaria (2021-01-14). "Racial Bias in Medicine a Barrier to Covid Health Equity". USNews. Diakses tanggal 2021-07-10.
- ^ "Implicit bias in health care". www.jointcommission.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-10.
- ^ "Implicit Bias". Ethics Unwrapped (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-10.
- ^ "Dealing with unconscious bias in the workplace". reed.co.uk (dalam bahasa Inggris). 2020-09-04. Diakses tanggal 2021-07-11.
- ^ Levinson, Justin D.; Smith, Robert J. (2012-04-23). Implicit Racial Bias Across the Law (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 27–28. ISBN 978-1-107-01095-6.
- ^ Benson, Tracey A.; Fiarman, Sarah E. (2020-07-22). Unconscious Bias in Schools: A Developmental Approach to Exploring Race and Racism (dalam bahasa Inggris). Harvard Education Press. hlm. pratinjau 26. ISBN 978-1-68253-371-0.
- ^ "Awareness of Implicit Biases | Poorvu Center for Teaching and Learning". poorvucenter.yale.edu. Diakses tanggal 2021-07-11.
- ^ "Unconscious bias". Imperial College London (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-11.
- ^ Fuller, Pamela; Murphy, Mark; Chow, Anne (2020-11-10). The Leader's Guide to Unconscious Bias (dalam bahasa Inggris). Simon & Schuster UK. hlm. pratinjau bagian 6. ISBN 978-1-4711-9591-4.
- ^ "Unconscious bias and implicit bias : Toolkit : ... : Centre for Higher Education and Equity Research (CHEER) : University of Sussex". www.sussex.ac.uk. Diakses tanggal 2021-07-11.
- ^ "Bias Implisit, Bias yang Tak Pernah Anda Sadari Melekat pada Diri". Hello Sehat. 2020-06-16. Diakses tanggal 2021-07-26.
- ^ PatientEngagementHIT (2020-10-16). "What Is Implicit Bias, How Does It Affect Healthcare?". PatientEngagementHIT (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-27.
- ^ "Module 4: Implicit Bias & Microaggressions – Project READY: Reimagining Equity & Access for Diverse Youth" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-28.
- ^ "11 Harmful Types of Unconscious Bias and How to Interrupt Them (Blog Post)". Catalyst (dalam bahasa Inggris). 2020-01-02. Diakses tanggal 2021-07-28.
- ^ a b c "16 Unconscious Bias Examples and How to Avoid Them in the Workplace". Built In (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-07-29.
- ^ https://www.kscmp.org.uk/__data/assets/pdf_file/0015/115161/Unconscious-Bias2020_LBB.pdf
- ^ a b "Strategies to Address Unconscious Bias | diversity.ucsf.edu". diversity.ucsf.edu. Diakses tanggal 2021-07-12.
- ^ "Unconscious Bias". diversity.llnl.gov. Diakses tanggal 2021-07-28.