Peristiwa 2 September 1985

Revisi sejak 31 Juli 2021 00.50 oleh Lusia19 (bicara | kontrib) (Latar Belakang: memperbaiki ejaan)

Peristiwa 2 September 1985 merupakan sebuah peristiwa dimana Riau menegakkan kembali demokrasi di Indonesia. Peristiwa ini melibatkan banyak tokoh atau pihak di dalamnya, dapat dikatakan bahwa peristiwa 2 September 1985 sebagai sebuah peristiwa gerakan politik yang sangat penting bagi Riau dan juga dalam dinamika politik pada masa orde baru.[1] Gerakan politik yang menghendaki Ismail Suko sebagai gubernur Riau periode 1985-1990. Dimana gerakan politik ini merupakan gerakan perlawanan terhadap pemerintah pusat, yang pada saat itu menghendaki Imam Munandar menjadi gubernur Riau. Akan tetapi, anggota DPRD Riau tidak menghendaki Imam Munandar sebagai gubernur Riau, karena ada keinginan yang menjadi gubernur adalah putra daerah Riau yakni Ismail Suko.

Latar Belakang

Otoritas pemerintah pusat pada masa orde baru, dimana pemilihan Kepala Daerah tergantung pada pemerintah pusat. Calon Kepala Daerah yang akan diangkat sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh pemerintah pusat. Hal ini bertentangan dengan konsep demokrasi di Indonesia. Ditambah sikap para pejabat yang diangkat menjadi Kepala Daerah di Riau tidak disegani oleh masyarakat. Keinginan masyarakat agar putra terbaik daerahnya juga ikut menduduki jabatan strategis di institusi pemerintahan daerah. Namun, Kepala Daerah yang diangkat bukanlah putra daerah Riau, melainkan orang diluar daerah Riau dan atau militer. Karena itulah, ketika pemilihan gubernur Riau periode 1985-1990 diselingi dengan gerakan politik yang berusaha melawan pemerintah pusat. Seharusnya yang keluar sebagai pemilik suara terbanyak pada pemilihan gubernur Riau periode 1985-1990 adalah Mayjen TNI Purn. H. Imam Munandar, akan tetapi pada pelaksanaanya Drs. H. Ismail Suko yang mendapatkan suara terbanyak. Hal ini dilatarbelakangi oleh rendahnya simpati masyarakat terhadap Imam Munandar, ketika dia masih menjadi gubernur Riau periode 1980-1985. Dimana Imam Munandar tidak memprioritaskan putra daerah dalam pengisian jabatan Kepala Daerah Tingkat II Provinsi Riau. [2] Walaupun selama menjabat menjadi gubernur Riau, Imam Munandar juga senantiasa mendorong pengembangan dibidang pertanian masyarakat Riau, seperti pengembangan pertanian lahan gambut, perkebunan teknis, dan perkebunan hybrida.

Jalannya Peristiwa 2 September 1985

Pada September 1984, sejumlah tokoh masyarakat Riau mengadakan pertemuan rahasia di Hotel Aryaduta, kamar 104 untuk membahas pemimpin Riau kedepannya yang terdiri dari H. Mohammad Akil, dr. Muzni Tambusai, Drs. H. Samad Thaha, Drs. Baharudin Yusuf, Drs. H. Abdul Rivaie Rachman, Ir. Firdaus Malik, dan Dr. H. Muchtar Ludi, MA. Hasil dari pertemuan rahasia tersebut yakni sepucuk surat yang ditujukan kepada Presiden Soeharto. Terdapat lima hal yang dimuat dalam lampiran surat tersebut, yang membahas mengenai Gubernur Imam Munandar selama menjabat sebagai gubernur Riau. Sebagai bentuk mewujudkan aspirasi masyarakat Riau agar putra daerah pun dapat ikut serta dalam pengisian jabatan di institusi pemerintahan daerah, Ismail Suko ditetapkan sebagai calon gubernur Riau periode 1985-1990.

Pada tanggal 31 Agustus 1985, diadakan pertemuan dimalam hari dirumah Mohammad Adnan yang merupakan anggota F-KP H untuk mengatur strategi memenangkan Ismail Suko dalam pemilihan. Pada tanggal 2 September 1985, para anggota DPRD Tingkat I Riau mulai mengambil posisi masing-masing beserta tokoh masyarakat Riau lainnya untuk melaukan pemilihan gubernur. Calon gubernur tersebut terdiri dari tiga orang calon, antara lain nomor urut 1 Imam Munandar, nomor urut 2 Ismail Suko, dan nomor urut 3 Abd. Rachman Hamid. Dengan hasil akhir penghitungan suara 17:1:19, dimana Ismail Suko yang terpilih untuk menjadi gubernur Riau periode 1985-1990. Sehingga terwujudlah impian masyarakat Riau, putra terbaik Riau yakni Ismail Suko menjadi gubernur Riau periode 1985-1990. Dalam hal ini, tidak lepas dari peran Thamrin Nasution "panglima lapangan" dalam memenangkan pemilihan gubernur saat itu.

Tokoh-Tokoh Penting

  1. Drs. H. Ismail Suko (gubernur Riau periode 1985-1990)
  2. Mayjen TNI. Purn. H. Imam Munandar (gubernur Riau periode 1980-1985)
  3. Abd. Rachman Hamid (mantan wali kota Pekanbaru/pembantu gubernur Riau wilayah II)
  4. H. Mohammad Akil (anggota FKP DPR RI)
  5. dr. Muzni Tambusai (anggota FKP DPR RI)
  6. Drs. H. Samad Thaha (anggota FKP DPR RI)
  7. Drs. Baharudin Yusuf (Ketua Bappeda)
  8. Thamrin Nasution
  9. Drs. H. Abdul Rivaie Rachman
  10. Ir. Firdaus Malik
  11. Dr. H. Muchtar Ludi, MA
  12. dll.

Referensi

  1. ^ Asril (St.), Zaili (2002). Tragedi Riau menegakkan demokrasi: peristiwa 2 September 1985. Panitia Peringatan 17 tahun "Peristiwa 2 September 1985". 
  2. ^ Wati, Destra; Nopriyasman, Noriyasman; Samry, Wannofri (2020). "Riau Pasca Keluar Dari Sumatera Tengah 1957-1985". NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. 7 (1): 47.