Gong Gajah Mekhu
Gong[1] Gajah Mekhu ini merupakan simbol gong yang terdapat pada logo Lambang Lampung Gong Gajah Mekhu ini adalah Gong milik dari pada Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak. Gong Gajah Mekhu tersebut berbeda dibandingkan gong lainnya Sekilas bentuknya sama seperti gong pada umumnya. Gong tersebut diperlakukan berbeda dipergunakan khusus pada saat perhelatan adat yang sakral di istana dalam Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak. Gong gajah mekhu dijadikan sebagai benda pusaka Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, karena gong gajah mekhu tersebut di jadikan simbol Peradaban di tanah Lampung. Terdapat kepercayaan di masyarakat bahwa gong gajah mekhu yang terdapat di sekala brak merupakan pasangan “suami-istri”. Gong Gajah Mekhu sebagai yang besar “suami” karena memiliki berukuran lebih besar. Sementara itu, gong gajah mekhu yang kecil disebut sebagai istri karena berukuran lebih kecil. Gong gajah mekhu sendiri berfungsi dalam ritual perhelatan adat dan keagamaan, Simbol status sosial, isyarat perang, dan penunjuk arah mata angin.
Gong Ghana vadya
Gong termasuk didalam golongan idiophone[2] atau bahasa Sankritnya Ghana vadya. Gong sudah ada dari tahun Saka 1242/1330 M, Fungsi-fungsi gong didalam relief-relief itu adalah dipergunakan dalam medan perang. Dari berbagai kitab kuna seperti Kakawin Bharatayudha (ditulis di jaman Jayabaya sekitar 1157 M), Kitab Bhomakarya dari abad ke 12 dalam pupuh 102.8.9 dan dalam Smaradhana pupuh XXIX. 8 dari abad ke 13 M jelas bahwa gong terbuat dari [[Perunggu). Jadi gong telah dikenal dari kesusasteraan kuna setidaknya dari abad ke 9. Kemudian fungsi gong dipergunakan didalam medan perang, iringan dan upacara adat. Dalam medan perang dapat dipergunakan selaku pemberi semangat. Dalam iringan sebagai pemberi tanda dan dalam upacara sebagai tanda khidmat. Baru dalam kitab Bharatayudha jaman Kediri abad ke 12 disebut bahwa gong dimainkan bersama-sama dengan Gamelan. Di Tiongkok pada pemerintahan Raja Hsuan Wu pada tahun 500-516 M telah dikenal gong, yang saat itu disebut “Sha-lo” dan memiliki bunyi yang sangat keras jika dipukul. Asalnya dari His Yu, yaitu daerah antara Tibet dan Burma. Kemungkinan besar ada persamaan dengan gong di Korea (cing) dan di Assam (caro) menurut Sachs (Sachs 1940 ; 208).
Merunut penelitian Marcel ‘Dubois, India juga mengenal gong tetapi mendapat pengaruh dari Asia Tenggara yang mendapatnya pula dari Cina (Marcel Dubois 1941).
Cara pembuatan gong pada masa lampau yaitu dengan tehnik a cire perdue yang telah dikenal sejak periode pra-sejarah dalam pembuatan alat-alat dari perunggu. (Peter Ferdinandus 1986 ; 468). Disamping itu sejenis gong kecil yang lantang suaranya disebut CANANG, dipakai untuk penyampaian berita.[3] sebagainya.dianggap mempunyai tenaga gaib sehingga pantang dilangkahi dan pada puntilnya sebelah dalam disapukan Kapur. Canang sebangsa gong kecil untuk memanggil orang.[4]
Gallery
-
Gong Istana Gedung Dalom
-
Gamolan Istana Gedung Dalom
Lihat pula
Pranal luar
Referensi
- ^ https://www.jakarta.go.id/artikel/konten/1274/gong
- ^ http://repositori.kemdikbud.go.id/21591/1/X_Seni-Musik_KD-3.1_Final.pdf
- ^ Gong https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/15/195844469/jenis-alat-musik-berdasarkan-sumber-bunyinya?page=all#:~:text=Alat%20musik%20yang%20sumber%20bunyinya,%2C%20angklung%2C%20dan%20lain%20
- ^ https://www.blibli.com/friends/blog/alat-musik-gong-00/