Drs. H. Muchtar Hasan,S.H adalah Sekretaris Provinsi (Sekprov) Lampung pertama yakni di era Gubernur Zainal Abidin Pagar Alam. Drs. H. Muchtar Hasan,S.H, gelar Pangeran Indra Bangsawan memiliki sejarah karir yang paripurna. Meliputi birokrat hingga politisi dan salah satu pendiri pembukaan perguruan tinggi di Lampung[1]. PADA usia 35 tahun, ia sudah menjabat sebagai sekretaris daerah (sekda) Provinsi Lampung. Ia juga yang memelopori pembukaan tiga perguruan tinggi di Lampung. Dia mempelopori pembukaan Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Cabang Sriwijaya di Bandar Lampung, pendirian Fakultas Syariah dan Fakultas Tarbiyah Cabang IAIN Raden Fatah (Palembang) di Bandar Lampung, dan pendirian Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Lampung.

Tokoh Lampung
Berkas:Drs H Mochtar Hasan SH.jpg
Drs. H. Mochtar Hasan,S.H.
Informasi umum
Gaya arsitekturKerajaan Sekala Brak
KotaLampung
Negara

Kisah Sang Manuk Bekhuga dari Tanah Semaka

Pangeran Indra Bangsawan Drs. H. Muchtar Hasan,S.H.

Seorang pemimpin melahirkan pemimpin. Karakter dasar seorang pemimpin juga terbentuk dari nenek moyangnya yang juga seorang pemimpin. Di jaman dahulu, terbentuknya seorang pemimpin salah satunya hasil dari seleksi alam. Hasil sebuah pertarungan yang dimenangkan seseorang hingga akhirnya dia bisa menjadi pemimpin. Sosok Almarhum Drs. H. Muchtar Hasan,S.H. salah satu tokoh Lampung yang bergelar Pangeran Indra Bangsawan dari Kebandaran Rajabasa Semoung Tanggamus[2]. Almarhum Muchtar Hasan wafat pada 2 September 2019 di RS Cinere Jakarta pada usia 87 tahun. Almarhum merupakan ayah mertua dari PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H Atau ayah dari istri PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H yakni YM Puniakan Ratu Ir. Nurul Adiyati gelar Ratu Mas Itton Dalom Ratu Kepaksian Pernong. PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H menceritakan, Almarhum uochtar Hasan bergelar Pangeran Indra Bangsawan adalah generasi ke-12 di Kebandaran Rajabasa Semoung dari generasi pertama Pangeran Rasamenggala. “Beliau adalah generasi ke-12 dari generasi pertama Pangeran Rasamenggala. Mereka setelah mendirikan keadatan afiliasinya banyak berinteraksi dengan kerajaan Banten,” kata Pun Edward—sapaan PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. Terkait pidatonya yang cukup menggetarkan saat wafatnya Almarhum, dimana Pun Edward menyebutkan bahwa ‘Hari ini Sang Manuk Bekhuga dari Tanah Semaka telah wafat. Mudah-mudahan akan muncul Manuk-manuk Bekhuga lainnya yang juga Terbang Dimana-mana, Bertarung Dimana-mana, Menang Dimana-mana’. Pun Edward menyatakan ada kisah tersendiri mengapa Almarhum Mochtar Hasan disebut Manuk Bekhuga dari Tanah Semaka. “Banyak yang belum tahu, sejak dulu dari daerah Semaka Tanggamus ini telah memunculkan calon-calon kader. Seperti Akan (Ayah, Red) Muchtar Hasan dan Tabrani Daud. Beliau adalah orang-orang yang sudah sejak kecil sudah aktif di kepanduan aktif di kegiatan kemasyarakat dan kegiatan masalah kecintaan terhadap negeri. Seperti aktif di Pandu Hizbul Wathon,” terang PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. Selain itu, Muchtar Hasan juga tercatat sebagai seorang tentara pelajar. “Saat perang kemerdekaan, Akan Muchtar Hasan ini ikut memberikan mendukung masyarakat melawan penjajah. Diantaranya dengan memberikan dukungan kepada gerilyawan Indonesia sehingga Akan pun mendapat penghargaan sebagai veteran. Karena beliau juga sebagai tentara pelajar,” ungkap PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. Terkait awal mula sebutan Manuk Bekhuga Jak Semaka, imbuh mantan Kapolda Lampung itu, Akan Muchtar Hasan ini merupakan tokoh dari Semaka Tanggamus, Pesawaran, Pringsewu. Dikenal sejak kecil. Sampai menjadi sebagai Sekda Provinsi pertama sebagai Manuk Bekhuga Jak Semaka (Ayam Hutan dari Semaka). Istilahnya berkokok dimana-mana, bertarung dimana-mana dan jadi pemenang dimana-mana. Juga sangat disayang oleh masyarakat Tanggamus dan Pesawaran dulu saat masih menjadi satu dan belum pemekaran. Muchtar Hasan merupakan anak dari Pangeran Ibnu Hasan, tokoh dari Kebandaran Rajabasa Semoung. “Di Semaka, dulu 13 kebandaran dipegang 1 Saibatin. Secara umum mereka merupakan turunan dari dari Sekala Brak yang kemudian mendirikan 13 Kebandaran di Tanggamus dan Pringsewu. Inilah kemudian menjadi Kebandaran Rajabasa Semoung. Dikenal dengan masyarakatnya yang ganas. Karakter masyarakatnya yang temperamen ini membuat Belanda saat itu bahkan memberikan perhatian khusus,” terang PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. Salah satu contohnya adalah hampir meletusnya perang di Pesisir kala itu. Dimana ayahanda Muchtar Hasan yakni Pangeran Ibnu Hasan merupakan Saibatin di Kebandaran Rajabasa Semoung. Kala itu, Pangeran Ibnu Hasan tak mau mengambil cuki (pajak) yang tinggi dari rakyatnya. Hal ini membuat Belanda marah dan mengutus controllernya di wilayah setempat. Lalu digelarlah rapat untuk mempertanyakan hasil-hasil cuki. “Ternyata hasil cuki (pajak) dari Kebandaran Semoung ini kecil. Padahal masyarakatnya banyak. Sehingga pada waktu itu controller menegur. Bagaimana ini dari kebandaran Rajabasa Semoung kenapa kok hasil pajak tidak banyak? Kata Pangeran Ibnu Hasan, seperti dikisahkan oleh Akan Muchtar Hasan, panen banyak yang tidak jadi. Kebun juga tidak banyak yang tidak berbuah. Ini alasan Pangeran Ibnu Hasan karena tak mau mengambil pajak tinggi kepada rakyat saat itu. Namun controller mengatakan di tempat yang lain pajaknya besar-besar. Disebutkan oleh controller bahwa Pangeran Ibnu Hasan tak mampu sebagai seorang tokoh? Mendengar itu, Pangeran Ibnu Hasan langsung berdiri maju dan mencabut keris. Turun kamu controller jangan permalukan seorang Saibatin di Tanggamus. Maka keluarlah kalimat saat itu ‘Kusadang Kuesang’ (Kuselempangkan Ususmu Sekarang) sambil berdiri. Mendengar itu controller terkejut dan ketakutan. Saat itu ada polisi perak. Yakni polisi dari Madura segera berdatangan melerai. Rapat akhirnya disekors,” terang PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. Selanjutnya, para Saibatin dari 13 kebandaran lalu berkumpul semua di Kebandaran Rajabasa Semoung. “Kalau sampai ini Pangeran Ibnu Hasan diambil Belanda maka sepakat berperang, akan masuk hutan dan perang di sepanjang Pesisir. Maka sudah mulai kirim utusan naik kuda ke beberapa wilayah lain. Menyampaikan bahwa kemungkinan jika Pangeran Ibnu Hasan ditangkap, maka akan terjadi perang. Belanda mendengar ini pun ketakutan dan tak melakukan apapun. Termasuk tak berani menangkap Pangeran Ibnu Hasan,” tandas PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. Catatan sejarah ini ternyata juga ditemukan oleh Muchtar Hasan saat dia menjabat Kepala biro Hukum Depdagri. “Beliau melihat arsip catatan-catatan dari Belanda. Dimana daerah-daerah yang perlu diperhatikan khusus salah satunya daerah di Tanggamus tersebut. Salah satunya ternyata ayahnya yakni Pangeran Ibnu Hasan memang sudah diincar oleh Belanda, sebagai tokoh yang melawan Belanda. Artinya, di Rajabsa Semoung ini terkenal dengan orang yang kuat menjaga harga diri,” ungkap PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. Dari karakter kuat Pangeran Ibnu Hasan inilah kemudian menitis pada Muchtar Hasan. Dimana dia mampu muncul sebagai tokoh. “Termasuk yang bisa bersekolah di Bandar Lampung. Bahkan dulu disebut Manuk Bekhuga Jak Semaka. Ayah hutan dari Semaka. Diaman dia Terbang Dimana-mana, Bertarung Dimana-mana dan Menang Dimana-mana,” ujar PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. Pun Edward menambahkan, setelah sejarah panjang yang diukir Almarhum Muchtar Hasan, berakhir dengan menutup sejarah kehidupannya pada 2 September 2019. Dengan suara bergetar, Pun Edward menyatakan, Almarhum Muchtar Hasan menutup sejarahnya dengan kebaikan. “Insya Allah husnul khatimah. Insya Allah mewakili semangat kecerdasan, keberanian, serta kecintaan terhadap tanah air. Sang Manuk Bekhuga dari Semaka, Pengeran Indra Bangsawan, Saibatin Kebandaran Rajabasa Semoung Tanggamus semoga semangat kepemimpinannya selalu ada untuk kita,” pungkas PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H.[3] (DTA).

Muchtar Hasan, Meniti Karier di Tiga Zaman

PADA usia 35 tahun, ia sudah menjabat sebagai sekretaris daerah (sekda) Provinsi Lampung. Ia juga yang memelopori pembukaan tiga perguruan tinggi di Lampung. Dia mempelopori pembukaan Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi Cabang Sriwijaya di Bandar Lampung, pendirian Fakultas Syariah dan Fakultas Tarbiyah Cabang IAIN Raden Fatah (Palembang) di Bandar Lampung, dan pendirian Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Lampung. Tahun 1962, Wali Kota Bandar Lampung H. Zainal Abidin Pagar Alam menawarkan kepada para pemuda/mahasiswa Lampung di Jakarta untuk memelopori pembukaan perguruan tinggi (fakultas di Lampung). Waktu itu, Muchtar Hasan bersama Nadirsyah Zaini M.A. dan Hilman Hadikusuma. Pada tahap awal dibuka cabang fakultas dari Universitas Sriwijaya (Unsri), yakni Fakultas Hukum Unsri Cabang Lampung dan Fakultas Ekonomi Unsri Cabang Lampung. Saat itu, Nadirsyah ditunjuk memimpin Fakultas Ekonomi dan Muchtar Hasan sebagai sekretaris Fakultas Hukum Unsri Cabang Lampung dengan status pegawai negeri Unsri. Sebagai pemimpin fakultas, keduanya mendapat rumah dinas dari Wali Kota Bandar Lampung. Kegiatannya, selain mengajar juga mengatur jadwal para dosen terbang dari Jakarta dan Palembang. "Setiap ke Jakarta, saya masih sempat mengurus sekolah (SMP/SMA) yang saya dirikan sudah cukup lama dibina, sehingga dengan demikian masih tetap mendapat honor dari sekolah tersebut," ujar Muchtar dalam bukunya Sukaduka Meniti Karier Melalui 3 Zaman. Tahun 1964 juga, Muchtar pindah status dari PNS FH Unsri menjadi PNS Pemda Provinsi Lampung. Saat itu, Gubernur Lampung dijabat Koesno Danoepoyo. Tahun 1965, ia ditunjuk menjadi Kepala Biro Pemerintahan sesuai dengan latar belakang pendidikannya, sarjana hukum. Saat itulah, ia mengusulkan kepada Gubernur untuk membentuk kader pemerintahan dalam negeri dengan mendirikan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) di Lampung. Gubernur setuju dan ia lalu diutus ke Bandung mempelajari kurikulum dan struktur organisasi APDN Bandung yang dinilai bagus. Maka, tahun 1965 itu juga dibukalah APDN Lampung dan Mochtar ditunjuk sebagai direktur APDN pertama merangkap jabatan sebagai kepala Biro Pemerintahan. Tahun 1966, Koesno Danoepoyo digantikan Pejabat Gubernur H. Zainal Abidin Pagar Alam. Provinsi Lampung yang baru berdiri sekitar 2,5 tahun belum mempunyai sekretaris daerah definitif, masih dijabat sekda yang diangkat dari Palembang, yaitu R. Yunanda, S.H., seorang pamong yang sudah berusia lanjut dan pensiun Agustus 1966. Gubernur lalu menunjuk Muchtar Hasan sebagai pejabat sekda pada September 1966. Itu tentu saja merupakan surprise karena usianya saat itu baru 34 tahun. Ia pun segera melapor dan sujud kepada Ayahanda di Kotaagung, Ibnu Hasan. "Beliau menangis terharu," ujar Muchtar. Kemudian ziarah ke makam Ibunda Siti Zubaidah di permakaman keluarga Keramat Gunung Panjang. Tahun 1967, Zainal Abidin Pagar Alam terpilih menjadi gubernur melalui pemilihan. Seteah itu, Gubernur menyiapkan pemilihan sekda. Saat itu, ada tiga calon, yaitu Muchtar Hasan dari Kantor Gubernur, Yahya Murad dari Kantor Gubernur, dan M. Rasid dari Kantor Kabupaten Lampung Utara. DPRD akhirnya memilihnya sebagai sekda definitif. Saat itu, jabatan sekda merangkap sekretaris Dewan. Muchtar Hasan jugalah yang berinisiatif membentuk panitia persiapan mendirikan Cabang Fakultas Syariah dan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Patah, Palembang. Belum lama menjabat sekda, akhir tahun 1967, Departemen Agama mengesahkan berdirinya IAIN Raden Intan di Lampung, yakni meningkatkan status Cabang IAIN Raden Fatah yang telah berdiri sejak 1963. Menteri Agama lalu menunjuk Muchtar menjadi rektor IAIN Raden Intan pertama merangkap jabatan sebagai sekda Provinsi Lampung. Jabatan itu memacunya untuk terus belajar dan mendalami agama Islam, belajar menghafal doa-doa, belajar menjadi khatib, dan pidato-pidato bernuansa agama. Tahun 1973, Muchtar Hasan mengakhiri tugas sebagai sekda dan pindah ke Departemen Dalam Negeri. Lalu, dari Inspektorat Jenderal dipindahkan ke Sekretariat Jenderal menjadi kepala Biro Hukum (1978--1986). Setelah delapan tahun bertugas di Biro Hukum, ia ditugaskan ke Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan Otorita Daerah (PUOD) sebagai direktur pemerintahan umum. Tahun 1989, saat menjabat direktur pemerintahan umum, ia ditunjuk menjadi komisaris pada BUMN PT Pelabuhan Indonesia II (PT Pelindo II), wakil dari Departemen Dalam Negeri. Akhir tahun 1992, Mochtar berusia 60 tahun. Sebagai PNS, seharusnya sudah pensiun. Tetapi, pensiunnya ditunda karena diangkat sebagai widyaiswara utama pada Badan Diklat Depdagri sampai 1997. Pensiun dari PNS tahun 1998, Muchtar kembali ke Lampung dan beralih kegiatan dalam bidang politik. Masuk PKB, ia ditunjuk sebagai ketua wilayah PKB di Lampung. Selanjutnya, setelah Pemilu tahun 1999, PKB mendapat 8 kursi di DPRD Lampung. Dalam pemilihan, ia terpilih sebagai wakil ketua DPRD Lampung periode 1999--2004. Setelah meninggalkan DPRD Lampung tahun 2004, enam bulan sebelum masa bakti lima tahun berakhir), Muchtar menggelar konsolidasi terhadap Partai PKD (Partai Kejayaan Demokrasi), yakni pecahan dari PKB, dalam rangka persiapan menghadapi Pemilu Mei 2004, ternyata PKD tidak lulus sebagai partai peserta pemilu. Mengakhiri karier di bidang eksekutif maupun legislatif tidak membuatnya berhenti beraktivitas. Ia lalu kembali ke bakat dan hobi utama, yaitu bidang pendidikan dengan membuka Fakultas Cabang Sekolah Tinggi Ilmu Agama (STIA) Al Maarif dari Metro, yakni D-2 Jurusan Tarbiyah yang berlokasi di tempat pendidikan Madrasah Tasnawiah dan Aliah Darul Ulum yang telah dibangun sebelumnya di Kecamatan Wonosobo, Tanggamus. Akhir tahun 2007, Muchtar Hasan juga menerbitkan buku mengenai perjalanan kariernya yang berjudul Sukaduka Meniti Karier Melalui 3 Zaman. Saat kuliah, Muchtar juga aktif di beberapa organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Persatuan Pemuda Lampung, dan Ikatan Mahasiswa Sumatera Selatan (IMSS). Saat aktif di GPII, ia pernah ditunjuk memimpin demonstarsi besar-besaran yang diikuti 5.000-an oran guntuk mengutuk penyerbuan Inggris-Prancis dan Israel yang menyerang Terusan Suez-Mesir.

BIODATA

  • Nama: Drs. H. Muchtar Hasan,S.H.
  • Tempat, tanggal lahir: Kampung Rajabasa, Kotaagung, Tanggamus, 22 Desember 1932
  • Pendidikan:
  1. SD di Kotaagung (masuk tahun 1938)
  2. SMP Tanjangkarang (masuk tahun 1946)
  3. SMA di Jakarta (tamat tahun 1953)
  4. Universitas Indonesia
  • Istri: Mis Zaurah
  • Menikah: 5 Mei 1957
  • Anak:
  1. Berly Hasanal
  2. Evi Unsriyani
  3. Ir. Nurul Adiyati gelar Ratu Mas Itton Dalom Ratu Kepaksian Pernong Sekala Brak
  4. Zuriyat Al Ansyori
  5. Savitri Nurnatias
  6. Intan Nuryeni

Pranala

Referensi

  1. ^ https://radarcom.id/2019/09/02/hi-mochtar-hasan-sekprov-lampung-pertama-era-gubernur-za-pagar-alam-meniti-karir-di-tiga-zaman/
  2. ^ https://radarcom.id/2019/09/02/innalillahi-tokoh-lampung-hi-mochtar-hasan-wafat/
  3. ^ https://radarcom.id/2019/09/02/kenangan-tak-terlupakan-pangeran-edward-syah-pernong-terhadap-sosok-almarhum-hi-mochtar-hasan/